2. Sorry and Thank You || Wanna One

39 7 6
                                    

Cast:
•Park Ji Hoon (Wanna One)
•Park Woo Jin (Wanna One)

Story by Utii Han




°°°




"Mau kubantu, Woo Jin-ah?"

Ji Hoon datang menghampiri Woo Jin yang sedang merapikan buku-buku di perpustakaan kecil yang ada di rumah mereka.

"Tak perlu." Woo Jin menjawab Ji Hoon dengan ketus.

Woo Jin berdiri lalu meletakkan beberapa buku yang tadinya berserakan di lantai ke rak buku. Mondar-mandir menempatkan buku-buku itu sesuai kategori dan jenisnya.

Ji Hoon yang melihatnya menghela napas. Lalu ia duduk di depan buku yang masih berantakan di lantai. Ikut memilah-milah buku dan menumpuknya agar Woo Jin bisa dengan mudah meletakkannya ke rak.

"Pergilah! Aku tak butuh bantuanmu!" kata Woo Jin merampas buku yang dipegang Ji Hoon.

Ji Hoon menatap Woo Jin sedih. Hatinya kembali terasa sakit meskipun ini bukan kali pertama Woo Jin bersikap seperti ini padanya. Dan lagi-lagi ini disebabkan oleh dirinya sendiri.

Park Ji Hoon dan Park Woo Jin, keduanya adalah saudara kembar tak identik. Usia mereka hanya beda 7 menit. Dan di sini, Ji Hoon lah yang dipanggil Hyung. Seperti kebanyakan anak-anak kembar lainnya, keduanya punya dua sifat yang berbeda.

Park Ji Hoon. Pemuda yang lahir 7 menit lebih dulu daripada Woo Jin itu adalah sosok yang pintar. Ia selalu jadi juara di kelasnya. Dia juga menerima banyak cinta dan kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya karena kepribadiannya yg baik dan ramah pada semua orang. Satu yang dianggap kekurangan olehnya adalah, dia termasuk anak yang lemah. Dia sering jatuh sakit dan dia tak pernah bisa menggunakan kekuatan fisiknya secara berlebih. Ji Hoon sendiri sering mengeluh karena ia tak bisa melindungi adiknya sebagaimana mestinya yang dilakukan seorang kakak.

Sedangkan Park Woo Jin, pemuda bergingsul itu jauh lebih kuat dibanding kakaknya, Ji Hoon. Woo Jin sering membantu kakaknya yang sering jadi bahan bully-an di sekolah karena kelemahannya itu. Woo Jin juga anak yang pintar, meskipun tak seperti Ji Hoon yang selalu dapat juara kelas. Woo Jin adalah anak yang cuek dan dingin. Tapi ia juga punya hati yang sangat lembut. Ia bahkan tak bisa membenci Ji Hoon, padahal dia sangat ingin membenci kakaknya itu.

Iri, ya, sering kali Woo Jin merasa iri. Ji Hoon lebih banyak mendapat perhatian dari orang tuanya dan tak boleh melakukan sesuatu hal yang berat. Dan sebagai gantinya, Woo Jin lah yang melakukan semua yang tak diperbolehkan dilakukan oleh Ji Hoon.

Dan seperti saat ini, buku-buku yang berserakan itu sebenarnya hasil dari Ji Hoon yang baru saja selesai mengerjakan tugas bersama teman-temannya. Woo Jin yang memang tak satu kelas dengan Ji Hoon, saat itu sedang tak ada tugas. Tapi niatnya untuk beristirahat seusai lelah bersekolah lenyap ketika ibunya datang dan meminta tolong padanya untuk membereskan buku-buku yang ada di perpustakaan. Karena Ji Hoon bersama teman-temannya tak segera membereskan buku-buku itu tapi langsung ijin pergi keluar setelah selesai mengerjakan tugas.

Woo Jin tak akan pernah bisa menolak jika sudah seperti itu. Bagaimanapun ia juga tak ingin jika kakaknya jatuh sakit. Satu hal yang ia syukuri adalah, meskipun kedua orang tuanya lebih memperhatikan Ji Hoon yang punya kelemahan di fisiknya, tapi orang tuanya tetap tak melupakannya. Tetap memberikan perhatian padanya meski sedikit berbeda jika dibandingkan dengan yang diterima Ji Hoon. Woo Jin tetap bersyukur meskipun kadang rasa iri dan benci itu menelusup masuk ke hatinya.

"Mianhae, Woo Jin-ah.."

Woo Jin yang sedang meletakkan buku-buku yang ada di dekapannya tiba-tiba terpaku ketika mendengar kata maaf dari kakak kembarnya itu. Ia jadi sedikit gugup karena itu.

"Untuk apa?" tanya Woo Jin sok tak mengerti.

"Maaf untuk semuanya. Maaf karena jadi Kau yang membereskan ini. Seharusnya aku dan teman-temanku yang membereskan semuanya," kata Ji Hoon ikut berdiri di samping Woo Jin sambil membawa satu tumpuk buku terakhir.

Woo Jin sempat terdiam lagi, sebelum akhirnya ia dikejutkan oleh Ji Hoon yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.

"Untuk apa minta maaf?" Woo Jin mengambil tumpukan buku yang dibawa oleh Ji Hoon.

"Maafkan aku karena aku tak sanggup menjadi kakak yang baik untukmu. Maafkan aku tak bisa melindungimu seperti saat kau melindungiku. Maafkan aku yang selalu menyusahkanmu. Maafkan aku untuk semuanya."

Kalimat yang diucapkan Ji Hoon terdengar tulus. Dan juga penuh dengan rasa bersalah. Tentu saja, Ji Hoon merasa sangat bersalah pada Woo Jin atas semua yang telah diterima adiknya selama ini. Ji Hoon juga tahu jika Woo Jin pasti selalu merasa benci juga iri padanya. Ji Hoon bisa merasakan sakit yang dirasakan adiknya.

Dan Woo Jin lagi-lagi terdiam untuk kesekian kalinya saat mendengar kata maaf itu. Tapi kali ini, ia mengulas senyum tipis saat mendengar penuturan kakaknya itu. Senyum tipis yang bahkan hampir tak bisa dilihat saking tipisnya. Tapi tidak dengan Ji Hoon. Meski hanya melihat wajah Woo Jin dari samping, tentu saja Ji Hoon melihatnya. Bukankah Ji Hoon pun tahu jika terkadang Woo Jin merasa benci dan iri padanya? Ya, ingatlah, jika mereka saudara kembar. Ji Hoon pun tersenyum melihatnya.

"Kau tak perlu meminta maaf. Bukankah aku sudah biasa melakukan hal semacam ini? Bahkan aku pernah memukul kakak kelas hanya karena membelamu."

Ji Hoon tak bicara lagi. Ia malah sibuk tersenyum sambil memperhatikan adiknya yang tengah sibuk menata buku-buku itu di rak. Jika dilihat seperti ini, Woo Jin terlihat sangat tampan, bahkan Ji Hoon setuju jika Woo Jin lebih tampan darinya. Ji Hoon terus menatap Woo Jin hingga membuat Woo Jin jadi salah tingkah sendiri.

 Ji Hoon terus menatap Woo Jin hingga membuat Woo Jin jadi salah tingkah sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti menatapku seperti itu, Park Ji Hoon!" kata Woo Jin salah tingkah.

"Panggil aku hyung! Aku kakakmu!"

"Sirheo!" tolak Woo Jin lalu beranjak pergi meninggalkan Ji Hoon.

"Saranghae, Woo Jin-ah."

Woo Jin menghentikan langkahnya ketika ia mendengar kalimat tanda sayang itu dari mulut kakaknya. Ia suka itu. Itulah mengapa ia tak pernah bisa membenci Ji Hoon meskipun ia sangat ingin. Ji Hoon mendekati Woo Jin merangkulnya dari belakang dan mulai berbisik pada adik kembarnya itu.

"Gomapta, Woo Jin-ah. Dan juga, aku menyayangimu."

Woo Jin tersenyum. Saudara kembar tak identik itu memiliki cara tersendiri untuk saling mengungkapkan rasa sayang di antara mereka.

Woo Jin yang selalu bersedia melakukan apapun untuk Ji Hoon. Dan Ji Hoon yang selalu mengatakan dengan tulus bahwa ia sangat berterima kasih dan sangat menyayangi Woo Jin. Ji Hoon dan Woo Jin, kenyataannya mereka kedua saling menyayangi.

"Hya! Berhenti memelukku seperti itu, Park Ji Hoon! Kau menjijikkan!"

Woo Jin melepaskan paksa pelukan Ji Hoon dan berlari keluar perpustakaan. Ji Hoon tersenyum melihat adiknya itu. Salah satu cara Ji Hoon menunjukkan rasa sayangnya pada Woo Jin adalah, menggodanya.

"Hya! Gingsul, tunggu aku! Aku mencintaimu!"





















-End-

LLS || RANDOM FICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang