Terkadang, di dalam sebuah keranjang yang penuh dengan strawberry, tak semuanya terasa manis. Pasti ada rasa asam, walaupun hanya satu biji.
Sama halnya dengan cinta. Diberbagai macam cerita tentang cinta, pasti ada rasa manis dan asam. Dan bahkan j...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hya! Berhenti memandangiku, Lee Dokyeom! Kau membuatku malu, tahu!"
Entah sudah berapa kali Gyu Na protes pada pria yang sedari tadi duduk di sampingnya ini. Memandanginya tanpa henti semenjak mereka sampai di sebuah cafe yang ada di daerah Hongdae tersebut. Mungkin sudah 20 menit lamanya. Dan Dokyeom belum sama sekali merubah posisinya yang sedang merebahkan kepalanya di meja. Bahkan saat pesanan tiba pun, Dokyeom tak bergerak sedikitpun.
"Hei, tadi kau bilang lapar, kan? Ayo cepat makan makananmu!" kata Gyu Na yang sudah bingung akan menggunakan cara apalagi.
"Kau makan saja semuanya, Sayang. Dengan melihatmu makan saja, aku sudah kenyang," gombal Dokyeom sembari memberikan senyum mesra pada Gyu Na.
"Ish. Apa, sih? Mau makan tidak? Kalau tidak, aku mau pulang saja! Kita batalkan kencan hari ini."
"Eh? Jangan!"
Dokyeom langsung mengangkat kepalanya. Menarik tangan Gyu Na, guna mencegah gadisnya yang hendak melangkah pergi. Menatap Gyu Na dengan wajah memelasnya. Gyu Na menghela napas berat. Lalu kembali duduk di kursinya.
"Tunggu apalagi? Kau ingin terlambat menonton filmnya?"
Lalu Dokyeom langsung melahap pesanannya. Hanya sepotong kue yang ukurannya cukup besar, dengan segelas cappucino. Gyu Na menatap kekasihnya itu dengan senyuman termanisnya.