My Husband Not Only Handsome (Completed)

Delapan Belas

“Mm, jadi sebuah ujian menimpa Ummu Sulaim. Suatu hari anaknya meninggal dunia, padahal suaminya sedang bepergian. Ummu Sulaim berusaha agar kematian anaknya itu tidak diketahui dengan tiba-tiba oleh sang suami sedatangnya dari perjalanan nanti. Ia pun mempersiapkan hidangan untuk menyambut kedatangan suaminya.

Ketika sang suami datang, ia pun segera menyantap hidangan yang telah dipersiapkan dengan lahapnya. ‘Bagaimana keadaan anak kita sekarang?’ Tanya suaminya. ‘Alhamdulillah sejak sakitnya itu tidak pernah setenang malam ini,’ jawab Ummu Sulaim.

Tak lama kemudian, Ummu Sulaim mulai bertanya, ‘Apakah Kanda tidak merasa heran dengan tetangga-tetangga kita itu?’, ‘Mengapa mereka ?’ Tanya suaminya. ‘Mereka itu diberi pinjaman, tetapi setelah diminta kembali tiba-tiba mereka menyatakan kedukacitaan yang luar biasa,’ jawab Ummu Sulaim.

‘Buruk sekali kelakuan mereka itu,’ ujar suaminya. Ketika itulah ia memberitahukan apa sebenarnya yang terjadi terhadap anaknya. ‘Kanda, bukankah anak kita itu hanya pinjaman juga dari Allah SWT? dan kini Allah SWT telah memanggilnya kembali.’ Setelah mendengar perkataan istrinya tersebut, sang suami pun sadar akan apa yang terjadi. ‘Alhamdulillah, Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raaji’uun’ ujarnya penuh ketabahan.”

“Subhannallah. Luar biasa sekali mereka. Istrinya sangat pandai menjaga emosi suaminya. Jika dia langsung mengatakan yang sebenarnya, mungkin suaminya akan langsung histeris. Tetapi sang istri pandai. Dia menyabarkan suaminya dulu baru memberitahu yang sebenarnya.”

“Alwa, akan terlihat indahnya pribadi-pribadi yang memiliki sifat syukur dan sabar dalam dirinya sehingga tidak tampak sama sekali dalam dirinya penyesalan akan penderitaan, rasa putus asa dalam ujian, ingin berontak ketika diharuskan taat pada syariat karena keindahan pribadinya. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Albaqarah ayat lima puluh tiga. Jadi kalau posisi kamu sebagai pemuisi utama diambil sama teman kamu, ya kamu sabar saja. Dan syukuri saja peran yang diberikan untukmu. Yakinlah, Allah selalu bersama kita. Allah selalu tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya”

“Iya Kakak benar. Terimakasih ya Kak pencerahannya.”

“Pencerahan? Memangnya Kakak lampu ya?”

“Hahaha.”

Karena sambil mengobrol, tidak terasa kami sudah sampai di Zheda Castle. Dan waktu Maghrib pun sudah hampir tiba. Kami langsung masuk ke dalam restaurant yang bangunanya tampak seperti bangunan kapur itu.
Interiornya sangat mewah dan klasik. Ala-ala vintage. Kami diatar oleh salah seorang pramusaji ke tempat meja yang bersebelahan dengan jendela. Sehingga kami bisa menikmati detik-detik pergerakan matahari yang mengguratkan keanggunan luar biasa di langit.
Waktu berbuka pun tiba. Pesanan yang kami pusan pun sudah tersaji. Kak Fariq memimpin aku berdoa. Dan setelah itu kami sama-sama meraih air mineral lalu memasukka tiga potong buah-buahan. Kami tidak langsung mengisi perut dengan makanan berat. Kak Fariq juga menyuru pramusajinya agar mengantarkan makanan beratnya nanti saja.

Kami shalat Maghrib dulu di musholla yang bersebelahan dengan restauran ini. Waktu kemari sebelumnya, aku tidak melihat musholla ini. Padahal bangunan mushollanya juga tidak kalah indah. Banyak kaligrafi-kaligrafi yang anggun menghiasi musholla ini.

Seusai shalat, kami langsung kembali ke restauran dan tanpa menunggu lama, makanan pun sudah tersedia. Karena hari ini banyak mengeluarkan tenaga, akupun jadi semakin lahap makannya. Apalagi rasanya juga sangat lezat dan aroma yang berbaur bersama asap yang masih berhembus hangat sangat menggoda untuk menikmatinya.

***

Setelah menuntaskan buka puasa, lalu shalat Isha di musholla, sekarang kami memilih untuk duduk-duduk di taman Zheda Castle yang luar biasa ini. Seperti rencana awal, aku ingin menyelesaikan naskahku hari ini di taman ini.
Aku mengeluarkan laptop dan segera mulai menuntaskan naskah ini. Kak Fariq pergi mengambil gitar dulu ke mobil. Dan tak lama dia pun kembali dengan gitarnya.