Part 2: Landing

83 9 0
                                    

Langit di galaksi bima sakti memang terasa kelam. Lebih kelam dari belanga. Mata kuning itu sedang memperhatikan jutaan, bahkan milyaran bintang di langit. Perjalanan tak tentu arah dijalani dengan berat hati.

Ekor komet menjadi penanda ia akan terus melampaui jutaan tahun cahaya. Terombang-ambing di ruang angkasa.

Frustasi dan bimbang.

Bagaimana keadaan planetnya sekarang?

S.coups mencoba mengingat apa yang terakhir kali terjadi.

Jenderal perang kerajaan telah berkhianat. Menggorok tenggorokan ayahanda sekaligus Raja Grandiose tepat di depan mata. Untuk itu mata S.coups memejam dan berpaling. Mengerutkan dahi sebagai tanda pahitnya memori itu.

Ibunda S.coups diperlakukan tidak kalah sadisnya. Ia dilemparkan ke arah api abadi di tengah balairung.

Sebagai anak tunggal dan satu-satunya penerus, S.coups dipaksa menyaksikan itu semua.

"Ayah... ibu," racau S.coups seperti bermimpi buruk.

Itu memang buruk dari yang terburuk.

Berat memang ketika harus meninggalkan tanah kelahirannya secara terpaksa. Akan tetapi kalau tidak dilakukan, apa jadinya keturunan Grandiose. S.coups adalah keturunan terakhir.

Daerah penuh asteroid terdektesi. Dimohon untuk memasukkan koordinat untuk tujuan selanjutnya

Suara pusat kendali otomatis yang menggunakan suara wanita membangunkan S.coups. Matanya terbuka dan mendapati cincin asteroid di depan. Pesawat harus segera menghindarinya.

S.coups tengah memasukkan nomor koordinat terdekat. Tentu ia tidak mau mati terhantam asteroid-asteroid raksasa ini.

Dengan skala penuh, pesawat yang dikemudikan langsung berbelok. Menyusuri jarak penuh bintang. Mencari tempat perlindungan terdekat.

Asteroid di depannya berdiameter sekitar 2 kilometer kubik. Butuh dorongan ekstra dari kabin mesin pesawat. Mengelak dan membelokkan arah menuju sebuah ....

Sebuah planet biru

Sebuah planet biru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S.coups terperangah karena birunya planet itu. Di sana pasti bisa menjadi tujuannya untuk sementara.

Menekan beberapa tombol diikuti dengan suara wanita pilot otomatis pesawat. S.coups tak gentar melajukan pesawat. Planet biru itu akan menjadi harapan baru.

Menuju Planet Bumi dalam hitungan 1 jam 45 menit.

Jarak jutaan tahun cahaya hanya ditempuh dalam waktu sebentar. S.coups mengakui hidrolik pesawat cukup canggih.

Sekarang apa?

Apa yang harus dilakukan sembari menunggu?

Makan?

Venus VS MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang