Dua Puluh Empat

7.5K 238 2
                                    

Gapura menuju rumah, sudah di depan. Beberbelok memasukinya dan gerbang pun dibuka oleh Pak Adi. Kami segera sampai di depan pintu utama. Aku membuka pintu dan langsung berjalan keluar.

"Mm, segera buatkan teh ya! Aku akan menunggu di pendopo taman belakang." Katanya.

"Tidak mau mandi dulu?"

"Terlalu lama."

"Baiklah, akan kubuatkan. Sebentar ya?"

Aku segera masuk ke rumah dan langsung menuju dapur sedangkan Kak Fariq memasukkan mobil ke bagasi.

Segera kubuat satu cangkir teh untuknya dan secangkir kopi untuukku. Lalu mengantarnya ke taman belakang. Pintu menuju taman masih tertutup. Mungkin agar air hujan tidak masuk ke rumah. Aku meletakkan nampan berisi dua cangkir teh itu kemudian mengambil payung. Lalu membuka pintu dan, sungguh mengejutkan. Sebuah bunga di ulurkan ke hadapanku.

"Happy bhirthday my queen."Kak Fariq berdiri di depan pintu.

"Kakak?"

"Kenapa terkejut? Ini hari ulang tahunmu, bukan?" Tanyanya sambil tersenyum sangat manis. Kak Fariq yang dulu. Tidak lagi menatapku sinis.

Aku langsung meletakkan nampan dan payung itu lagi. Lalu memelukknya.

"Aku kira Kakak tidak tahu kalau ini hari ulang tahunku. Terimakasih."

"Tentu saja Kakak tahu. Selamat ulang tahun ya sayang," Katanya sambil mempererat pelukannya. "Ayo!"

Ternyata Kak Fariq menyiapkan makan malam romantis di pendopo taman belakang ini. Aku berjalan mengikutinya. Pendopo ini didekorasi sangat indah. Dipenuhi mawar bewarna merah dan balutan-balutan kain-kain satin berwarna putih. Ada seorang laki-laki berpakaian koki baru saja meletakkan makanan di atas meja. Makan malam yang sungguh romantis.

"Kamu suka?"

"Ya, sempurna. Ini adalah ulang tahun yang paling berkesan."

"Sebenarnya, Kakak ingin mengundang keluargamu dan juga keluarga Kakak. Tetapi malam ini ada yang ingin Kakak tanyakan dan tidak bisa di depan orang menanyakannya."

"Apa itu?"

"Nanti saja, kita makan saja dulu. Kamu pasti sangat letih tadi berlari karena mencemaskanku, ya kan?" Kak Fariq mulai meledek lagi.

"Seorang istri mencemaskan suaminya, wajar bukan?"

"Yah, lagi-lagi kamu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan." Katanya sambil menyentil hidungku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Sekarang rasanya aku benar-benar sudah lega. Kak Fariq sepertinya sudah tidak marah lagi denganku. Sikapnya sudah kembali seperti semula.

"Kakak sudah tidak marah padaku lagi?" Tanyaku.

"Kakak tidak marah. Hanya mengerjaimu saja"

"Apa?" Aku terkejut. Mengerjaiku? Apa maksudnya?

"Hehehe. Baiklah, akan kakak ceritakan semuanya." Kak Fariq terkekeh.

"Semuanya? Memangnya ada berapa?"

"Hahaha. Dengankan Kakak ya Alwa. Jadi sebenarnya Kakak itu sudah tidak sabar untuk mendapatkan hatimu. Itu sebabnya, muncul ide seperti ini."

"Maksudnya?"

"Semua berawal dari kemunculan perempuann bernama Via. Kamu masih ingat?"

"Tentu saja." Jawabku sinis. Ah, aku rasanya langsung badmood kalau mendengar nama itu.

"Jangan cemberut itu. Kemunculannya memang aku sengaja. Aku ingin tahu apa kamu akan merasa cemburu kalau kakak dekat dengan perempuan lain."

"Apa? Jadi waktu itu hanya pura-pura?"

My Husband Not Only Handsome (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang