Prolog

555 13 1
                                    

Duk! Duk! Duk! Duk!

Derap langkah Melissa menggema di sepanjang lorong. Melissa berlari menyusuri lorong sekolahnya sepanjang kurang lebih 15 meter. Kakinya yang panjang seakan memukul keras-keras ubin sekolah. Melissa terus melaju sampai kecepatan maksimal. Lorong sepanjang 15 meter terasa seperti 1.5 kilometer, mengejar bel sekolah yang sudah 2 menit lalu dibunyikan. Pasti guru sudah di ruang kelas.

Melissa memperlambat langkahnya. Telinganya menjangkau suara dari ruang kelas, terdengar siswa masih sibuk dengan candaan mereka tanda guru belum datang. Melissa jalan santai, berhenti sejenak di depan jendela dan membenahi rambutnya.

"Ehem..." suara seorang wanita berdehem dibelakang Melissa. Bulu kuduknya berdiri. Gemetar badannya.

"Nona Melissa? Sedang apa membawa tas didepan ruang kelas? Mau pulang karena mengira saya tak datang, ya?," ucap seorang wanita berbisik ke telinga Melissa.

"Huaaaaah!!!! Hantuuuu!!!," Melissa terlonjak dan lari ke dalam kelas.

"Awas kau ya!!!!," batin wanita tadi, "MELISSA!!!," teriaknya.

Melissa berlari ke bangku sahabatnya, Ari, dan bersembunyi di bawah meja.

"Elis kenapa?," tanya Ari. Elis adalah nama panggilan Melissa disekolah.

"Hantu, Ri... Ada hantu!"

"Mana?"

"Di depan kelas!!! Mau masuk kesini!!!"

Ari menatap kepintu kelas. Ada bayangan di bawah pintunya. CKREK!! Gagang pintu memutar.

"Melissa!!!!"

Semua murid kaget dan terpana.

"Miss J?," ucap Ari.

Melissa terbelalak. "Miss J?"

Melissa menelan ludahnya. Ia bangkit dari jongkoknya dan duduk di bangkunya tepat disebelah Ari, sahabatnya. Melissa terpaku menatap meja belajar yang tingginya setara pinggulnya. Melissa masih diam sampai sang Miss J berkata lagi.

"Nona Melissa Agnes, kamu saya hukum. Turun ke ruang guru dan buat pengakuanmu!," kata Miss J.

Melissa hanya terdiam, bangun dari duduknya dan berjalan kea rah ruang guru di bawah.

Miss J mengikutinya.

Tangan Miss J masih memegang penggaris sejak kakinya melangkah ke ruang kelas dari ruang guru. Melissa hanya tak menyangka bahwa Miss J yang ada dibelakangnya. Rasa hatinya tak enak pada Miss J. Baru hari ini dia mendapat kisah buruk selama Melissa menduduki bangku SMA di sekolah elit itu. Entah kenapa Tuhan hari ini memberinya cobaan seberat itu. Namun hatinya berkata...

"Cobaan? Aku nggak pernah tahu siapa Tuhanku, siapa yang mau kasih aku cobaan? Ah, aku ini ciptaan siapa? Tuhan? Tapi nggak mungkin Tuhan setega ini sama aku... Tapi Tuhanku yang mana aja aku nggak tahu..."

Tangan Miss J geram melihat langkah Melissa yang semakin lambat karena melamun.

"Nona Melissa!!!"

Berbalik tubuh langsing Melissa, namun tepat di tengah tulang hidungnya, penggaris kayu sepanjang 30 cm itu menghantam. Melissa meringis, entah sedih, sakit, lucu, atau kenapa. Baju putihnya kini menjadi seperti bendera kebangsaan, merah putih. Melissa menekan hidungnya yang bercucuran darah. Miss J terhenyak menatap darah yang mengalir.

"Mels, saya... Saya nggak bermaksud... Maafkan saya, Mels. Maaf...," tangan Miss J membantu menekan pendarahan di hidung Melissa.

Kini kepala Melissa hanya terasa pusing, berkunang-kunang. Bahkan, kini gelap.

WHEN HIJRAH MAKES ME FOUND MY IMAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang