Dua

10.1K 487 8
                                    

Wanita Surga Akankah Mendapat Bidadara?
Itu judul buku yang sekarang sedang ada di tanganku. Buku yang ditulis oleh Abu Umar Abdillah ini sungguh menarik perhatianku ketika di toko buku tadi. Hari ini teman Ayah yang anaknya dijodohkan denganku, akan datang bersama istri juga anak laki-lakinya itu. Dan untuk merelaksasikan pikiranku sebelum makan malam nanti, aku memilih untuk membaca buku ini. Setidaknya, aku tidak terbawa rasa gelisah saat menunggu mereka datang. Pembahasan di buku ini sangat menarik. Mampu untuk membuat pikiranku beralih dari dilemma tentang perjodohan atau pernikahan itu.

Mengapa dalil-dalil hanya menyebut bidadari tanpa menyinggung bidadara? Ya, itu pertanyaan yang kadang menggelitik hati ketika membayangkan tentang kenikmatan Surga. Allah selalu mengiming-imingkan bahwa di Surga ada bidadari yang cantik untuk laki-laki. Tetapi Allah tidak pernah menyebutkan tentang sosok bidadara untuk wanita. Ternyata hal ini dikarenakan godaan terbesar laki-laki di dunia adalah wanita. Bahkan tidak sedikit laki-laki yang rela meninggalkan tahta hanya karena wanita. Sedangkan perempuan lebih tergoda pada hal-hal yang berupa keindahan, perhiasan, kemewahan, dan semacamnya. Itu sebabnya, untuk wanita, Allah mengiming-imingkannya dengan istana yang megah dan semacamnya. Mengapa dikatakan wanita lebih tertarik dengan hal-hal yang berbau materi karena terbukti banyaknya perempuan-perempuan yang menunda pernikahan dengan alasan ingin menjadi sukses dulu. Aku langsung tersentak. Merasa tersindir dengan apa yang dikatakan buku ini.

Aku langsung membuka lembaran yang lain. Judul sub babnya ‘Jalan Wanita Menuju Jannah’.
Jika seorang wanita menjalankan shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suminya, maka akan dikatakan kepadanya, masuklah ke dalam jannah dari pintu manapun yang kamu suka. (HR. Ahmad).

Selanjutnya buku ini menguraikan satu persatu jalan wanita menuju Jannah yang disebutkan dalam hadist tersebut. Mungkin karena saat ini, dalam pikiranku sedang berputar-putar kata pernikahan, aku jadi tertarik untuk membaca mengenai taat pada suami.

Dalam buku yang ditulis Abu Umar Abdullah ini disebutkan bahwa peluang wanita untuk mendapatkan Jannah semakin terbuka ketika sudah menjadi seorang istri.

Allah SWT berfirman : Maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)… (QS. An-Nisa: 34).

Rasulullah SAW bersabda : Janganlah seorang wanita berpergian kecuali bersama mahramnya. (HR. Muslim).

Sabda Rasulullah : Ketahuilah jangan sekali-kali seorang pria berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya. Karena yang ketiganya adalah setan,kecuali ia mahramnya. (Dari Amir bin Rabi’ah).

Saat aku masih terfokus pada lembaran ini, tiba-tiba Zahra masuk ke kamar dan memberitahu bahwa mereka sudah datang. Hidungku sejenak tidak bernapas. Lalu perlahan mengambil napas dan menghembuskannya.

“Baiklah, Kakak juga sudah siap. Ayo!” Kataku dan langsung meletakkan buku kemudian berjalan mengikuti Zahra.

***

Sesampai di meja makan, aku berusaha tersenyum pada semuanya sebelum menarik kursi dan duduk. Mataku mencari sosok pemuda yang dijodohkan denganku.

“Fariq sedang ke toilet Alwa.” Kata Ibunya pemuda itu.

“Oh iya tante.”

Ternyata nama pemuda itu Fariq. Aku sebisa mungkin mengukir senyum meski dada ini rasanya sudah tidak karuan degupnya.

“Nah ini dia Fariqnya.”

Aku langsung terdiam ketika menyadari pemuda itu sudah muncul. Aku belum melihatnya. Pandanganku masih terhenti ke arah lain. Aroma parfumnya mulai bergerak dan menyentuh udara yang kuhirup. Aku suka aromanya. Maskulin.

“Hai,”

Suaranya tegas, bulat, jelas dan juga lembut. Tersirat sebuah ketulusan dalam suaranya. Pelan-pelan aku mengarahkan wajahku memandangnya. Subhannallah. Ayah benar, pemuda ini sangat tampan. Dia mengenakan kemeja warna hijau lumut, membalut badannya yang ideal dengan perut rata bahkan kemungkinan six pack. Kemejanya dimasukkan ke dalam celana panjang bewarna hitam dengan tali pinggang yang melingkar di bagian pinggulnya. Seperti tuan muda dari negeri Gingseng yang luar biasa mempesona dengan penampilan super elegan. Dalam hati, tanpa sadar kumenjerit “Oppa!”

“Hai juga,” Sapaku lagi sambil tersenyum dan dia juga membalas lagi dengan senyum.
Senyuman yang sungguh manis. Wajahnya membuat aku ingin menjulukinya ‘innocent man’, dia baby face namun sarat dengan kedewasaan. Dari matanya terlihat dia adalah orang yang jenius. Namun ada aura kepolosan yang seolah menunjukkan bahwa dirinya masih murni dan tidak pernah melakukan dosa seperti bayi.

Para orang tua sibuk mengobrol. Sedangkan aku dan dia hanya diam menikmati makan malam dan sesekali mencuri pandang. Jika tidak menyadari bahwa situasi ini terkait dengan pernikahan, mungkin aku akan tertarik padanya. Matanya kecil. Berkulit terang. Hidungnya masuk dalam kategori mancung. Bibirnya merah. Rambutnya kecoklatan sedikit bergelombang, cukup stylish.

Bukan hanya aku yang memandangnya. Tetapi dia juga sepertinya melirik-lirik melihatku. Penampilannya yang luar biasa ini sedikit membuatku mengevaluasi penampilanku. Menggunakan gaun panjang berwarna merah muda yang sangat soft dan blazer warna siver serta jilbab berwarna sama dengan gaunku. Juga sedikit memoleskan make-up meski sangat tipis.
Kami tetap diam dan membiarkan para orang tua yang mengobrol panjang. Sedangkan kami seolah berusaha membaca kepribadian satu sama lain dari pupil yang sesekali menyorot.

My Husband Not Only Handsome (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang