21

279 19 1
                                    

Aku langsung menciut, saat itu juga, jantungku berdegup lebih kencang, sekarang bukan karena rasa kangenku jadi berlebih karena aku lihat Harry, namun karena rasa takutku semakin bertambah, melihat Sydney, bersama Harry.

"Sup?"

Aku mendengar suara Harry, sepertinya suara dia bergema, oh bukan, hanya halusinasiku saja.

"Ada apa, Trey?"

Kali ini suara Gania yang ku dengar, aku masih bisa melihat jelas Harry masih berdiri di depan pintu kamar, dan di belakangnya masih berdiri, Sydney.

"Ah, nggak."

Aku jawab singkat, lalu aku mengubah posisi tidurku dan berbalik, membelakangi pintu. Yang benar saja, aku sudah merusak reputasi Harry kemarin, akhirnya sekarang Harry juga tahu kalau Danny itu adalah tunanganku, dan sekarang mereka bilang aku harus segera menikah dengan Harry? Dan sekarang, lihat, Sydney kembali bersama Harry. Tuhan, ada apa dengan hidupku ini.

Entah berapa lama aku sudah tidur, yang jelas saat ku terbangun aku mendengar pintu depan apartemen tertutup, dan saat aku menoleh aku melihat Harry berjalan lalu lalang di luar tengah, aku menghembuskan napasku, mungkin Gania, Jeslyn, juga Sydney, sudah pulang, dan Harry sendirian di ruang tengah.

"Harry..."

Aku memanggil Harry kembali, kali ini suaraku serak, bahkan hampir tidak bisa terdengar, aku mengangkat tanganku yang di infus, lalu mendapatkan kulit di sekitar tanganku mengkerut.

"Harry..."

Panggilku sekali lagi, kali ini diiringi batuk, oh Tuhan, jangan sampai sakitku tambah parah. Aku mendengar suara telapak kaki melangkah dengan cepat, dan mendapatkan Harry di depan pintu kamar, aku sulit melihat wajahnya.

"Ya, Trey? Lo ada perlu?"

Tanya Harry, aku menggeleng, entah Harry bisa melihat atau tidak.

"Gue minta maaf, Har..."

Kataku.

"Kenapa harus minta maaf?"

Tanya Harry.

"Karena gue merusak reputasi lo kemarin, di konser Vance..."

Jelasku, aku melihat Harry menggeleng.

"Nggak, bukan salah lo, lo juga dipermalukan kemarin..."

Kata Harry, aku menghembuskan napas, sepertinya persahabatanku dan Harry tidak akan kembali seperti biasa.

"Gue justru yang harus minta maaf..."

Kata Harry, aku terdiam, mencoba untuk mendengar penjelasan Harry selanjutnya.

"Karena setelah laki-laki moron itu menarik lo keluar gedung, gue nggak bisa apa-apa..."

Lanjut Harry, aku tersenyum lemah.

"Tadi ada Sydney..."

Kataku, Harry berjalan mendekati tempat tidur, dan duduk di sampingku.

"Ah, iya, katanya dia mau jenguk lo, tapi sepertinya lo belum bisa ngobrol sama dia..."

Kata Harry, aku jadi merasa sedikit bersalah.

"Suruh dia datang lagi aja besok..."

Kataku, Harry tersenyum.

"Really?"

Kata Harry, aku tersenyum dan mengangguk, lalu malam itu kami habiskan sambil mengobrol dan minum hot chocolate, untunglah dia tidak membicarakan soal kejadian di konser Vance, begitu juga tentang Danny.

***

"Trey!! Here she is!!"

Aku mendengar Harry berteriak, lalu pintu apartemen terdengar di tutup, aku hanya masih terbaring di tempat tidur, baru saja perawat dari rumah sakit pulang, katanya baru besok malam aku bisa di lepaskan dengan segala macam peralatan rumah sakit ini. Ada perasaan tidak enak di hatiku, ingin sekali rasanya melepaskan semua alat-alat ini, aku merasa merepotkan Harry karena mempersempit kamarnya dengan semua alat-alat ini.

Aku menoleh mendengar pintu kamar di ketuk, berdiri Sydney dengan sweater gombrang dan legging hitam, rambutnya di kepang ke samping, aku tersenyum dan menyuruh dia masuk.

"Hi, Sydney.."

Kataku, suaraku sudah kembali seperti semula.

"Hi, kak Trey..."

Kata Sydney sambil berjalan ke samping tempat tidurku.

"Ah, don't call me that!"

Kataku sambil tertawa kecil, rasanya tua sekali aku dipanggil kakak.

"Get well really soon..."

Kata Sydney.

"Thank you, Sydney..."

Kataku, Sdyney menarik kursi dan duduk di sebelahku.

"Jadi, aku panggil kamu Trey?"

Tanya Sydney sambil tersenyum lebar, entah mengapa waktu itu aku bisa lepas kontrol dan jadi emosi dengan perempuan imut satu ini, oh! Lihatlah! Kedua mata birunya itu imut sekali!

"Ya, panggil aku Trey..."

Kataku sambil tersenyum, Sydney tertawa kecil sambil mengangguk-angguk.

"Well, Trey, get well really really really really really soon!!!!"

Kata Sydney sambil berdiri sedikit dan memelukku perlahan, aku tertawa pelan, ada apa dengan anak ini.

"Ohh okay, okay, Sydney! Aku juga berharap aku sembuh cepat..."

Kataku sambil tertawa dan melihat Sydney kembali duduk di kursi, lalu perlahan Sydney mendekatkan kepalanya ke telingaku.

"Because he misses you so much! It's annoying to hear his voice when he is talking about you! He said that he was so--"

"Sydney! Luke ada di depan"

Tiba-tiba bisikan Sydney terhenti, aku dan Sydney menoleh dan melihat Harry di pintu kamar, satu tangannya memegang mug, di wajahnya tertera senyum kecil, ah, lesung pipi ya itu.

"Luke..."

Kataku sambil tersenyum aneh kearah Harry, Harry mengangkat kedua bahunya dan duduk di kursi tempat Sydney duduk tadi. Ah iya, omongan Sydney barusan, apa katanya? Dia bilang Harry kangen sama aku? Ah, perempuan kecil itu.

"Luke?"

Kataku lagi, kali ini dengan nada bertanya, Harry mendekatkan mugnya ke mulut dan menegak minuman apapun yang ada di dalam mug itu lalu kembali mengangkat kedua bahunya.

"Bukannya kalian..."

Omonganku terpotong, Harry tertawa cekikikan, membuatku mengerutkan dahiku berlipat-lipat.

"Oh, Trey! Please! Jangan bilang kalau lo kira Sydney itu cewek gue!"

Aku mengangkat kedua alisku setelah mendengar pernyataan Harry, well, that's confusing.

"She's not my girlfriend, Trey..."

Kata Harry lagi, mukanya flat, aku hanya menatapnya, masih dengan tatapan aneh dan bingung.

"What? Why do you even care? You have a fiance!"

Kata Harry membuatku menghapus ekspresi yang ada di mukaku dan menoleh mencoba memalingkan pandanganku dari Harry.

"Guys! Trey! Harry! This is Luke!"

Aku menoleh saat mendengar Sydney berteriak, dia berada di depan pintu kamar sambil menggandeng seorang laki-laki yang tingginya lebih tinggi dari dia, mereka berdua tersenyum lebar, atau bisa ku bilang mereka berdua sedang cekikikan, well, aku tidak bisa menahan untuk cekikikan juga, namun di dalam hatiku aku merasakan perasaan yang lain, dan saat aku melirik Harry sekilas, matanya tidak menoleh menatap Sydney, ataupun aku, matanya tertuju kepada mug nya, lalu dia berdiri dan permisi untuk keluar dari kamar.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang