3.

243 17 2
                                    

Ternyata benar kata orang, HUJAN itu Satu persen merasakan airnya, dan sisanya merasakan kenangannya.

-----

Ya, disinilah Nabila, di tempat taman yang tidak begitu jauh dari sekolahnya. Yang begitu banyak kenangan.

Entah kenangan dengan teman,sahabat,guru,musuh,dan tentunya dengan dirinya.

Dan ditempat ini jugalah yang menjadi saksi bisu kisah cinta mereka berdua.

"Ujan sel" Ucap Nabila.

"Iya alhamdulillah lah"

"Jadi kangen gue sama dia ujan-ujanan bareng" Ucap Nabila yang menatap kosong lurus kedepan.

"Ternyata benar kata orang, HUJAN itu Satu persen merasakan airnya, dan sisanya merasakan kenangannya"

Dan kini ia mengingat kenangan dengan Nandar lagi. Disaat yang sama, ditempat yang sama.

Flashback on.

Line!!!

Nandar : "kamu dimana?"
Nabila  : "di Warnet Fikri yang    ada di pasar tuh"
Nandar : "otw"

Aku tersenyum, begitu Nandar  ingin menjemputnya di warnet setelah ia menyelesaikan tugas sekolah.

Suara gemuruh sangat terdengar jelas yang menandakan bahwa diluar hujan. Dan akupun men-chat Nandar, takut-takut ia kehujanan.

Nabila : "kamu dimana? Mendung tau, bawa motor kan?"
Nandar : "udah diwarnet"
                 "Yah kaga"
Nabila : "hah? Udah diwarnet? Dimananya?
           "Yah alamat keujanan udeh"
Nandar : "diluar, kamu dimana?"
Nabila  : "didalem, nomor 11"
Nandar : "oh, udah selesai belum?
Nabila  : "belum"
Nandar : "selesain gih, kalo udah aku kedalem, pen nonton dulu"
Nabila : "siaaapp"

Aku pun mengetik kembali kerjaan tugasnya. Dan tiba-tiba-

"Ngerjain apaan si? Lama banget dah?"
Suara khas, wangi badan yang khas. Gasalah lagi dia Nandar.

"Astaga kagetin aja" Pukulku. Dan Nandar menyeringai.

"Ini dikit lagi selesai ko"

"Buruan, mendung tau"

"SELESAI" Sorak diriku bergembira. Hingga menjadi tatapan para pemain di warnet.

"Bang? Nomor 11 di print ya"

"Iya"

Setelah semua tugas selesai, kami  pun pergi meninggalkan warnet.

"Lah? Kamu gabawa motor beneran?"

"Engga. Gapapakan kalo jalan?"

"Ya asal sama kamu mah kuy saja"

"Saae endut"

"Anjir item. Nyesel aku ngomong kaya tadi"

"Canda ndut" Cubit Nandar ke pipi ku dan aku pun blushing.

"Nahkan gerimis, ayo buruan" Titah Nabila.

"Santai aja si en"

"Oiya aku bawa payung"

"Satu doang tapi"

"Yaudah pake dah"

"Gaah satu berdua aja, ntar kamu sakit terus keujanan gimana?"

"Yaudah"

Nandar yang tadi dibelakang aku, kini beranjak menyamai langkahku. Dan sekarang, ditengah hujan gerimis kami berdua samping-sampingan di payung yang sama.

"Nambah deres lagi ujannya" Aku teriak, karena hujan begitu deras agar terdengar suaranya.

"Kenyee... lewat komplek aja ya, biar sepi. Ribet juga kalo ada kendaraan banyak"

"Iya"

"Kamu kenapa gabawa motor aja? Kan aku udah chat tadi, biar gakeujanan kaya gini"

"Gapapa, aku pengen jalan aja sama kamu, biar lama nyampenya"

"Lah? Ko gitu?"

"Iya, soalnya aku pengen lama-lama sama kamu. Jarang-jarang kan ketemu kamu"

Deg.

Senang rasanya mendengar perkataan itu dari mulutnya. Kini, masalah hujan tak lagi ku hiraukan. Asal bersamanya, walau badai menimpa, hujan, petir, akan kuhadapi.

Begitu Nandar melihatku menggigil karena kehujanan,
"Kamu kedinginan ya? Sini aku peluk"

Untuk kedua kalinya, ia membuatku blushing. Disaat dipeluk seperti ini? Nyaman, hangat. Itu yang kurasa.

"Kamu juga menggigil tuh, kamu kedinginan juga?"

"Iya aku kedinginan, peluk aku dong en"

"Engga ah kamu bau belum mandi"

"Nih lagi mandi kocak"

Dan kami pun tertawa bersama. Moment sederhana pun aku bisa bahagia denganmu. Aku harap, kita bisa seperti ini selamanya.

"Tangan kamu dingin dah en, sini aku pegang"

Untuk ketiga kalinya, kau membuatku blushing lagi. Dan membuatku bahagia. Lagi.

Hingga dimana kita berpisah, didepan gang rumahnya. Karena, rumahnya dulu lah yang dilewati, baru rumahku.

"Thanks for today" Ku berikan senyum terbaikku untuknya.

"Yah berpisah"

"Hati-hati dah ya kalo gitu. Gausah ditemenin gapapa kan?"

"Iya gapapa"

"Beneran nih gapapa?"

"Iyya sayang gapapa"

Dia pun tersipu malu. Sungguh, aku geregetan saat ia tersipu malu seperti itu. Rasanya ingin mencubit.

"Yaudah hati-hati ya. Byee sayangku"

"Lebay"

Dan kami tertawa lagi.

"Ah alamat diocehin nih" Gumamnya yang terdengar olehku. Aku tidak menegurnya, karena ada benarnya perkataannya.

Saat dirumah pun aku masih merasakan pelukannya dan senyumannya. Sungguh, hari yang sangat bahagia.

Flashback Off.

Kini, semua itu hanyalah kenangan. Kenangan indah yang jika diingat tetaplah terasa indah bagiku, karena aku bersyukur, setidaknya ada satu moment yang membuatku pernah merasa menjadi orang yang paling bahagia diseluruh dunia.

"Weh! Ko lu ngelamun aja. Ayo pulang, dah berenti ujannya" Ucap Shela yang sedang jalan searah denganku, karena dia ke rumah neneknya untuk meminta jemput.

"Iye cot"

Kami pun menuju rumah masing-masing.

💕💕💕💕💕

Jadi kangen ih. Wkwk

Our Relationship [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang