10

383 23 0
                                    

Aku duduk di depan TV, sang pemeran utama, seorang wanita dengan baju high fashion dan gigi-gigi putih yang terlihat dari balik senyumannya yang lebar menghiasi layar TV di depan ku. Namanya Rebbecca Blomwood, seorang jurnalis yang ternyata menyimpan banyak hutang akibat penggunaan kartu kredit yang berlebihan.

Sudah setengah mangkok besar popcorn di pangkuanku ku sodorkan ke dalam mulut, mataku masih terus terjaga melihat setiap scene yang ada di layar TV, terkadang aku tertawa sendiri sampai harus melihat ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau ternyata ada orang yang sudah menonton TV bersama ku, walaupun sepertinya itu mustahil, karena Harry sudah ngorok di tempat tidurnya dari 15 menit yang lalu.

Layar TV mulai menampilkan sang pemeran utama yang menghabiskan malamnya dengan sang bos, tariannya yang lucu membuatku berkali-kali menahan tawa dengan memukul-mukul sofa yang kududuki, sampai ada bunyi yang tidak asing terdengar dari kamar, aku buru-buru mem-pause film yang sedang ku tonton dan langsung berlari kecil ke kamar.

"Halo?"

Kataku setelah buru-buru mengambil handphoneku dan langsung mendekatkannya ke telingaku.

"Trey..."

Ah, terdengar suaranya, Danny. Entah kenapa aku merasa sedikit lega karena mendengar suaranya. Hey, aku memang sedikit risih dengannya, okay. Tapi bukan berarti aku benci dia, bukan?

"Hey..."

Kataku sambil melirik Harry yang masih meringkel di tempat tidurnya, lalu aku keluar dari kamar ke depan TV dan duduk di sofa.

"Trey, how are you?"

Tanya Danny, aku tersenyum mendengar suaranya yang terdengar khawatir dan sedikit merindukan ku, ah, ayolah, seorang Danny? Merindukanku? Come on!

"I'm fine, Dan. I'm good."

Jawabku, aku mendengar Danny menghembuskan napasnya dari ujung telepon, tidak di pungkiri kalau dia pasti baru saja mengalami hal-hal yang berat.

"What's wrong, Dan?"

Tanyaku.

"Trey, I miss you."

Kata Danny, membuatku tersenyum sendiri. Oh tidak! Aku tidak juga merindukannya, bukan? Aku benci sama Danny, ya kan?

"Yeah..."

Balasku, lalu aku mendengar Danny menghembuskan napasnya, aku tersenyum sedih, tidak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Trey..."

Kata Danny.

"Ya..."

Kataku.

"I miss you."

Katanya, aku menggeleng-gelengkan kepala, Danny mungkin menginginkan balasan untuk perkataan "I miss you"-nya, aku menghembuskan napasku lalu berkata.

"I miss you too..."

Kataku perlahan sambil menutup mata, aku bahkan tidak yakin bahwa diriku sendiri ingin mengatakan hal itu, aku mengatakannya lebih karena paksaan, bukan dari hati nurani ku sendiri, ya ampun! Ini salah! Semua yang kulakukan ini salah!

"Kamu sudah telepon mama, Trey?"

Tanya Danny yang sepertinya peduli dengan hubunganku dengan kedua orang tua ku.

"Belum, Dan. Kerjaanku semakin banyak."

Kataku, Danny kembali menghembuskan napasnya.

"Baiklah, secepatnya kamu telepon mama, biar dia nggak khawatir, jaga kesehatan mu, Trey, jangan kerja terlalu larut."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang