Delapan

53 10 0
                                    

Brukk

"Maaf kak"

"Iya...berhati-hatilah"

Saat menuju laboratorium untuk praktikum luda tidak sengaja menabrak kakak tingkatnya. Tak ada gurat kemarahan sama sekali dia hanya tersenyum. Senyumnya sangat manis membuat orang jatuh cinta detik itu juga. Sebagai wanita luda mengakui bahwa kating itu benar-benar tampan dengan senyum yang menjadi ciri khasnya.

"Ekhmm" kating itu berdeham menyadarkan luda yang sedari tadi melamun menatapnya.

"A aku sampai lupa...sepertinya aku harus pergi. Maaf untuk yang tadi"

"Baiklah sampai ketemu lagi" ucapnya kating itu tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.

"Ah aku lupa menanyakan namanya" kating itu hanya mengusap rambut kasar dan menghela napas melihat luda yang telah menghilang dari pandangan.

"Luda!"

"Kak taeyong?"

"Aku antar pulang ya"

"Tidak usah aku bisa pulang sendiri"

"Tunggu disini aku ambil motor dulu"

"T-tapi--" luda hanya pasrah karena taeyong adalah orang yang tidak menerima segala bentuk penolakan.

"Hai" reflek luda menoleh ke sumber suara tersebut dan betapa terkejutnya ia ketika melihat kating yang ditabraknya tadi pagi tengah berdiri dan tersenyum kearahnya. Luda terlihat kebingungan tak tahu harus berbuat apa ia cukup kaget melihat sosok dihadapannya. Apakah ia berbuat salah? berbagai pertanyaan mulai berputar di kepalanya cukup lama ia melamun sampai sebuah suara menginterupsi.

"Kau suka sekali melamun"

"Ah-ekhm iya maaf" ucap luda yang mulai menyadari tingkah memalukannya.

"Kau sangat lucu" kating itu membuat pipi luda bersemu merah.

"Boleh aku tau siapa namamu?" tanya kating itu.

"Luda...Lee Lu Da"

"Nama yang cantik secantik orangnya"

"kamsahamnida"

"anieyo...aku sampai lupa namaku Nakamoto Yuta panggil saja Yuta"

"Baik kak yuta"

"Aku harus pergi sampai ketemu lagi luda" kating yang bernama yuta itu segera pergi disaat bersamaan munculah taeyong dengan motor hitam kesayangannya.

"Ayo pulang"

"Iya"

.

.

.


.


.

.


.





"Halo"

"Hmm..luda ini aku"

"Iya kak ada apa?"

"Kamu ada acara akhir pekan ini?"

"Tidak"

"Mau pergi nonton?"

"Bagaimana ya...akan kupikirkan lagi"

Luda sedang berada di teras saat ponselnya berbunyi menunjukkan nomor tak dikenal saat diangkat ternyata telepon dari yuta. Luda juga bingung dari mana kating itu mendapat nomor ponselnya tapi ia tak mau memusingkan hal itu karena masalah yang ia hadapi adalah taeyong. Apakah ia harus meminta ijin untuk menonton dengan yuta tapi sepertinya taeyong tak akan mengijinkannya.

Akhir pekan tiba jadilah luda pergi bersama yuta tanpa diketahui taeyong. Seperti biasa yuta selalu tampan dengan senyum melekat di wajahnya membuat luda sedikit gugup berjalan di sampinya mereka berencana akan menonton film petualangan kesukaan luda hampir 2 jam film diputar yuta selalu diam-diam mencuri pandang kearah luda sekedar ingin mengetahui tiap ekspresi yang ditunjukkan luda wanita itu sangat cantik ketika sedang tertawa dan yuta sangat menyukainya.

"Mau pulang atau makan dulu

"Langsung pulang kak"

Kruyukkkk
Perut memang tak bisa berbohong yuta hanya bisa tersenyum melihat muka luda yang memerah karna malu.

"Ada yang lapar rupanya"

"M maaf kak" luda semakin tertunduk menahan malu. Yuta menggenggam tangan luda dan membawanya kesebuah cafe dengan suasana yang cukup tenang.

"Mau pesan apa?"

"Terserah kakak"

"Baiklah...kau suka makanan manis bagaimana kalau cheesecake?"

Luda mengangguk ia memang menyukai makanan manis karena makanan manis dapat membuat orang bahagia saat memakannya itulah prinsip yang ia pegang selama ini.

"Luda"

"Iya ada apa kak?"

"Aku tau ini begitu cepat apalagi kita baru mengenal tapi aku sangat yakin akan perasaanku padamu...ehmm maukah kamu jadi pacarku?"

"Uhukk uhukk"Luda yang sedang mengunyah makanan tersedak begitu mendengar pernyataan yuta.

"Pelan-pelan nih minum dulu" ucap yuta menyodorkan segelas air untuk luda.

"Maaf kak ini sangat mendadak dan aku tak bisa membalas perasaan kakak"

"Kenapa? apa ada orang yang kau sukai?"

Luda tak membalas pertanyaan yuta. Sebenarnya ia cukup bingung dengan perasaannya ke taeyong. Dan sekarang kebingungannya semakin bertambah karena yuta.

"Jadi benar ya...kalau begitu bisakah kita berteman saja setelah ini"

Luda berpikir sejenak dan kemudian mengangguk yuta tersenyum manis seperti biasa lalu mengacak rambut luda. Namun mereka tak tahu seseorang sedang memperhatikan dari kejauhan tatapannya datar dan dingin ia melenggang pergi dengan tangan mengepal menyiratkan kemarahan serta kekecewaan.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang