Lima Belas

3.9K 184 1
                                    

Sesampai di rumah, kami langsung bersih-bersih dan segera bersiap ke masjid. Aku masuk ke kamar mandi lebih dulu. Kak Fariq katanya ingin memilih-milih materi pengajian yang ada di laptopnya.

Ketika shower dihidupkan. Rasanya sekujur tubuh langsung segar. Semua penat hilang dan semua terasa legah.

Setelah aku keluar kamar mandi, ternyata Kak Fariq masih sibuk dengan laptopnya di atas ranjang. Aku langsung berjalan ke arah lemari dan memilih baju yuntuk dikenakannya. Baju koko bewarna merah kehitam-hitaman pasti akan terlihat sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Aku memilih baju koko itu dan juga celana panjang warna abu-abu lalu memberikan padanya yang baru saja beranjak dari ranjang.

“Ini,”

“Terimakasih sayang.” Katanya lalu membuka lemari untuk mengambil pakaian-pakaian yang belum bisa kuambilkan.

Selama Kak Fariq di kamar mandi, aku pun bersiap-siap. Lalu mengambil mukena dan juga peci untuk Kak Fariq.

Tak lama kemudian Kak Fariq keluar. Dan benar dugaanku, Dia terihat sangat pas sekali mengenakan baju koko itu. Dia mengusap-ngusap rambutnya yang basah dengan handuk.
Setelah merasa cukup kering meski agak sedikit lembab juga, Kak Fariq berjalan mengambil sisir, lalu menyisir rambutnya yang sebenarnya terlihat lebih eksotis saat masih acak-acakan. Aku tersenyum sendiri melihatnya. Dia sungguh luar biasa.

***

Karena memburu waktu, Kak Fariq tidak menggunakan mobilnya. Kami naik motor ke masjid. Selama di perjalanan, suara azan menggema. Berkumandang dan bersahut-sahutan. Pesona langit pun luar biasa. Semilir angin sangat biasa aku rasakan membelai permukaan kulitku. Berada di atas motor gede yang dikendari dengan kecepatan tiinggi, membuatku lebih merasakan sensasi alam Maghrib yang luar biasa. Udara di sekitar mengibar-ngibarkan apapun yang ringan. Kami seperti terbang jadinya.

Sesampai di masjid, ternyata baru saja selesai azan. Syukurlah, kami tidak terlambat. Shalat Maghrib pun dilaksalanakan. Ayat demi ayat dibaca sang imam. Aku tenggelam pada keindahan tartil tiap ayat yang dibacakan. Jiwaku seolah masuk dalam tadabbur dan penghayatan yang luar biasa dalam. Air mataku mulai merembes di pipi.

Sang imam begitu indah membacakan bacaan shalat. Suaranya yang fasih dengan tartil membingkai keindahan ayat suci. Menggetarkan hati yang mendengarnya. Meraba hati-hati yang gelisah dengan sentuhan iman yang damai. Aku tahu siapa sang imam ini, suaranya sangat khas dan teramat aku kenali. Ini suara Kak Fariq.

Selesai shalat Maghrib bersama, pengajian pun dimulai. Para jamaah langsung memuji Kak Fariq ketika mendengar suaranya. Suamiku ini bukan hanya memiliki kesempurnaan fisik, kecerdasan dan wawasan luas atau  pesona yang luar biasa saja, tetapi dia juga memiliki keanggunan iman yang mengagumkan.
Kak Fariq mengisi pengajian itu dengan membawakan materi berjudul ‘Menghindari Kezaliman’. Materinya sangat bagus dan pembawaannya juga menarik.

“Banyak di antara manusia yang kurang menyadari bahwa dirinya kerap sekali berlaku zalim terhadap sesamanya. Hal ini terjadi sekurang-kurangnya disebabkan oleh dua alasan, yaitu yang pertama karena kita kurang memilii tingkat kepekaan yang bagus ketika hendak melakukan sesuatu. Dalam bertindak sering kali tidak di awali pertimbangan atau setidaknya berpikir apakah orang lain bisa memaklumi tindakan kita atau tidak. Kedua, karena kita hanya memahami gambaran tentang makna kata zalim atau aniaya itu dalam konteks yang besar. Misalnya, ketika Belanda dan Jepang menjajah Tanah Air, kita merasa telah dizalimi oleh kaum penjajah. Contoh lain adalah raja Fir’aun yang amat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, sehingga dia dikenal sebagai penguasa yang zalim.

Di sisi lain seharusnya kita sudah menyadari bahwa kezaliman pun bisa terjadi dalam hal-hal kecil pada kehidupan kita. Misalnya, ketika kita masuk ke kamar mandi, lalu tanpa sengaja kita menyenggol sikat gigi milik teman kita sehingga terlempar ke lubang kloset. Mungkin kita hanya akan mengambilnya lalu meletakkannya kembali pada tempat semula tanpa mencucinya terlebih dahulu.

Apalah jadinya jika kemudian si empunya sikat gigi tersebung langsung memakainya. Tentu secara tidak langsung kita sebagai orang yang tahu telah membiarkan sikat gigi yang kotor itu digunakan oleh pemiliknya.

Di sinilah sebenarnya tingkat kepekaan kita diuji. Apakah dengan tindakan kita seperti itu lantas orang lain tidak merasa dizalimi? Atau kita mengira ia bisa memakluminya?

Hendaknya hal-hal yang tampaknya sepele ini tidak lagi menjadi bagian dari perilaku kita, jika kita memang ingin semakin dekat kepada Allah SWT.

Sahabat Rasulullah SAW Ali bin Abi Thalib ketika mengajak para lelaki muslim untuk berperang di jalan Allah SWT, beliau terlebih dahulu bertanya ‘Bagaimana jika ada pihak musuh yang menyerah, apa yang akan kamu lakukan?’ Seseorang spontan menjawab, ‘habisi saja’. Kemudian Ali bin Abi Thalib berkata dengan tegas, ‘kalau begitu engkau jangan ikut bertempur.’

Mengapa Ali bin Abi Thalib melarang? Sebab orang tersebut masih memiliki bibit-bibit zalim yang bisa mengakibatkan tidak datangnya pertolongan Allah SWT, karena pertempuran tersebut bersatu dengan kezaliman. Bagaimana mungkin berjihat di jalan Allah SWT seraya ada kezaliman di dalamnya, kendati pun  mungkin hanya dilakukan oleh satu orang saja.”

Banyak bahkan hampir semua jamaah mengangguk-anggukan kepalanya. Bukan karena ngantuk, tetapi karena merasa apa yang dikatakan Kak Fariq memanglah benar. Aku bangga bisa menjadi isteri Kak Fariq. Subhannallah, Mahasuci Allah yang telah menakdirkan hidupku menjadi isterinya. Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Mu Allahku.

Waktu sholat Isha sebentar lagi tiba. Kak Fariq mengakhiri materinya.

My Husband Not Only Handsome (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang