A Book

331 64 43
                                    

"Jangan meremehkan ingatan seorang perempuan. Dia itu pengingat yang baik dalam hal apapun"

Setelah kepergian Taehyung, suara pintu mobil ditutup terdengar. Ku arahkan pandanganku ternyata itu Jin Oppa yang juga baru sampai di rumah. Aku berjalan melewatinya begitu saja, aku sebal dengannya yang dengan teganya membiarkan adik cantik satu-satunya pulang sendiri di wilayah baru. Jin Oppa beberapa kali memanggil namaku tapi aku mengacuhkannya dan terus berjalan memasuki rumah. Ibu dan ayah yang sedang berada di ruang makan melihat kami berdua seperti ini binggung. Aku memasuki kamar dan mengunci pintu. Dari balik pintu Jin Oppa terus mengetuk-ngetuk agar aku membukanya tapi aku lagi-lagi mengacuhkannya, sampai aku memdengar suara ibuku juga di balik pintu.

"Sejeong kenapa?" Suara ibu terdengar khawatir.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu" Kali ini suara kakakku.

"Kau mandilah dulu biar Sejeong nanti ibu yang ngurus."

Benar saja kali ini pintu diketuk oleh ibu, terdengar kalau ibu memintaku untuk membuka pintu. Aku tidak mau membuat ibuku khawatir akhirnya aku buka pintu kamar.

"Gantilah seragamu lalu makanlah, ibu menunggumu di bawah"

Hanya kalimat itu yang ibu ucapkan. Aku pikir ibu akan menanyaiku dengan berbagai pertanyaan atau setidaknya menasehatiku agar aku tidak bertengkar dengan Jin Oppa. Seluruh anggota keluarga sudah berkumpul dan duduk di kursinya masing-masing. Acara makan malam berlangsung seperti biasanya hanya dentingan garpu dan sendoklah yang terdengar. Setelah selesai seperti biasa juga, ayah membuka pembicaraan.

"Bagaimana sekolah barumu Jeong" Ayah bertanya kepadaku.

"Biasa saja" aku menjawabnya tanpa ada semangat tidak seperti Kim Sejeong yang tadi pagi penuh dengan keceriaan.

"Apa ada masalah?" Ayah menanyaiku lagi.

"Banyak" Jawabku jutek.

"Bisa kau ceritakan sama ayah?"

"Tidak" Terdengar ayah membuang nafas kasar. Aku melihat ayah yang sedang menatapku, kami saling pandang. Ada rasa takut yang menjalar di tubuhku. Apa ayah akan marah? Sedangkan ibu dan kakakku hanya diam saja.

"Kita ini keluarga, kau tahu artinya keluarga itu apa Jeong? Keluarga itu suatu tempat untuk saling menaungi satu sama lain. Kalau ada masalah keluargalah yang akan mencarikan jalan keluarnya" Ayah sepertinya marah.

"Maaf ayah." Aku menunduk menahan isakan. Ayah berdiri meninggalkan kami begitu saja. Apa aku salah? Aku hanya sedang merasa sebal dengan Jin Oppa tapi kenapa dampaknya seperti ini? Situasi ini membuatku semakin sesak saja, aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Tak selang beberapa lama pintu kamar kembali diketuk, masuklah seseorang yang aku yakini itu adalah Jin Oppa.

"Jeongie, kau marah sama Oppa?" Jin Oppa mengelus kepalaku tapi aku semakin menenggelamkan tubuhku di dalam selimut.

"Oppa minta maaf karena tidak menjemputmu tadi. Oppa mohon jangan seperti ini" Aku langsung bangun dari tidurku.

"Oppa tahu?!! aku hampir mati ketakutan di jalanan yang sepi sendirian. Aku tidak tahu arah jalan pulang dan dengan teganya Oppa menyuruhku pulang sendirian" Aku menangis. Jin Oppa memeluku untuk menenangkanku.

"Oppa tahu oppa salah. Besok sepulang sekolah Oppa akan mentraktirmu makan ice cream vanila sebagai permintaan maaf Oppa, bagaimana?"

"Dua ice cream vanila porsi jumbo, aku akan memaafkan Oppa jika oppa membelikan apa yang aku mau" Ucapku sambil mengacungkan dua jari tangan kananku. Jin oppa tersenyum dan mengangguk.

"Oppa ada sesuatu untukmu" Jin Oppa menyerahkan sebuah buku untukku.

"Oppa ada sesuatu untukmu" Jin Oppa menyerahkan sebuah buku untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Buku ini sama, jadi buku ini pemberian dari Paman Jin. Aku mengerti sekarang"

"Buku?" Aku mengerutkan dahiku.

"Tulislah apa yang kau temui di jalan sebagai petunjuk agar kau tidak lupa arah jalan pulang. Atau bila perlu gambarlah peta di dalamnya"

"Jangan meremehkan ingatan seorang perempuan. Dia itu pengingat yang baik dalam hal apapun. Jadi Oppa tidak perlu memberiku buku ini"

"Kau menolak pemberian Oppa? Baiklah Oppa tidak akan memberikan apapun lagi"

"Baiklah aku terima buku yang Oppa kasih. Terimakasih Oppa." Aku mengecup pipi Jin Oppa sekilas.

Aku membuka satu persatu lembaran kertas yang masih kosong itu. Aku akan menuliskan apa yang aku temui di sini, sesuai keinginan Jin Oppa. Buku ini tidak memiliki judul, aku akan memberikan judul jika sudah tertulis semua apa yang aku temui atau apa yang aku alami.

"Tadi Oppa sempat melihat kau pulang bersama seorang laki-laki. Siapa dia?"

"Kim Taehyung, dia satu angkatan denganku tapi beda kelas"

"Dia teman priamu?" Jin Oppa mulai menggodaku.

"Bukan. Kami baru bertemu dua kali. Pertama saat dia menggebrak meja dikantin saat aku sedang makan bersama dengan teman baruku dan yang kedua saat aku tersesat mencari jalan pulang"

"Dia sepertinya orang baik samapai mau memgamtarkan adik Oppa yang jelek ini pulang" Jin Oppa mencubit pipiku.

"Yakk Oppa sakit." Protesku mempourtkan bibir.

"Dia memang baik tapi selalu ingin terlihat buruk di depan orang lain" Lanjutku.

"Kenapa?"

"Entahlah. Aku juga tidak tahu" Aku mengangkat kedua bahuku.

"Ya sudah istirahatlah. Oppa akan kembali ke kamar"

"Iya Oppa. Jaljayo Oppa." Aku melambaikan tangan sebelum akhirnya Jin Oppa menghilang dibalik pintu.

Aku berbaring di atas kasur menatap langit-langit kamar, memikirkan apa yang terjadi dihari pertamaku sekolah. Aku akan mengingat nama-nama temanku. Aku duduk di sebelah Park Sooyoung atau lebih akrab dipanggil Joy, yang mengajakku makan di kantin adalah Im Nayoung dia manis walau agak tembem. Ketua kelas bernama Cha Eunwoo dia sangat tampan. Temanku yang suka bercerita, penggosip dan penggila idol bernama Somi, Yeri, dan Mina. Berandalan di sekolah adalah tiga pria tampan Taehyung, Jimin, dan Jungkook. Aku baru mengenal mereka sedikit. Mataku mulai mengantuk aku mematikan lampu dan mulai tertidur.

Bagaimana? Sudah ada bayangankah akan ceritanya? Apa kurang panjang atau kurang menarik?

Jangan lupa voment karena itu dapat mempengaruhi kelanjutan ceritanya, kritik dan saran sangat diperlukan.

Next?

UNTITLE (KTH Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang