Empat Belas

3.3K 153 1
                                    


Tiba-tiba saja aku teringat lagi dengan penampilan itu. Rasanya aku belum bisa terima kalau Diandra yang jadi pemuisi utama. Aku tidak suda kalau dalam pementasan nanti, dialah yang jadi pemeran utamanya.

"Alwa, kamu kenapa? Kok tiba-tiba diam?" Kak Fariq memperhatikanku dalam-dalam.

Akhirnya aku menceritakan semuanya pada Kak Fariq. Dengan air mata yang pelan-pelang berlinangan, aku memberitahu Kak Fariq tentang apa yang terjadi tadi. Kak Fariq mendengarkannya dengan tetap diam sampai aku selesai bicara. Setelah itu barulah dia berkomentar.

"Sudahlah. Jangan menangis lagi. Semua baik-baik saja. Alwa, hal ini wajar. Dalam hidup, tak selamanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita mempunyai rencana, maka Allah SWT juga mempunyai rencana. Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya, Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang di berikan-Nya kepada mu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. Surah Al Hadid ayat dua puluh dua dan duapuluh tiga. Alwa, bahkan Alquran pun menyiratkan bahwa apapun yang terjadi di dunia dan kehidupan setiap manusia sesungguhnya telah ditentukan oleh Allah SWT. Yang terpenting kamu sudah berusaha maksimal. Dan percayalah, usahamu ini tidak akan sia-sia. Mungkin dengan begini, kamu jadi lebih gigih lagi. Lebih terpacu lagi untuk menggapai impianmu. Tidak perlu terlalu sedih ketika ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan."

Kak Fariq mencoba menenangkanku. Aku hanya diam saja. Air mata terus mengalir membasahi pipi. Dada terasa dipukul benda tumpul yang sangat keras. Tetapi Kak Fariq tetap mencoba menenangkanku. Diserahkannya aku sebotol air mineral.

"Minum dulu, biar lebih tenang," tawarnya.

"Terimakasih." Kuraih botol air mineralnya dan segera meminumnya.

"Sudahlah. Sekarang coba pikirkan saja dulu yang membuatmu bahagia. Naskah novelmu gimana? Setelah tadi malam ke Zheda Castle, apakah sudah mau mencapai garis finish?"

"Sedikit lagi. Aku lagi mencari sentuhan yang bisa membuat novel iniberbeda dan mempunyai daya tarik sendiri."

"Hmm. Kenapa kamu tidak coba mencari inspirasi dari Alquran? Yakinlah, pasti hasilnya akan lebih baik. Dan selama prosesnya, maka kamu akan dapat pahala. Sekali dayuh, dua pulau terlewati."

"Benar juga. Di dalam Quran kan banyak cerita-cerita. Baiklah, nanti akan kucari inspirasi dari Alquran. Terimakasih ya Kak. Kakak adalah yang terbaik." Pujiku.

Saat melihat kuba masjid di beberapa meter lagi, aku langsung tersentak. Astaghfirullah, aku belum shalat Asar.

"Berhenti Kak!" Kataku tiba-tiba membuat Kak Fariq juga mendadak mengerem.

"Ada apa Alwa?"

"Aku lupa. Aku belum shalat Ashar,"

"Apa? Kenapa bisa?"

"Aku lupa Kak. Kita berhenti di masjid itu ya,"

"Yayaya." Kaka Fariq meminggirkan mobilnya ke dekat gerbang masjid. "Yasudah, ayo sana! Nanti keburu waktunya habis."

"Iya kak," segera kubuka pintu mobil dan langsung berlari masuk ke masjid.

***

"Sudah?" Tanya Kak Fariq ketika aku sudah sampai di mobil lagi.

"Sudah."

"Hmm, kenapa bisa lupa shalat Ashar sih?" Tanyanya.

"Iya. Tadi pas latihan, aku terbawa suasana. Jadi lupa."

My Husband Not Only Handsome (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang