Jalan Pulang

409 66 38
                                    

"Aku percaya hatiku akan menemukan jalan pulang"

Cahaya jingga menghiasi langit senja, matahari menenggelamkan dirinya di sebelah barat. Suasana sekolah berangsur sepi hanya ada beberapa siswa yang sedang menunggu jemputan sama sepertiku. Tidak tahu harus menunggu berapa lama lagi yang aku tahu cacing-cacing di perutku sudah berdemo untuk minta makan.

"Aku lapar sekali, kapan Jin Oppa menjemputku?" Aku mengelus perutku. Handphoneku bergetar tanda sebuah pesan masuk, ternyata dari Jin Oppa.

Form: Jin Oppa
"Maafkan Oppa, Jeong. Mendadak Oppa harus lembur malam ini. Pulanglah dengan temanmu. Hati-hati di jalan"

Setelah membaca pesan itu aku sangat kecawa, bagaimana aku bisa pulang? Tahu jalan pulangnya saja tidak. Temanku? Semuanya sudah pulang setengah jam yang lalu. Akhirnya aku memutuskan pulang sendiri yang berpacu pada firasat sebagai petunjuk arah, sungguh aku tidak tahu harus lewat yang mana.

"Bagaimana ini? Aku harus belok atau lurus?" Menemukan pertigaan yang membuat aku bingung dan takut. Saat seperti ini aku harus mengikuti kata hati.

"Hatiku berkata belok. Baiklah aku akan belok, semoga hatiku menemukan jalan pulang" Aku melanjutkan jalanku, tapi suasana di jalan ini benar-benar sunyi tidak ada satu orangpun yang berlalu lalang. Langit sudah menggelap, hari semakin malam membuat aku semakin takut untuk melanjutkan perjalanan ini. Aku mempercepat langkahku berharap agar cepat sampai. Tunggu aku melihat seseorang yang berpakaian sekolah sama sepertiku.

"Hei kau tunggu!!" Aku berlari kearahnya. Merasa ada yang memanggil dirinya orang itupun berbalik.

"Syukurlah aku menemukan orang" Aku mengatur nafas lelah karena berlari.

"Memangnya selama ini kau menemui hantu?" Kata orang tersebut lalu melanjutkan jalannya tapi aku memahan tanggannya.

"Jangan tinggalkan aku, kumohon" dia berbalik dan melepaskan tanganku.

"Pulanglah sendiri, kau hanya akan merepotkanku" kata dia dingin.

"Tapi aku tidak tahu jalan pulang" perkataanku tidak didengarkan oleh orang itu, dia malah pergi begitu saja. Benar-benar sialan.

"Kim Taehyung tunggu!!!" Dia berhenti.

"Memohonlah pada orang lain"

"Aku tidak mengenal siapapun disini"

"Aku juga tidak mengenalmu"

"Aku Kim Sejeong, sekarang kau mengenalku kumohon antarkan aku pulang"

"Tidak" dia pergi lagi.

Aku menangis ketakutan berharap ada dewa penolong yang bersedia mengantarkanku pulang. Aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, saat aku menangis aku tidak bisa berfikir dengan jernih hanya ada rasa takut yang memenuhi otakku. Aku duduk di bangku sambil terisak, tiba-tiba seseorang datang menghampiriku, berdiri didepanku. Aku langsung memeluknya, dia terkejut jantungnya berdetak dengan kencang samapai aku bisa mendengarnya.

"Kumohon jangan tinggalkan aku. Aku takut sendirian" aku menangis dipelukannyanya. Mungkin dia akan berfikir aku perempuan murahan yang akan memeluk laki-laki manapun. Tapi aku tidak peduli dengan pikirannya tentangku, yang terpenting saat ini aku bisa pulang dengan selamat.

"Lepas!!" Aku melepaskannya.

"Akan aku antar" dia berkata dingin, apa seperti ini sifatnya.

"Terimakasih, Tae"

Dia berjalan mendahuluiku. Benar-benar sunyi tidak ada yang berbicara sama sekali. Aku merasa canggung, dia hanya berjalan dan menghadap lurus sesekali dia menghadap kebawah dan membuang nafas kasar. Apa yang sedang dia pikirkan? Apa dia memikirkan hubungannya yang telah kandas dengan hyorin itu? Kenapa dia terlihat sedih, takut, dan sendirian padahal dia memiliki teman yang begitu dekat.

UNTITLE (KTH Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang