Adzan ke lima di hari itu sudah menggema. Jarum jam yang menempel di dinding menunjukan pukul tujuh. Dengan wajah terlipat, Rafi menekan tombol remote yang sama berkali-kali. Setiap kali Rafi menekan, tampilan di layar datar itu berubah. Hingga pada percobaan ke dua puluh, Rafi mulai tersenyum.
Kedua matanya memandang lekat layar datar yang didominasi warna hijau. Terdapat sekitar dua puluh orang berlarian ke sana ke mari mengejar bola berwarna putih. Di bagian sudut kanan atas, tertulis tulisan "Queens Park Rangers vs Aston Villa".
Belum sempat ia meletakan remote, handphone-nya berdering cukup keras. Dengan malas ia mengambil dan mengangkat panggilan itu. "Ya ... oke."
Rafi terdiam sesaat setelah pihak si Penelepon menutup panggilannya. Kemudian, ia segera berdiri dan berjalan menuju lemari tua di ruang tengah. Dengan terampil, ia masuk ke dalam lemari, melewati lubang yang ia buat, dan berlari melalui terowongan.
Tidak sampai lima menit, Rafi sudah berdiri tepat di depan pintu di mana Reinard dan Nayla berada. Dengan tenang, ia membuka kunci gembok pintu tersebut, dan mendorongnya. Namun, ketika ia melihat ke sekeliling, seluruh tubuhnya mematung.
Tidak ada sosok Nayla ataupun Reinard di sana.
Lalu, sebuah kursi kayu menghantam kepala bagian belakang Rafi dengan keras. Seketika, Rafi terjatuh dan 'tak sadarkan diri.
Reinard terdiam dengan napas tersenggal-senggal. Ditatapnya Rafi yang tergeletak di lantai tak berdaya. "Nay! Cepet!" teriak Reinard.
Nayla yang melihat hal itu hanya bisa terdiam. Kedua matanya kosong menatap Reinard yang bermandikan keringat. Sadar apa yang tengah terjadi, Reinard menarik tangan Nayla ke luar ruangan itu.
Kedua mata Reinard bergerak ke kanan dan ke kiri. Ruangan itu cukup gelap. Beruntung cahaya bulan dari jendela 'tak berkaca membantu penglihatan mereka berdua. "Nay, kita harus keluar sekarang!"
"A-apa?"
"Kita harus keluar sekarang!" ujar Reinard lagi seraya menghampiri salah satu kaca, "kita bisa lewat ...."
"Kyaa!" teriak Nayla.
Sontak, Reinard berbalik dan memandang Nayla. Dalam keadaan tubuh bermandikan darah, Rafi berdiri dan memegang rambut Nayla. "Anjing! Beraninya lu ... sama gua!" teriak Rafi seraya mengerjapkan kedua matanya.
"Lepasin monyet!" teriak Reinard seraya berlari.
Rafi yang mengalami gangguan dengan penglihatannya, hanya bisa terdiam dan menerima serangan Reinard. Namun, dengan cepat tangannya menarik baju Reinard, hingga mereka berdua terjatuh bersamaan.
Tanpa melihat dengan jelas, Rafi mengunci kedua kakinya di pinggang Reinard. Sementara kedua tangannya, melakukan hal yang sama di leher Reinard.
Sadar akan posisi yang tidak menguntungkan, Reinard berusaha melepaskan kuncian di lehernya. Namun, tenaganya tak mampu mewujudkan hal itu.
"Nay!" teriak Reinard lirih.
Nayla hanya bisa terdiam menatap Reinard yang tengah bergulat. Tekad yang sempat ia buat, rupanya belum membulat sempurna. Apa yang sempat ia bicarakan beberapa waktu sebelumnya, 'tak berjalan sesuai lancar rencana.
"Gimana?" tanya Nayla yang masih dalam keadaan terikat.
"Gue udah omongin soal Texas dan Band Hill. Bang Maul bakal telepon kita nanti jam delapan, masih ada sekitar satu jam lebih. Tugas kita, adalah nyari posisi kita ada di mana," jawab Reinard.
"Caranya?"
"Gue juga gak tahu, tapi ... yang jelas kita harus pergi ke luar."
"Ngelawak, ya, lo. Gue sama lo itu aja diiket, mau gimana ke luarnya? Lo mau suruh gue kaya tadi?" protes Nayla yang sempat melompat dengan posisi tubuh masih terikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashdrive (#WYSCDCF)
Misterio / SuspensoT A M A T Highest Rank: #42 in Mystery/Thriller (27 Agustus 17) Cetakan pertama [16 Juli 2017] Apa yang terjadi jika kamu menemukan sebuah file asing di flashdiskmu? Reinardus Tinggi Situmorang adalah seorang mahasiswa semester satu fakultas informa...