Chapter 10

12K 811 7
                                    

Hari sudah beranjak malam. Lucas masih terduduk di kursi yang berada di samping Evelyn dengan laptop yang berada dipangkuannya, tengah menyelesaikan pekerjaannya.

Evelyn masih tertidur setelah tadi dia diberi penenang karna saat sadar dia berteriak histeris. Lucas berpikir mungkin wanita itu sedikit trauma karna kejadian yang baru saja menimpanya karna sahabatnya.

Sahabat...

Lucas mendengus saat memikirkan kata itu. Bagaimana bisa sahabatmu sendiri berbuat jahat seperti itu? Menjadi gila dan menyerang sahabatnya sendiri tanpa perasaan. Bahkan berniat langsung membunuhnya ditempat. Dasar wanita gila.

Entah kenapa ada sebuah perasaan ingin melindungi Evelyn. Perasaan itu muncul saat dia melihat Evelyn yang sangat rapuh dan terluka disana-sini. Perasaan itu tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Dia memiliki club di berbagai tempat. Tentu saja dia sudah berpengalaman tentang kehidupan gelap disana. Bahkan dia memiliki banyak anak buah yang berasal dari tempat gelap yang tersebar di berbagai negara. Dia sudah sering berhadapan dengan hal-hal yang berbau kriminal walaupun di sisi lain dia memiliki citra sebagai pengusaha yang sukses.

Dalam menghabisi musuh-musuh yang selalu berusaha menjatuhkannya dengan berbagai cara pun dia tak pandang bulu. Tapi ada perasaan aneh saat berhadapan dengan wanita ini. Perasaan yang sejujurnya tak Lucas sukai. Perasaan yang ingin dihilangkannya.

Lucas mengurut kepalanya merasakan pusing karna berada didepan laptop nya dalam waktu yang cukup lama. Lucas membereskan barang-barangnya dan beranjak pulang. Kenapa dia rela berada disini hingga malam hari hanya untuk menjaga wanita itu? Bodoh.

***
Evelyn membuka matanya. Namun kepalanya terasa sakit saat mencoba mengingat kembali apa yang terjadi.

Evelyn ingat semuanya. Evelyn mulai menangis saat mengingat tentang Jessica. Sahabatnya itu kenapa bisa berbuat seperti ini? Hatinya sakit saat mengingat bahwa Jessica itu sahabatnya namun berniat membunuh Evelyn.

Evelyn mencoba bangkit dari tidurnya dan mengusap air matanya. Namun dia tersadar bahwa infus masih terpasang di tangannya.

Suara dering handphone membuat Evelyn mengalihkan pandangannya pada tas yang berada diatas meja kecil disamping kasurnya. Dia bergerak mencoba meraih tasnya dan mengambil handphonenya. Sebuah panggilan masuk dengan nomor yang tak diketahui Evelyn diterimanya. Evelyn mengerutkan kening bingung. Dia mengusap air matanya.

"Halo?" jawab Evelyn dengan suara yang serak.

"Nona Hill? Ini aku Eden. Aku ingin memberitahu kan bahwa kau diterima bekerja disini, namun bukan sebagai pelayan tapi sebagai pengisi suara di cafe ini. Aku ingin kau bernyanyi untuk menghibur pelanggan di cafe."

"Bernyanyi? Apakah tak apa jika aku bernyanyi disana?" tanya Evelyn ragu.

"Tentu saja tak apa. Aku sudah mendengar suaramu. Dan suaramu bagus dan tenang. Itu akan cocok untuk sebagai pengantar saat para pelanggan disini sedang makan."

"T-tapi aku tak bisa bekerja malam ini. Aku sedang terkena musibah dan berada di rumah sakit." ucap Evelyn pelan saat dia kembali mengingat kejadian yang membuatnya terluka.

"Aku turut menyesal mendengarnya. Semoga kau bisa segera pulih. Kau bisa menghubungiku jika kau sudah bisa mulai bekerja." balas Eden

"Baik, terima kasih Eden."

***
Lucas berjalan dengan kebingungan yang ada dikepalanya. Kenapa dia memilih meninggalkan kantornya dan malah menuju rumah sakit ini?

Lucas tak bisa mengabaikan perasaan ingin tahu mengenai keadaan Evelyn saat ini. Lalu dia bergegas pergi guna melihat Evelyn. Apa yang terjadi padanya?

Pemandangan pertama yang Lucas lihat saat membuka ruang rawat Evelyn adalah dia yang berdiri dengan berpegangan pada meja disampingnya berusaha berjalan. Lucas menyipitkan mata nya tak suka.

"Apa kau benar-benar bodoh? Kaki mu masih terluka dan belum kuat menopang tubuhmu. Untuk apa kau berusaha berjalan kesana kemari?"

Lucas bergerak mengangkat Evelyn dan mendudukan Evelyn di kasurnya.

Evelyn sendiri hanya terkejut dan menundukan kepala saat dia melihat Lucas masuk ke kamar ini. Evelyn mengingat saat Lucas yang mendobrak masuk apartment dan memeluknya yang histeris kemarin.

"A-ada apa kau kesini?" ucap Evelyn ketus namun ada nada gugup terselip disana.

"Wah hebat sekali. Bukannya berterima kasih kau malah bersikap seperti hendak mengusirku dari sini." ucap Lucas sinis dan memandang Evelyn yang sudah lebih baik. Namun matanya menangkap tangan Evelyn yang berdarah karna infus ditangannya dia lepas sendiri.

"Untuk apa aku berterima kasih?" Evelyn mendongakkan dagunya berusaha menantang Lucas.

"Aku yang menyelamatkanmu dari orang gila yang hendak membunuhmu jika kau lupa." ucap Lucas mendengus dan membalikkan badan.

"Aku akan memanggil dokter. Kau sepertinya sudah baik-baik saja sekarang. Diamlah disini dan jangan berusaha pergi. Aku menempatkan anak buahku didepan ruangan ini. Dan aku menerima rasa terima kasihmu." ucap Lucas angkuh tanpa membalikkan tubuhnya melihat Evelyn.

Evelyn yang kembali menunduk langsung mengangkat kepalanya mendengar perkataan Lucas. Kapan dia mengucapkan terima kasih? Dasar pria gila.

"Kenapa kau bertindak seenaknya padaku?" seru Evelyn yang membuat Lucas menoleh padanya.

"Kau calon istriku bukan?" ucapnya pongah dengan senyum sinis diwajahnya dan menutup pintu ruang rawat Evelyn.




TBC
20 Agustus 2017 | willa
Don't copy my story
Vote and comment❤

Zanquen's (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang