Chapter 9- Over piyama.

23 2 0
                                    

"Ih aku gaktau sumpah." jawabnya cemas. Kini Shila bukan lagi takut tidak bisa pulang, tapi dia memang tidak bisa pulang karena tak tau alamat.

Afkan kembali memutar bola matanya, kini dia mendengkus, dan kembali menatap lawan bicaranya. "Yaudah, sekarang gini aja. Lo telfon dulu bokap lo atau nyokap lo, gue tunggu disini sampe ada yang bisa jemput." ucap nya.

"Ih tapi Papa aku lembur hari ini, mama aku di Bandung." jawab Shila semakin cemas. Kini rasa cemasnya takbisa di tutupi, sesekali bibir bawahnya digigit karena takut.

"Ih nyusahin banget sih lo. Yaudah masuk!" tekas Afkan. Dia sudah sangat lelah, ia selalu berfikir kenapa wanita selalu banyak drama yang menyusahkan diri dan orang lain?

Shila kaget dengan satu gertakan dari Afkan, ia tak perduli lagi dengan alamat. Ia pun bergegas masuk ke mobil Afkan. Kini pandangan Afkan kembali pada kemudi dan langsung melesatkan mobil sport nya.

Beberapa waktu mereka mengitari beberapa wilayah hanya untuk memberi ingatan pada Shila mengenai jalan menuju rumahnya.

"Jadi sekarang lo mau kemana?" nada Afkan terdengar kesal di telinga Shila.

Shila dengan gugup nya menjawab. "Sebenernya aku gak tau alamat rumah gara gara baru pindah kesini. Maaf.." jawab Shila dengan hati yang masih mengeluarkan kata kata sial karena ingin segera pulang.

Afkan menghela nafas panjang, sedetiknya dia memijat dahinya yang terlihat dibuat mengkerut. " Gini aja deh, lo nginep di rumah gue, ntar besok nya kita liat alamat lo di data pelajar punya lo." jawabnya datar.

" Hah?! gak mau ah, aku mau pulang." ucap Shila yang bersingkukuh ingin pulang.

Afkan melirik ke arah Shila sekitar 5 detik, setelahnya dia kembali menghadap kemudi. " Gini ya, gue udah bener bener capek. Jadi lo nurut aja sama gue, gue udah baik mau nampung lo di rumah. daripada lo nyeker nyari alamat rumah kaya gembel. Mau?!" tekas Afkan.

Shila tak bisa berbuat banyak. Benar kata Afkan, seharusnya dia berucap terima kasih padanya, bukan malah merepotkan.

"Yaudah, aku nginep di rumah kamu aja. Tapi---"

"Udah gak ada tapi. Udah sampe." jawab Afkan seraya mematikan mesin mobil.

Shila melongo dan menatap ke arah sekitar. Dia tak percaya, hari ini dia menginap di rumah Afkan yang notaben nya adalah primadona sekolah.

***

"Nih, lo tidur di kasur gue aja, biar gue tidur di sofa itu." Ucap Afkan sambil menunjuk sofa di kamarnya.

Shila terlihat linglung karena takut. "Afkan... Aman kan?" tanya Shila dengan wajah cemas.

" Aman lah gila. Emang gue cowo apaan. Udah lo tidur disitu! Gue mau mandi dulu." jawab Afkan dengan nada kesal.

Shila hanya bisa mengangguk, kini dia memberikan kepercayaan nya pada laki laki yang berbeda angkatan dengannya. Shila mengitari kamar Afkan hanya sekedar untuk melihat lihat dan menghilangkan rasa takut... dia rasa..

Shila melihat beberapa pajangan foto berjejer di dinding. Shila bisa menebak itu adalah foto masa kecilnya Afkan. Bisa dilihat dari matanya, mirip. Haha lucu sekali. Tersimpul sedikit senyum di wajah Shila. Dia tersipu.

Ngek!!

Terdengar suara pintu terbuka. Shila melihat ke arah suara, disana terlihat jelas seorang Afkan yang masih menggunakan bathtowel. Shila terpaku melihatnya, Afkan terlihat cool dibanding di pesta tadi. Namun ia kembali teringat, ia segera memalingkan wajahnya kesembarang arah, dia takut kalau Afkan bakal ke gr an.

"Kenapa lo? Gue handsome?" tanya Afkan dengan nada seperti menyindir.

Shila yang masih melihat kesembarang arah mencoba menjawab. "Ih apasih, aku-- aku cuman mau tanya." jawabnya gugup.

"Tanya apa?" ucap Afkan sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Kini Shila berfikir sejenak. Apa yang ingin dia tanyakan? Itu hanya jawaban untuk menutupi simprat merah di wajahnya karena dia tersipu tadi.

Cling!

Kini dia tau harus bertanya apa. "Aku tidur pake baju apa Afkan?" tanya Shila sambil menatap Afkan yang masih berjarak.

"Oh itu, emm bentar." Afkan membuka lemari bajunya yang terdiri dari 4 pintu, dia membuka satu demi satu pintu. "Gue sebenernya ada baju yang baru banget dibeliin sama Ka Jess, but too over." ucapnya sambil mencari baju yang dimaksud.

What?! Over? Di aku bakal kaya bebegig sawah atuh.

Gerutu Shila dalam hati.

"Nah ini." ucap Afkan sambil melempar baju piyama bergaris merah putih horizontal pada Shila. Shila otomatis menangkap dan memperhatikan baju yang diberi Afkan.

"Gaksalah?" tanya Shila sambil menatap piyamanya.

"Udahh pake aja, bawel banget si lu." ucap Afkan.

"Sana ke kamar mandi, lo ganti disana. Sekalian gue mau ganti baju. Cepet!" lanjutnya sambil memberi isyarat untuk Shila agar segera hengkang ke kamar mandi.

***

QueenizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang