"Kukira dia mencintai diriku, tetapi tidak. Sesungguhnya dia hanya mencintai dirinya sendiri yang ingin merasa bahagia karena telah memiliki diriku"
Februari 2004
Pagi datang lagi. Sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela kamarku dengan tidak bersahabat. Sepasang mataku perlahan membuka lalu menatap dinding kamar sebentar sekedar mengumpulkan nyawa. Melirik ke arah kanan dan mendapati sebuah jam digital yang menunjukan pukul 06.00 am. Aku menghela nafas berat dan mulai bergegas ke kamar mandi.
Aku metatap diriku di depan cermin. Sebuah seragam sekolah telah melekat di tubuh rampingku. Wajahku hanya berbalutkan riasan tipis yang membuat semakin terlihat cantik, rambut coklat panjang sebahu aku biarkan terurai indah. Dirasa sudah cukup aku segera mengambil tas sekolah dan langsung keluar dari kamar.
"Selamat pagi ibu, ayah, oppa" aku menyapa ramah seluruh anggota keluargaku.
"Pagi sayangku" wanita yang dipanggil ibu itu mencubit gemas pipiku.
"Putri ayah ceria sekali hari ini?" Sang ayah tersenyum ramah.
"Kalau kita mengawali pagi dengan keceriaan dan senyuman maka hari-hari kita juga akan bahagia"
Sebuah keluarga bahagia tengah melakukan sarapan untuk mendapatkan energi agar mampu melewati aktivitas hari ini. Tidak ada yang berbicara hanya dentingan suara dari sendok garpu yang kami ciptakan. Karena makan sambil berbicara itu dianggap oleh ayah hal yang tidak baik. Acara sarapan kami selesai semuanya bersiap-siap untuk pergi menjalankan aktivitas. Ibu kembali membereskan rumah setelah itu pergi kebutik, ayah dan oppa pergi ke kantor yang berbeda, dan aku tentusaja pergi ke sekolah menengah atas yang baru 'lagi'.
"Sejeong?" Panggil sang ayah.
"Iya ayah?"
"Apa tidak masalah? Kau harus berpindah-pindah sekolah terus?" Tanya ayah khawatir.
"Tidak ayah. Aku cepat beradaptasi dengan lingkungan baru jadi ayah jangan khawatir"
"Bagaimana dengan kau, Jin? Kau juga harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari tempat kerjamu" Ayah bertanya pada Jin oppa.
"Mungkin aku akan menyewa tempat yang dekat dengan kantorku" kata Jin oppa.
"Tidak boleh!! Oppa tidak boleh meninggalkan aku semdiri. Kalau aku ada tugas yang sulit siapa yang akan mengajariku? Siapa yang akan mengasihiku uang kalau ayah dan ibu tidak memberiku uang?" Aku merengek. Benar-benar seperti anak kecil.
"Apa kau tidak kasihan dengan oppa, Jeong? Oppa capek bekerja dan pulang harus menyetir sendiri dalam perjalanan jauh. Kau ingin terjadi sesuatu sama oppa hah?" Jin mengacak rambutku gemas.
"Tidak oppa" aku menundukan kepalaku.
"Sudah-sudah. Cepat berangkat nanti terlambat" Suruh ibu. Mereka semua pergi ke tempat masing-masing yang mereka tuju. Berhubung aku masih baru di kawasan ini jadi aku diantar oleh Jin oppa.
Bangunan megah yang berisikan ribuan siswa-siswi itu menjadi tujuan akhir aku dan Jin Oppa. Aku Kim Sejeong gadis berusia 18 tahun harus hidup seperti di zama purba, aku harus berpindah-pindah tempat tinggal karena pekerjaan ayahku yang harus dimutasi. Tapi untungnya aku tipe pribadi yang mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin karena sifatku yang ceria dan juga wajahku yang lumayan cantik ini dapat menarik perhatian semua orang entah itu laki-laki atau perempuan, tampan atau jelek, anak-anak atau kakek-kakek semuanya akan memandang kearahku.
"Tingkat kepercayaan dirinya benar-benar menurun padaku. Lumayan? Kakek-kakek? Yang benar saja?"
Mobil yang ditunggangi aku dan Jin oppa memasuki parkiran sekolah. Kami keluar dan disambut dengan tatapan penuh tanda tanya dari setiap siswa yang berlalu lalang di hadapanku. Kami memasuki sekolah dan berjalan di koridor menuju ruang kepala sekolah. Semua pandangan siswa tertuju kearah kita berdua bahkan ada yang berbisik-bisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLE (KTH Story)
FanfictionKim Taehyung? Aku tidak tahu kenapa tapi aku mulai tertarik akan ceritanya.