Kini Sasuke memahami, bahwa siklus kehidupan seorang manusia itu ibarat sebuah roda yang berputar, terus berputar dan mendorong sang mesin mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir yang bahkan sampai sekarang tak dimiliki oleh seorang pria yang mengidap penyakit kejiwaan.
Rasa-rasanya pria itu merasa pernah berada di titik yang lebih menyakitkan dari mati. Bisa dibayangkan ? Saat otak menyuruhmu mati tetapi tubuhmu menolak sekuat tenaga dan tetap menginginkan suatu eksistensi.
Gila.
Suatu kegilaan yang diselimuti oleh ketakutan kapan hari itu akan tiba ? Kapan Malaikat maut akan berkunjung dan menghujamkan tongkat sabit-nya tepat di jantungmu. Kau tak akan pernah berharap bahwa dia akan mengetuk pintu rumah, mengucapkan salam dan berbasa basi dulu sebelum mencabut ruh dari tubuhmu.
Konyol.
Sasuke tahu benar, bahwa dia akan berakhir seperti sang kakak.
Dia hanya tahu bahwa nyawa kakaknya yang terbuang percuma sekarang harus ditanggung olehnya.
Seakan memiliki beban di kedua pundak dan harus dibawa kemana pun kakinya melangkah.Hanya soal waktu..
Sampai Sasuke bisa menemukan surga yang hilang itu.
Hanya soal waktu..
Sampai rencana membebaskan dirinya sendiri akan menjadi suatu pencapaian maha dahsyat dalam hidupnya.
Hanya soal waktu..
Sampai semesta menghujatnya sebagai anak tak berguna yang tak bisa diandalkan, yang membiarkan malaikat maut menjemput Itachi lebih cepat dari rencana awal.
Seandainya ada rencana B..
Tapi tak pernah ada, tak akan pernah ada rencana B bagi Tuhan. Sekali kau mati, kau akan tetap mati. Terkubur di perut bumi, sendiri, sepi, tapi semua itu masih jauh lebih baik dari pada hidup dalam halusinasi tak bertepi.
"Sasuke-chan, bisa tolong ambilkan ibu kecap ?"
Suara Mikoto seakan ingin menelan pikiran Sasuke hidup-hidup."Ini." Sasuke memberi Mikoto kecap.
"Hinata chan, ayo makan yang banyak yaa.. Sini kemarikan mangkukmu."
Mikoto menyendokkan miso menggunakan sendok sayur ke mangkuk menantunya.Suasana restaurant Sushi di salah satu mall di Tokyo terasa hangat karena kehadiran sebuah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.
Duduk di meja berbentuk lingkaran, searah jarum jam, Mikoto, Hinata, Sasuke, Hanabi, Hiashi dan Fugaku. Mereka bahkan makan dalam suasana santai dan sesekali melontarkan lelucon. Gelak tawa yang menarik perhatian beberapa tamu restoran pun terdengar renyah dan membuat iri.
Sang Ibu, wanita paruh baya yang akan segera menginjak usia setengah abad, adalah pusat dari segalanya. Dialah pusat keceriaan keluarga ini. Dia bagai nahkoda yang dengan sigap akan membawa para awak kapalnya menuju pulau seberang melewati badai dan ombak besar.
Dia adalah mukjizat.
A holy mother.
Akan melakukan apapun demi kebahagiaan putra tunggalnya.
Tak akan membiarkan putra tunggalnya terus menerus berada di kubangan rasa bersalah karena kematian kakaknya.Dan tak ada intuisi yang lebih dahsyat dari intuisi seorang ibu.
Dia menyadari ada sesuatu hal janggal dari putranya."Ada apa Sasuke-chan ? Napsu makanmu sedang tak bagus ya ?"
"Tidak kok. Biasa saja."
Sang anak berusaha berkelit, mengalihkan matanya kepada tamu yang baru memasuki restoran."Hmmmph.. Maaf, saya permisi sebentar."
Tiba-tiba Hinata menutup mulutnya dan kelihatan pucat. Dia bangkit dari kursi, berlari menuju toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST HEAVEN
FanficSuatu hari, Aku baru mengetahui kebenaran tentang ibuku yang sudah meninggal sebelas tahun yang lalu. Dia adalah seorang pelacur. Ya, aku Hinata Hyuuga adalah putri dari seorang pelacur. Di usiaku yang baru menginjak delapan belas tahun, aku sudah m...