Dua

117 14 2
                                    


"Luda!" 

"Jaehyun?"

"Kau mau pergi kemana malam-malam begini"

"Aku sedikit bosan dirumah..kau sendiri?"

"Aku akan ke minimarket depan kau mau ikut?"

"Boleh"

Sampailah mereka ke minimarket.

"Umm jaehyun..bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"

"Tentu..apa yang ingin kau tanyakan?"

"I..itu ehm apa kau tahu siswa bernama taeyong?"

"Taeyong..aaa maksudmu lee taeyong?

"Iya"

"Dia kakak kelas kita kan"

"Kenapa kau tanya padaku harusnya aku yang bertanya padamu"

"Hehe..iya dia kakak kelas 12-5"

"Rupanya dia kakak kelas kita ya" gumamku.

"Hmm..dia sangat terkenal banyak cewek jatuh hati padanya"

"Benarkah?"

"Kau menyukainya juga?"

"Hei!" aku mencubit perut jaehyun saking gemasnya.

"Aww hentikan..aku hanya bertanya kenapa kau marah"

Aku mendengus kesal sedangkan jaehyun terus menggodaku dengan pertanyaan tak pentingnya.

"Luda.."

"Hmm"

"Kau marah?"

"Hmm"

"Maafkan aku"

"Hmm"

"Apa kau tak bisa berkata selain hmm saja?"

"Hmm"

Jaehyun menempelkan sesuatu dipipiku.

"Aish..dingin jaehyun" ucapku memegang minuman yang diberikan jaehyun.

"Apa kau tak akan memaafkanku" ujar jaehyun memohon dengan tatapan memelasnya.

"Iya..baiklah aku maafkan"

"Diminum"

"Iya..dasar cerewet!"

"Cerewet tapi tampan" aku memutar mata jengah lalu meneguk minumanku.

.

.

.

.

.

Saat berjalan di koridor aku merasakan sesuatu sedang mengawasiku. Aku tak berani menoleh hingga sebuah tangan menyentuh pundakku.

"Aaaaa--" seseorang membekap mulutku agar aku tak berteriak.

"Diam" ucapnya dingin lalu melepaskan tangannya dari mulutku.

Cowok itu hanya memandangku tanpa mengucapkan apapun. Tatapan tajam dan dinginnya membuatku bergidik ngeri.

"Luda" ucapnya membuka percakapan.

"Apa kau mengenalku?" aku tertunduk merutuki segala kebodohan yang kulakukan.

"Tak perlu waktu lama untuk mengenal dirimu" sahutnya percaya diri tetap dengan tatapan tajamnya

Dia tersenyum.

tersenyum

tunggu tersenyum?!

astaga dia tersenyum padaku!!

"S..sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?

"Hahaha.."

"Kenapa kau tertawa"

Cowok itu menatapku intens lalu mendekat kearahku otomatis aku mundur dan menabrak dinding ia semakin mendekat jarak kami sangat dekat hanya tinggal beberapa senti saja. Bisa kudengar jantungku berdegup sangat kencang.

"Kau akan tahu nanti" bisiknya di telingaku.

Tanpa pikir panjang aku berlari menjauh dan segera menuju kelas.

"Luda"

"Hoshhh hoshhh..hai jaehyun"

"Kau kenapa?"

"Capek"

"Memangnya apa yang kau lakukan sampai berkeringat begitu?" kata jaehyun terkekeh.

"Aku berlari kesini"

"Apa kau lupa caranya berjalan sampai harus berlari kesini?"

"Ahhhh sudahlah ayo masuk"

"Baiklah..baiklah"

Selama pelajaran berlangsung aku hanya menatap keluar jendela sesekali aku berpikir untuk pulang saja karna suasana hatiku sedang kacau sekarang. Bu Desy melihat gerak gerikku yang sama sekali tak memperhatikan pelajaran berjalan menuju arah mejaku dengan tatapan membunuh dan nampaknya aku akan terkena masalah setelah ini.

"Luda?!"

"I..iya bu"

"Jika kamu tidak suka dengan pelajaran saya silakan keluar!" ucap bu desy tegas.

"T..tidak bu s..saya hanya--"

"Maaf bu tapi luda sedang tidak enak badan..dia bilang perutnya sakit" potong jaehyun.

Rupanya dewi keberuntungan telah berpihak padaku terima kasih pada jaehyun yang telah menyelamatkanku dari amukan guru paling killer ini.

"Begitu..lebih baik kamu segera ke uks"

"B..baik bu" aku berjalan menuju pintu dan mengedipkan mata kearah jaehyun dia hanya tersenyum mengisyaratkan "kau berhutang padaku"

Aku berjalan menuju uks saat kubuka tak kutemukan bu Rita dimanapun dengan begitu aku dapat dengan leluasa tidur tanpa harus menjawab segala pertanyaan anehnya belum lagi guru itu akan memaksa meminum obat dan mengomel tidak jelas.

"Huh nyamannya" ucapku sembari berbaring disebuah ranjang yang dibatasi sekat kain bewarna putih. Dari cela pembatas aku melihat seseorang berbaring disana. Karna penasaran perlahan aku membuka tirai dan betapa terkejutnya diriku ketika melihat siapa yang terbaring disana,taeyong,cowok itu tidur dengan wajah yang sangat damai dibalik sifat dinginnya ternyata mempunyai wajah sangat tampan,pahatan yang sangat sempurna tanpa celah sedikitpun. Tanganku menyentuh dahinya.

"Demam" gumamku.

Kuambil selimut dalam lemari kayu serta obat pereda demam yang kuletakkan diatas nakas dekat ranjangnya setelah itu aku menyelimuti tubuh taeyong yang menggigil. Aku kembali ke ranjangku untuk tidur.



-TBC-

















Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang