Sudah seminggu Vrill pergi tanpa kabar. Nomor ponsel dan akun sosial medianya tidak ada yang aktif. Vrill seakan menghilang dan hanya meninggalkan kisah dan nama.
"Bun, aku takut terjadi apa-apa sama Vrill." Adu Shilla kepada Hanin, Bundanya.
"Kita bantu doa aja, semoga Vrill ga kenapa-kenapa." Jawab Bunda.
"Gimana kalau Kenzo laporin masalah ini ke polisi aja, Bun?" Usul Kenzo.
"Menurut Bunda enggak usah," jawab Bunda. "Toh dia kan pergi sendiri, ada pacarnya juga yang ngeliat kepergian Vrill."
"Tapi kalo terjadi apa-apa sama Vrill gimana, Bun? Mending lapor ke polisi aja deh, Shilla gamau nanggung resiko." Shilla merengek membujuk Bundanya.
"Sayang, kamu yang tenang." Bunda mengelus punggung bungsunya itu. "Bunda yakin kalo Vrill itu baik-baik aja. Dia hanya lagi butuh waktu."
Shilla berusaha tenang dan meyakinkan dirinya bahwa Vrill memang baik-baik saja. Ia hanya terlalu khawatir sehingga pikiran-pikiran buruk tentang Vrill selalu menghantui otaknya.
TING!
Bunyi ponsel Shilla langsung membuat mata Bunda dan Kenzo tertuju padanya.
"Cek dulu, siapa tau dari Vrill." Ujar Kenzo.
Shilla mengangguk, kemudian dengan antusias, ia mengusap layar ponselnya.
New message from kak Alka.
Kamu bisakan keluar hari ini? Kita ketemu di Star Cafe setelah Dzuhur."Pesan dari siapa, Shill?" Tanya Kenzo.
"Oh, ini." Shilla menjadi gugup. "Itu, dari kakak kelasnya Shilla."
"Hmmmm," Bunda dan Kenzo bergumam dengan nada jahil kearah Shilla.
"Bunda sama kakak kenapa sih?"
"Cieeee cieeee yang pedekate udah lama tapi ga ditembak-tembak." Sindir Kenzo.
Shilla mengernyit, "kak Kenzo apaan sih? Aku masih kelas sepuluh, kak."
"Halahhh, udah deh ngaku aja kalo kamu juga suka kan sama kakak kelas kamu itu?" Kenzo terkekeh. "Anak Bunda tuh, Bun. Udah mulai jadi ABG."
"Ihhh, kakak mah apaansi Abege abege segala!" Ketus Shilla.
"Cieeeee, jangan-jangan Bunda dapet menantu dari Shilla duluan nih daripada Kenzo." Kenzo terus menggoda adiknya itu.
"Bun, liat dong Bun, kakak ihhh!" Shilla menjambak rambut kakaknya itu dengan gemas.
Sementara Hanin, ia hanya geleng-geleng kepala. Tidak terasa, waktunya sudah mulai habis dimakan usia. Anak-anaknya sudah mulai tumbuh menjadi manusia dewasa. Waktunya tinggal sedikit, dan ia tidak mau menyia-nyiakannya.
***
Setelah selesai menunaikan ibadah shalat Dzuhur, Shilla langsung siap-siap mengganti pakaiannya untuk bertemu dengan Alka. Meski sudah berulang kali bertatap muka, tetap saja ada rasa dag dig dug yang Shilla rasakan saat hendak berjumpa dengan kakak kelasnya itu.