Bagian I
"Ris aku ingin kamu menyimpan ini sebagai kenang - kenangan dariku"Dengan tangan kecilnya Sarah memberikan sebuah jam tangan pada Haris, jam tersebut berwarna biru bergambar sebuah hexagon di tengah - tengahnya.
"terima kasih. aku mungkin akan merindukanmu Sarah""aku juga, Oleh karena itu kuberikan jam ini padamu"
Sarah bersamaan dengan senyuman kecil diwajahnya."Haris… ayo naik nak, kendaraannya sudah siap. Sarah jaga dirimu ya"ajak ibu sambil menarik tangan kecil Haris.
"iya tante, dah... ris"sambil memberi lambaian tangan kecilnya.
“sampai jumpa ris!”teriak Sarah dari kejauhan.
Dari dalam mobil juga Haris melambaikan tangannya tanda mereka berpisah, beberapa tetes air matanya menetes membasahi pipinya.
"jangan menangis, nanti kamu juga akan bertemu dengannya lagi"
Ibunya membersihkan air mata yang mengalir di pipi anaknya.
****
Bagian II
Setibanya ia di rumah baru, rumah itu tampak seperti rumah - rumah lainnya. Hanya saja rumah itu terlihat sedikit berantakan karena tidak terurus.
"Haris nanti bantu ibu beres beres ya !"pinta ibu.
"Ya baiklah, nanti aku bantu bu"jawabnya bersemangat.Setelah selesai, Haris terduduk dilantai halaman depan rumah sambil memeluk kedua kakinya dan bersandar kedepan.
Ia terus melihat lurus kedepan ke arah jalanan komplek rumah barunya, tanpa disadari seorang anak seumurannya memper-hatikan dari celah besi pagar sambil memegangi pagar besi rumah dengan kedua tangannya.“hei kamu sedang melihat apa ?”tanyanya polos.
Haris yang mendengar itu langsung terkejut tapi berusaha tetap tenang.
“tidak ada”
“mau main denganku ?”
“mmm… boleh saja”
Haris langsung bangkit dan pergi membuka pintu pagar.
“oh ya… kenalkan namaku Radit”anak itu menjulurkan tangannya.
“namaku Haris”
“Haris…ya, senang bertemu denganmu”Ucap mereka berdua memperkenalkan diri mereka. Radit langsung mengajak Haris pergi ke sebuah tempat di utara yang tidak terlalu jauh dari rumah Haris.
Disana rupanya adalah sebuah taman bermain dimana berbagai permainan ada seperti ayunan, perosotan dan yang lainnya. Tak terasa waktu begitu cepat mereka bermain disana sampai sore hari.“hei ris… aku mau tanya kenapa kamu tadi siang melamun di depan rumah seperti itu ?”
“erm… tidak aku tidak melamun”ucap Haris sambil sedikit memalingkan wajahnya.
“hmm…kau berbohong ya”Radit yang sedikit curiga langsung menatap tajam pada Haris.
“tidak”“ayo mengaku saja”Radit bangkit dan langsung menindih Haris, dia mulai menyerang dengan mengelitik bagian perut Haris.
“ugya, kau h-hahaha… hentikan”
“ayo mengakulah”Tak kuasa menahan rasa geli yang melanda tubuhnya Haris akhirnya mengaku.
“baiklah…baiklah tapi hentikan”Radit menghentikan perbuatannya, sementara Haris berusaha mengumpulkan tenaganya kembali yang habis terkuras karena tertawa.
“ayo beritahu aku !”paksa Radit
“ya-ya, sebenarnya aku merindukannya…teman mainku yang dulu”“ooh… begitu, sekarang kamu tidak usah bersedih lagi aku akan menjadi sahabat baru bagimu”ucap Radit dengan senyuman lebar diwajahnya lalu melanjutkan kata – kata berikutnya.
“sudah sore nih, mari kita pulang”
“ya”****
Bagian III
Sama halnya dengan anak seumuran mereka yang masih suka bermain. Haris dan Radit dihari itu hendak bermain ke sebuah taman kota dekat rumahnya. Kota Forto terkenal karena memiliki taman kota yang banyak hingga sampai ke sudut kota sekalipun, maka tidaklah sulit menemukan taman disini.
Oleh karena itu, orang – orang sering menyebut kota ini dengan sebutan kota seribu taman.
Haris dan Radit berjalan menapaki jalan bata di taman itu dari arah berlawanan seorang anak lelaki seumuran mereka tidak sengaja menabrak Haris karena sedang terburu – buru.“aduh…”ucap Haris ketika tubuhnya jatuh.
“kau tidak apa – apa ris ?”
“a-aku minta maaf, sungguh aku tidak sengaja”ucapnya dengan segera bangkit lalu mengulurkan tangannya bersamaan dengan Radit untuk membantu Haris berdiri.“ya…aku baik – baik saja”
“maaf ya…aku sedang buru – buru nih, sampai jumpa”kata anak itu sambil berlari.“hei ! kau bisa beritahu kami namamu ?”teriak Radit.
“tentu…!”katanya.
Lalu melanjutkan ucapannya.“namaku Dio Harianto…!”
"dia buru buru sekali ya? "ucap radit
Haris mengangguk "munkin ada suatu masalah yang membuatnya seperti itu"lanjutnya.Bagian IV
"Nenek ! Nenek! Bagaimana keadaan ayah?"
Aku hanya melihat nenek yang terus menangis tanpa menjawab pertanyaanku.
Seseorang keluar dari dalam kamar pasien yang lalu menghampiri kami.
"apa anak pasien ada disini?"tanya dokter tersebut.
"itu aku"
"ini mungkin tidak terlalu baik tapi pasien ingin bertemu denganmu"Aku memasuki ruang rawat dimana ayahku berada. Disana kulihat ayah yang terbaring di atas kasur rumah sakit.
"ayah?"
Ayah menoleh dengan pandangan matanya yang lemah.
"dio, sepertinya ayah sudah tidak bisa terus bersamamu lagi"
"tidak, tenang saja ayah pasti baik baik saja"
"ayah berharap bisa terus ada disisimu sampai dirimu dewasa"
"tidak ! ayah!"
"kuatkanlah dirimu dan jaga orang orang terdekatmu. Hiduplah dengan baik bersama nenek"
"ayah! "
"masih banyak yang ingin ayah katakan tapi... "
"ayah! Ayah! "teriakku mengema dalam ruang ini.
Para dokter juga sudah berupaya tapi nyawa ayah takkan bisa kembali.Air mata yang terus ku tahan selama didalam akhirnya keluar diatas pelukan nenek disampingku.
Tangis haru mengiringgi pemakaman ayah yang tepat berada disamping makam ibu.Semua orang mulai pergi meninggalkan area pemakaman hanya aku dan nenek yang masih berada disana.
"dio ayo kita harus segera pulang"ajak nenek
"nenek saja duluan, aku masih ingin berada disini"
"kamu yakin? "
"ya"jawabku pastiNenek akhirnya pergi meninggalkanku sendiri. Hujan mulai turun membasahi tubuhku, air mataku juga kembali ikut menetes bersama dengan turunnya hujun
Aku berjalan perlahan pulang, seluruh tubuhku sudah benar benar basah kuyup karena hujan.
"kamu bisa sakit lo"sebuah suara mengejutkanku
Rupanya seorang anak seumuran denganku dan ibunya.
"kamu anak yang tadi pagi? "
"kamu tidak apa - apa? "tanya si ibu khawatir
"aku baik"
"dimana rumahmu? kami akan mengantarmu kesana"Aku menyetujui ajakan ibu dan anak ini. Didepan rumah ternyata nenek menanti dengan sangat khawatir. Nenek marah besar padaku setelah mendengar penjelasan penolongku.
Kemarahan nenek tidak berlangsung lama, nenek lalu menjelaskan tentang keadaanku padanya.
Dia tampak terkejut dan langsung menatap kasihan terhadapku. Dia lalu menarik anaknya ke delatku.
"karena kalian pernah bertemu sebelumnya maka temani dia ya haris? "
"ya ibu"*To be continued...
Hallo semua terima kasih sudah membaca cerita buatanku ini.
Maaf kalau mungkin kata - katanya agak sulit dipahami karena aku masih belajar.
Setelah membacanya bila ada yang kurang tolong beri saya komentar & sarannya
See you to next chapter.....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Crystal[revisi]
FantasyFantasy - slice of life "Suatu hari nanti kalian akan mengetahuinya, kurasa cukup sampai disini saja dan sampai jumpa lagi", begitulah kata - kata terakhir dari Dio pada Haris dan Radit. Setelah kejadian itu, dunia mengalami kehancuran total, semua...