Aku membuka mataku dan langsung membuka pintu kamar.
"Good morning."
Aku mendengar suara Harry, mataku masih menyipit-nyipit mencoba mencerna sinar matahari pagi yang masih dari cela-cela jendela, aku bisa melihat Harry tersenyum.
"What?"
Kataku, sementara Harry masih terus tersenyum, akhirnya aku berbalik dan kembali ke dalam kamar.
"Gania?! Jeslyn?!"
Aku langsung bangun ketika sadar bahwa kedua sahabatku yang sedikit aneh itu sudah tidak ada di dalam kamar, aku bergegas kembali ke Harry yang ada di luar kamar dan menatap kedua matanya.
"Kemana mereka?"
Tanyaku.
"Mereka? Mereka siapa?"
Kata Harry sambil mengunyah sesuatu di dalam mulutnya, aku meninju lengannya dengan tenaga perempuanlu, Harry hanya meringis dan menatapku aneh.
"Kemana Gania sama Jeslyn!?"
Teriakku. Harry tertawa lalu mendorong tubuhku menjauhi tubuhnya, pelan.
"Mereka tadi udah di suruh pulang sama Mrs. Karolina."
Kata Harry, aku membelalakkan mataku, apa katanya tadi? Di suruh pulang? Sama Mrs. Karolina?!
"Mrs. Karolina?!"
Kataku dengan ekspresi kaget dan aneh.
"Iya, mungkin lo lupa baca ini sampai habis..."
Kata Harry sambil mengambil satu tumpukan kertas yang tadi malam ku lempar ke wajahnya yang mature itu. Aku mengambil kertas itu dari tangannya dengan kasar dan membaca tulisan yang dia tunjukkan.
"Hah? Apa-apaan, nih?!"
Kataku, Harry tersenyum.
"Nggak boleh ada orang di apartemen kecuali kita berdua, atau kecuali kalau management memang menyuruh kita mengundang orang lain..."
Kata Harry, aku menatapnya lalu ingat kejadian beberapa hari yang lalu.
"Tapi... Tapi waktu itu lo undang Sydney kesini!"
Kataku marah.
"Ini apartemen gue..."
Kata Harry. Aku menggerutu dan menghentak-hentakkan kakiku kasar.
"Whoah, whoa, how old are you huh? 15?"
Kata Harry sambil tertawa kecil melihat tingkahku, rasanya ingin sekali aku menjambak rambut keritingnya itu!
"Diam!!!"
Teriakku, lalu aku menghempaskan tubuhku ke sofa dan mengatur napasku.
"Kenapa lo bisa ngelakuin hal-hal semau lo sementara gue nggak bisa? Kenapa?"
Tanyaku.
"Karena lo kerja buat gue, dear. Gue bayar lo."
Kata Harry lalu aku mendengar pintu kamar di banting. Apa dia nggak baca tentang nggak boleh ada pertengkaran diantara aku sama dia? Aneh.
***
Aku membuka mataku dan mataku langsung tertuju pada jam dinding berbentuk persegi panjang yang terpampang di dinding, jam 1 siang, aku ngulet dan akhirnya terduduk dan melihat satu piring pancake yang terlihat sangat lezat diatas meja. Aku menoleh ke kanan dan kekiri mencari wajah Harry, namun setelah terdengar bunyi air dari kamar mandi, aku tahu bahwa dia sedang mandi.
Aku menyalakan TV dan menikmati acaranya, beberapa menit kemudian ada suara pintu di buka, aku menoleh dan melihat Harry dengan sweater dan celana panjangnya keluar dari kamar mandi.
"Gimana rasa pancakenya?"
Tanya Harry, aku mengerutkan kening dan kembali menatap pancake yang ada di depan wajahku.
"Ini buat gue?"
Tanyaku, Harry tersenyum dan mengangguk.
"Kalau kita ketemu di depan orang-orang management, kita harus ngomong pakai aku-kamu, okay?"
Kata Harry, aku makin mengerutkan keningku, orang ini benar-benar aneh.
"Buat apa?"
Tanyaku.
"Ya, biar mereka percaya kalau misi ini akan berjalan dengan lancar dan berakhir dengan baik!"
Kata Harry, tangannya mengambil garpu dan memotong pancake yang ada di meja, aku kembali mengerutkan keningku.
"Lho? Katanya buat gue?"
Tanyaku, lalu Harry memasukkan potongan pancake yang ada di garpunya kedalam mulut, setelah itu dia mengetuk-ngetuk keningku dengan ujung tumpul garpunya.
"Ini jangan dikerutin mulu! Kayak nenek-nenek tau nggak! Bahkan Mrs. Karolina bisa terlihat lebih muda dari pada lo!"
Kata Harry. Aku menoleh dan menatap TV, mencoba untuk tidak tertarik kedalam leluconnya yang membuatku ingin melemparkan remote TV ke wajahnya. Tiba-tiba sebuah potongan pancake sudah tersodor di depan wajahku, aku menoleh dan menemukan Harry yang rupanya ingin menyuapiku dengan potongan pancakenya, aku buru-buru menjauh dan berdiri.
"Karena gue lagi lapar dan bau pancake ini memang menggoda, makanya gue makan!"
Kataku setelah kembali dari dapur dengan garpu sendiri, lalu mulai memotong pancake yang ada di atas meja dan memakannya.
"Well, gue minta maaf soal Sydney..."
Kata Harry. Aku tersenyum sinis, mataku masih menatap TV.
"Dia memang menyebalkan..."
Lanjut Harry.
"Dia memang menyebalkan! Lo nggak denger gue kemarin dikatain tukang numpang sama dia! Lo ceritain tentang gue ke dia nggak, sih?"
Kataku, Harry menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lho? Kenapa? Malu? Toh, dia tahu nggak sih lo itu siapa?"
Tanyaku. Harry kembali menggeleng.
"Lho? Gimana, sih?"
Tanyaku.
"Gue ketemu dia di pinggir jalan beberapa minggu yang lalu, gue ngobrol dan menurut gue dia anaknya baik dan enak diajak ngomong. Gue butuh seseorang untuk nemenin gue, begitu kata dokter gue, lo tahu sendiri kalau gue nggak ada temen apa yang terjadi..."
Jelas Harry, aku menoleh dan melihat wajah sempurnanya menatap ke TV.
"Kenapa harus Sydney? Dia umur berapa sih? 19?"
Tanyaku, Harry mengangguk.
"Yup."
Katanya.
"Kenapa harus Sydney?"
Tanyaku lagi. Harry mengangkat kedua bahunya lalu duduk di sofa dekatku.
"Entahlah, mungkin karena dia belum tahu reputasi gue yang tercemar kemana-mana..."
Jelasnya, aku hanya membalasnya dengan mengangkat bahu dan meliriknya sekilas.
"Fair enough."
Kataku singkat. Harry kembali memotong pancake dan memasukkannya ke mulut.
"Kenapa lo mau bantu gue?"
Tanya Harry, aku menoleh dan melihatnya masih mengunyah pancake yang ada di mulutnya, aku mengangkat bahuku.
"Entalah. Money?"
Kataku. Harry tertawa kecil, aku tersenyum menatap lesung pipinya yang terlihat di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
FanfictionHe used to lie to me, when he said he loves me. He used to. Used to lie to me.