Aku memegang tas ku lalu membuka pintu mobil dan menurunkan kakiku untuk sampai ke daratan, setelah itu aku menutup pintu mobil Harry perlahan lalu terdengar bunyi pintu mobil terkunci. Aku menghembuskan napas dan melihat ke kiri dan ke kanan, mencoba menyerap keadaan di "tempat tinggal" baruku ini.
"Come..."
Kata Harry tanpa melihatku, aku mengikuti langkahnya yang cepat-cepat, membuatku tergontai dan hampir setengah berlari untuk mengikuti langkahnya. Sampai akhirnya aku berdiri di depan pintu kayu dan Harry memutar kunci kedalam pintu kayu itu. Aku mengikutinya memasuki apartemennya, baunya khas bau laki-laki, namun semakin aku melangkah kedalam apartemennya, aku semakin mencium bau parfum perempuan yang menerobos kedalam indra penciumanku.
"Kapan barang-barang mu sampai?"
Tanya Harry, tanpa menoleh kearahku juga pastinya.
"Mungkin besok pagi, atau tengah malam nanti, entahlah, aku menyuruh salah satu teman baikku untuk mengepak barang-barangku dan mengantarnya ke sini."
Kataku, aku duduk di sofa terdekat yang aku lihat, kutaruh tasku di sebelahku, dan terdiam seperti itu untuk kurang lebih 5 menit. Mataku mengikuti gerakan Harry, kemanapun dia melangkah, kekanan, kekiri, sampai dia masuk ke dalam ruangan--yang ku pastikan adalah kamarnya--lalu dia keluar dengan kaos oblong dan sweat pants berwarna abu-abu.
"Kamu bisa cek kamar dulu, masuk aja."
Kata Harry sambil memunggungiku, tangannya meraih-raih kedalam kulkas yang ada di depannya. Aku tersenyum malu lalu mengangkat tasku dan masuk kedalam kamar Harry--atau bisa ku bilang kamar "kami"--dengan langkah pelan-pelan, sambil sesekali memperhatikan properti yang ada di dalam apartemennya ini.
"Tempat tidurmu yang bed cover nya warna pink!"
Aku mendengar Harry berteriak dari luar, aku menjawabnya dengan iya-an lalu menaruh tasku keatas tempat tidur dengan bed cover warna pink yang dia bilang tadi. Aku duduk dan beberapa lama kemudian handphone ku berbunyi.
"Treylina..."
Terdengar suara Danny dari ujung telepon, dia menghembuskan napasnya lega, seperti lega akan sesuatu.
"Dan, ada apa?"
Tanyaku.
"Aku telepon berkali-kali ke apartemenmu? Kamu dimana?"
Tanya Danny, aku menggigit bibirku, takut.
"Aku... Aku... Aku ada di rumah orang tua Jeslyn... Iya, orang tua Jeslyn..."
Kataku, berbohong, untuk yang pertama kalinya, kepada Danny. Perlu keberanian yang besar untuk berbohong kepada laki-laki serba tahu itu.
"Rumah orang tua Jeslyn? Temanmu yang annoying itu?"
Kata Danny membuatku menggeleng-gelengkan kepala, jengkel.
"Jangan bilang seperti itu, Dan..."
Kataku.
"Ada apa kok kamu ke rumahnya? Ada masalah di apartemenmu? Ada yang bisa ku bantu?"
Tanya Danny.
"Nggak, nggak, Dan. Aku memang lagi mau bantu-bantu Jeslyn aja, dia ada acara..."
Kataku, berbohong lagi. Kepalaku berdenyut-denyut, aku bisa merasakan ketakutan di dalam tubuhku. Bagaimana kalau Danny tahu aku berbohong?
"Benar? Kamu tidak sedang dalam masalah kan, Trey?"
Tanya nya.
"Nggak, Dan."
Kataku sambil menggelengkan kepala, walaupun Danny mungkin tidak bisa melihatku. Terdengar Danny menghembuskan napasnya, lalu berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
FanfictionHe used to lie to me, when he said he loves me. He used to. Used to lie to me.