Dentuman lagu metal menggema di telinga Dika. Dika yang pertama kali hadir di acara konser, hanya bisa memicingkan kedua matanya. Sementara itu, Aldena dengan tenang mengangguk-anggukan kepalanya.
"Den!" teriak Dika seraya menonyor helm yang digunakan Aldena, "bantu mikir!"
"Ini juga sambil mikir!" Aldena balas berteriak.
Dika hanya mendesah kesal. "Gue pergi dulu beli minum!"
Aldena mengangguk pelan.
Suasana malam itu sangatlah ramai. Kendaraan bermotor tampak seperti pinguin di tengah badai salju. Deru knalpot yang menggaung pun, seperti ikut memeriahkan acara tersebut.
Dengan bersusah payah, Dika melewati kendaraan yang mengantri. Sesekali, ia harus berdiri menunggu kemurahan hati si Pengemudi memberi jalan. Ditarik perut buncitnya agak tidak memakan lahan yang banyak.
Setelah lima menit berjuang, Dika berhasil menyebrang ke sisi lain. Dengan cepat ia mengambil ponsel, dan menekan kontak bernama "Aldena". Tidak sampai lima detik, terdengar suara protes dari seberang.
"Lo cari parkiran yang sepi!" pinta Dika.
"Lah? Emang?"
"Udeh cepet, pokoknya cari yang gak macet."
"Iye-iye! By the way, mizone orange satu."
Dika berdecak kesal dan menutup panggilannya. Diedarkan kedua matanya diantara manusia yang berdiri di trotoar. Lalu, ekor matanya menangkap tempat yang ia cari.
"Bu, punten."
"Kedap," ujar seseorang wanita dari dalam.
Dika hanya terdiam dan mengamati warung tersebut. Terdapat sebuah televisi berlayar datar yang ditempelkan di sudut ruangan.
"Palay naon, Kasep?"
Dika mengambil dua botol yang dipesan oleh Aldena. "Berapa, Bu?"
"Sapuluh rebu."
Dika mengangguk dan memberikan uang sepuluh ribuan. "Nuhun," ujar Dika pelan. Kemudian, ia mengambil handphone-nya yang tidak begetar atau berbunyi. Tanpa melihat, Dika mendekatkan handphone-nya ke telinganya. "Assalamualaikum, kumaha ... masih lami ...." Dika berpura-pura menerima sebuah telepon.
Selama hampir satu menit, Dika bermain sandiwara di depan si pemilik warung. Sesekali ia melirik ke arah si wanita yang tampaknya teperdaya.
"Enya atuh ... waaaikumsalam," ujar Dika dengan nada pelan.
"Nunggu jemputan?" tanya si Wanita.
Dika tersenyum sesaat. "Iya, Bu ... nunggu temen baru berangkat."
Si Wanita membulatkan mulutnya.
"Ikut nunggu di sini, ya, Bu."
"Mangga-mangga!"
Dika tersenyum dan meletakan pantatnya di atas kursi. "Suka macet, Bu di sini?"
"Ah, jarang. Ini mah karena ada acara band aja," jawab si Wanita, "ih Ibu mah da rarieut dengerin lagunya."
Dika terkekeh seraya mengangguk pelan. "Mending dangdutan, ya, Bu?"
"Iya. Inimah ... gogorowokan gak jelas." Dika kembali tertawa mendengar si Ibu menyebut scream dengan teriakan gak jelas.
"Kalau biasanya sepi di sini, Bu?"
"Ih! Ibu mah kalau udah jam sepuluh ke atas, tutup. Apalagi kalau gak ada suami Ibu, takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashdrive (#WYSCDCF)
Mystery / ThrillerT A M A T Highest Rank: #42 in Mystery/Thriller (27 Agustus 17) Cetakan pertama [16 Juli 2017] Apa yang terjadi jika kamu menemukan sebuah file asing di flashdiskmu? Reinardus Tinggi Situmorang adalah seorang mahasiswa semester satu fakultas informa...