"Semacam ada sesuatu yang salah, bila melihatnya tak ada. Bagaimana mungkin aku bisa takut kehilangan, pada hal yang tak aku miliki?"Mei 2004
Sudah lama sekali aku tidak menggoreskan pena membuat cerita tentangmu karena selama itu pula aku sudah berhenti untuk mengikutimu. Bukannya aku menyerah hanya saja aku butuh istirahat. Kata menyerah bukan pilihan kan? Aku akan mengikuti alurnya, tidak akan pernah menyerah, aku akan melakukan sebisa apa yang aku bisa, walau berjuang sendiri itu sangatlah melelahkan, menguras tenaga, fisik, dan air mata.
Aku sunggu merindukannya, meski pertemuan tak sengaja kerap kali terjadi itu tak mampu menjadi pengobat rindu. Tapi dengan tahu dia baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup untukku.
Di depan gerbang sekolah, aku seorang diri menunggu seorang teman yang berkali-kali menyatakan cinta dan berkali-kali aku menolaknya. Entah sudah berapa kali hati dia hancur karena penolakan dariku. Tapi aku berterimakasih padanya telah mencintai seorang pencundang seperti aku.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, dia melambaikan tangan ke arahku. Berjalan dengan santainya tanpa rasa bersalah telah membuatku menunggu lama.
"Yak!! Junghyun-ah kau terlambat."
"Maaf tadi ada tugas kelompok yang harus aku selesaikan dulu."
Aku tidak mau mendengar penjelasannya lagi, aku kesal dengannya atau kesal karena hari ini tidak melihat Taehyung seharian. Ya Tuhan aku sunggu merindukan lelaki bejad seperti Taehyung.
"Yak!! Sejeong-ah tunggu! Aku benar-benar minta maaf. Kau tahu kan sebentar lagi kita ujian kenaikan kelas, aku belajar giat untuk itu, ditambah tugas sekolah yang begitu banyak." Junghyun masih mengejarku.
"Sejeong-ah" Junghyun meraih pundakku, membuatku menghentikan langkahku dan tiba-tiba tubuhku begetar butiran bening berjatuhan dengan deras.
"Kau tidak apa-apa?"
"Junghyun-ah hiikss hiks hiks. Aku sangat merindukannya hiiks hikss" Junghyun melepaskan tangannya dari bahuku, seolah dia tahu siapa yang aku maksud.
"Aku merasa semacam ada sesuatu yang salah, bila melihatnya tak ada. Aku takut dia menghilang. Tapi aku tidak tahu bagaimana mungkin aku bisa takut kehilangan, pada hal yang tak aku miliki? Hiks" Aku terus menangis dihadapannya, dia menghapus air mataku.
"Jangan menagis, kau akan membuatku sedih. Duduklah disini tenangkan hatimu." Setelah Junghyun mendudukanku, dia pergi begitu saja.
"Junghyun-ah kau mau kemana?"
"Aku akan pulang ke rumah." Jawab Junghyun yang sudah pergi menjauhiku.
"Kenapa kau meninggalkanku?!" Teriakku.
"Karena saat ini yang kau butuhkan bukanlah aku. Duduk saja disitu!" Dia berteriak lebih keras dariku.
Teman macam apa dia? Meninggalkanku seorang diri, menangis disini di tempat pertama kali aku memeluk Taehyung. Bagaimana bisa dia mengatakan kalau aku tidak membutuhkannya? Saat ini aku sangat membutuhkan seorang teman. Aku menundukan kepala, menyembunyikan kesedihanku disini.
"Apa kau lupa arah jalan pulang lagi?" Suara dingin dari seorang laki-laki terdengar di telingaku.
Suara itu, suara yang sudah lama tidak aku dengar bahkan aku hampir melupakan suara itu. Aku angkat kepalaku menghadap laki-laki itu. Aku hanya membulakan mata ketika tahu itu adalah Kim Taehyung.
"Kenapa kau selalu menangis di tempat ini?" Aku tidak menjawabnya, aku masih terbius oleh rasa ketidakpercayaan ini.
"Apa kau tidak malu atau kau memang tak punya rasa malu?" Katanya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLE (KTH Story)
FanfictionKim Taehyung? Aku tidak tahu kenapa tapi aku mulai tertarik akan ceritanya.