Salah. Sangka.
Kesalahan yang besar, aku dan Harry merasa seperti orang-orang yang benar-benar besar kepala, kesalahan yang fatal dan memalukan. Kami sama-sama berbalik dan melihat 4 orang member One Direction yang sekarang masih tetap bersama, Harry cepat-cepat berbalik dan menarik tanganku untuk berjalan lebih cepat ke dalam mobilnya, sementara mataku masih tertuju kepada 4 laki-laki yang melambaikan tangan mereka kepada paparazzi yang ada di depan mereka.
Harry buru-buru membuka pintu mobil dan mendorongku ke dalam mobil, lalu dia berlari dan masuk ke dalam mobil, duduk di belakang kemudi. Mukanya merah, pucat, sepertinya dia kaget karena melihat mantan rekan kerja dan sahabat-sahabatnya yang ternyata sudah mencuri perhatian paparazzi yang seharusnya dialah yang menjadi sasaran parazzi.
"Gue kira mereka--"
"Udah diam, kita ke supermarket."
Kata Harry memotong omonganku, lalu dengan ekspresi dingin dia mulai mengemudikan mobilnya, cepat. Aku berkali-kali meremas jok mobil yang ku duduki, untung saja Harry nggak kena tilang karena ekspresi dan cara dia mengemudi seperti orang yang mau siap-siap membunuh!
Sesampainya di supermarket Harry turun dengan cepat dan berjalan kearah supermarket, sementara aku harus berlari turun dari Range Rover tingginya dan mengikuti dia dari belakang sebelum dia memencet remote mobilnya dan mobilnya terkunci. Harry cepat-cepat mengambil 2 bungkus Oreo dan berjalan ke kasir, namun sebelum dia mengantri di kasir dia berbalik melihatku yang sudah ngos-ngosan mengikuti langkahnya yang panjang dan cepat-cepat.
"Lo nggak mau beli sesuatu?"
Tanya Harry, aku menggeleng. Harry menatapku 3 detik lalu mengambil 3 bungkus KitKat yang ada di sebelahnya dan dia pun masuk ke barisan kasir. Aku mengikutinya mengintil dari belakang, sementara Harry tersenyum dan sedikit berbincang dengan penjaga kasir, aku memperhatikan lingkungan di sekitar kami, kalau-kalau saja ada orang yang mulai mengangkat gadget mereka dan memoto kami berdua.
"Thank you, have a good day!"
Kata sang kasir.
"You're welcome, good day to you too!"
Balas Harry lalu berjalan melewati kasir, aku tersenyum kearah penjaga kasir lalu berjalan mengikuti Harry keluar dari supermarket, Harry membuka kunci mobilnya dan aku langsung masuk ke dalam dan duduk dengan tenang. Sekali lagi, perjalanan pulang ke apartemen terasa sangat sepi dan sunyi. Sampai di depan gedung apartemen Harry dengan santainya membuka pintu mobil dan melepaskan beanie yang di pakainya, aku langsung berlari kecil mengikuti langkahnya, mencoba untuk melindungi diriku di balik tubuhnya yang tinggi besar itu.
Klik!
Tiba-tiba satu lampu flash menyala, lalu di susul oleh lampu flash yang lain, disusul lagi dengan beratus ribu juta triliun lampu flash yang lain, sampai-sampai Harry mendekapku ke tubuhnya dan berbisik.
"Pasti the boys lagi..."
Kata Harry, namun Harry langsung terdiam dan langkah jalannya menjadi tidak cepat lagi saat kami mendengar suara salah satu wartawan berteriak.
"Harry! Are you with the lads here?!"
Harry tersenyum mendengar suara wartawan itu, ternyata mereka menyadari keberadaan Harry, mungkin aku juga, mungkin mereka masih belum tertarik dengan keberadaanku. Harry kembali menarikku ke dalam dekapannya dan sampai di dalam lift dia melepaskan dekapannya, aku tersenyum aneh.
"See? Saat kita nggak buat scene, mereka nyadar kita ada!"
Kata Harry sambil tersenyum lebar, sementara aku hanya mengangguk-angguk sambil menyimpul senyum kecil, aku harus tahu diri kalau aku masih sebel dengan perlakuan Harry kemarin malam! Dan aku masih sebel sama Harry karena dia mengundang Sydney ke apartemennya!
"Got any idea why they were here?"
Tanya Harry, aku tahu yang dia maksud 'they' adalah the boys, One Direction, aku hanya memgangkat bahuku dan menggelengkan kepala, tidak mau melanjutkan percakapan yang lebih jauh, biarlah, One Direction ada disini, itu masalah dia, masa lalu dia, bukan masa laluku.
Aku masuk ke dalam apartemen dan langsu
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
FanfictionHe used to lie to me, when he said he loves me. He used to. Used to lie to me.