"Dia seperti ingatan-ingatan masa kecil. Tidak terlupakan, meski terhapus pelan-pelan."Sekarang hari-hariku dipenuhi dengan Kim Junghyun. Dia bahkan setiap harinya selalu menjemput dan mengantarkanku pulang ke rumah. Bahkan satu sekolah menganggap kami sebagai sepasang kekasih, padahal kami hanya bersahabat tidak lebih. Hatiku masih terisi dengan Kim Taehyung.
Saat bersama Junghyun, pikiranku tertuju ke arah Taehyung, selalu membicarakannya, menghujatnya kadang aku menangis begitu saja ketika sedang membicarakan ketidakpeduliannya terhadapku. Sebegitu jauhkah aku mencintainya? Walau aku tahu kalau dia lelaki bejad pemain wanita?
Keberadaan Junghyun disampingku tidak pernah bisa mengubah kebiasaanku mengikuti Taehyung. Terkadang bercanda gurau dengan Junghyun mampu melupakan Taehyung namun hanya sesaat. Tapi ketika Taehyung tanpa sengaja muncul dihadapanku, aku langsung berlari ke arahnya namun tak sanggup mendekatinya. Apa aku pecundang? Iya aku memang pecundang yang hanya bisa menyembunyikan perasaan, mencintai dari jauh, dan hanya berharap adanya keajaiban dari Tuhan yang akan mengubah hati Taehyung.
Seperti biasa saat jam istirahat tiba aku menghabiskan waktuku di kantin untuk menyumpal cacing-cacing diperut yang sedang kelaparan. Tapi kursi dikantin sudah penuh sesak oleh siswa yang sama kelaparannya denganku. Joy pun meminta maaf kepadaku karena tidak mampu mencarikanku tempat duduk. Tak apalah aku bisa makan di luar kantin, mungkin di taman akan menyenangkan.
Matahari bersinar cerah menunjukan keagungannya. Aku mencari tempat yang teduh untuk menyantap makanan yang aku beli di kantin tadi. Aku dudukan tubuhku dibawah pohon rindang, ahhh.. sejuknya.
Baru aku ingin memakan sesuap tteokbokki, seseorang mengagetkanku dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Junghyun. Dia langsung duduk disampingku tanpa rasa bersalah.
"Kau tidak makan?" Tanya Junghyun.
"Nafsu makanku hilang saat kau datang kesini" Aku kesal karena dia mengagetkanku.
"Kau marah ya?" Aku tidak menjawabnya.
"Maaf" Junghyun meminta maaf di depanku, tapi aku memalingkan pandanganku ke arah lain. Disitu aku melihat sosok yang aku puja-puja yang membuat aku tergila-gila, Kim Taehyung. Dia sendirian tiduran di bawah pohon. Apa dia sudah makan?
Entah dari mana keberanianku muncul untuk mendekati Taehyung dan membangunkannya. Dia membuka matanya dengan tatapan membunuh, matanya merah sekali dan agak bengkak di kelopak matanya. Apa dia menagis?
"Kau sudah makan?" Tanyaku.
"Kau membangunkanku hanya untuk menanyakan hal itu? Pergilah!!"
"Aku membeli tteokbokki di kantin kau mau?" Aku menyodorkan tteokbokki ke hadapannya namun dia menepis tanganku. Makananku yang belum sempat aku makan jatuh ke tanah.
"AKU TIDAK SUDI MEMAKAN MAKANAN SISA DARIMU!! DAN JANGAN PERNAH MENGIKUTIKU LAGI ITU MEMBUATKU TERGANGGU!!" Dia membentakku membuat tubuhku bergetar kencang, menahan isakan yang akan keluar dari mulutku namun tak mampu membendung air mataku yang tumpah membasahi pipi.
"YAK KIM TAEHYUNG!!" Tiba-tiba Junghyun datang dari belakangku langsung mendorong Taehyung hingga dia menabrak pohon di belakangnya.
"Apa yang kau lakukan hahh?!!" Taehyung membalas dorongan dari Junghyun hingga jatuh ke tanah.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu kepadamu? Apa yang kau lakukan, kenapa kau membuang makanan dari Sejeong?!!" Pertengkaran dua bersaudara terjadi di depanku dan itu karenaku. Aku hanya mampu terduduk lemas dan menangis.
"Apa kau tidak punya telinga? Aku sudah mengatakannya dengan jelas aku tidak sudi memakan makanan sisa darinya" Taehyung menunjuk kearahku.
"Sejeong bahkan belum memakannya sedikitpun, dia baru membelinya dari kantin. Dari pagi dia juga belum makan tapi dia lebih mengkhawatirkan dirimu dan kau malah membuangnya begitu saja. Kau itu manusia atau binatang? Tak punya perasaan." Aku sudah tidak sanggup lagi mendengar perdebatan mereka hanya karenaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTITLE (KTH Story)
FanfictionKim Taehyung? Aku tidak tahu kenapa tapi aku mulai tertarik akan ceritanya.