ten

2.6K 330 4
                                    

"Karena, aku-- menyayangkanmu,"

Jawaban itu membuat Irene kembali berpikir, kata menyayangkanmu dengan menyayangimu itu berbeda atau mungkin sama? Jangan sampai Irene terbawa suasana, bukan berarti Sehun berbuat seperti ini karena ia punya perasaan lebih.

"Maksud dari menyayangkanmu?" Tanya Irene lagi untuk memperjelas maksud dari kata itu.

"Habiskan makananmu, kita terancam disini." Sehun mengalihkan pembicaraan, memang Sehun melihat polisi yang mengejarnya saat tadi siang, jadi mereka harus segera melarikan diri sebelum polisi mengejarnya lagi.

"Wajahmu dikenal oleh polisi?" Tanya Irene.

"Tidak, mereka mengenal semua dariku, kecuali bagian wajah."

Acara makan malam telah selesai, mereka kembali ke rumah setelah berusaha menghindar dari polisi yang mulai mencurigai Sehun, kalau saja seorang pelayan restoran itu tidak menyebut mereka sepasang suami-istri mungkin Sehun sudah kembali di ikuti oleh polisi.

Di perjalanan untuk pulang, menjadi sebuah keheningan yang terjadi setelah obrolan makan malam. Irene hanya menatap suasana malam yang ramai pejalan kaki yang sedang berjalan-jalan atau seorang turis yang sedang mengenal Korea. Sehun hanya menatap lurus fokus pada jalanan, tidak melirik ke arah gadis di sampingnya atau pun ke arah lain, matanya fokus satu titik ke depan.

Suara ponsel memecahkan keheningan, ponsel Sehun yang tersimpan di jok belakang menyulitkannya untuk meraih benda persegi tersebut. Irene yang peka terhadap kesulitan Sehun, ia mengambilkan ponsel Sehun lalu memberikannya tanpa melihat ke layarnya untuk menjaga privasi.

"Terimakasih," gumam Sehun yang mungkin tak terdengar oleh Irene.

"Halo?"

"Willis, cepat bunuh dia atau kau yang ku bunuh!"

Bentakkan itu membekukan Sehun, siapa pemilik nomor tak dikenal ini? Tidak tertulis nama di dalamnya.

"Siapa kau?" Tanya Sehun datar.

"Akulah yang sebenarnya memerintahmu, dengan Kai sebagai perantara." Penjelasan seorang gadis di dalam ponselnya membuat Sehun berpikir, adakah anggota selain seorang pria?

"Aku tanya, siapa kau?"

"Jung Soojung, Krystal."

--

Matahari pagi ini membangunkan Irene dari tidurnya, ia duduk untuk mengumpulkan kesadarannya. Ia meregangkan ototnya hingga menimbulkan bunyi yang cukup jelas dan membuat Irene meringis.
Pintu terbuka, menampakkan tubuh tinggi proporsional bak seorang model.

"Aku keluar sebentar, jangan kabur, aku memasang CCTV di rumah ini," ujar Sehun.

"Tenang saja, aku tetap disini sebelum kau perintah untuk keluar," jawabnya dengan senyum manis yang memerahkan pipi Sehun, untung saja Sehun bisa menyembunyikan semuanya, kalau tidak harga dirinya sebagai seorang pembunuh akan turun akibat pipi merona karena senyuman seorang gadis.

"Bagus." Sehun meninggalkan kamar.

--

"Jung Soojung, jelaskan padaku." Nada bicara Sehun datar seperti biasanya yang dibalas dengan senyuman miring dari Jung Soojung atau Krystal ini. Gadis itu duduk di meja hadapan Sehun dengan kaki terlipat, tangannya terlipat pula di dadanya.

"Aku tak suka padanya, aku tak ingin melihatnya berlama-lama untuk hidup," jelasnya, Sehun mendengus.

"Alasannya?"

"Masalah di masa lalu, kau tak perlu tahu itu."

Pembicaraan terhenti sejenak, Sehun memikirkan apa yang harus ia lakukan. Soojung bukanlah salah satu dari anggota, ia hanya seorang mantan kekasih Kai yang masih saja ikut mengurusi semuanya, bahkan ikut memerintah seperti saat ini.

"Kau sudah tak berhak memerintahku untuk cepat membunuh seseorang," ujar Sehun yang mengundang tawa kecil dari Soojung.

"Kau lupa? Kau seorang pembunuh bayaran, menerima tawaran dari semua orang, bahkan jika seseorang memintamu untuk membunuh seorang petinggi, kau harus mengikuti perintah itu bukan? Tidak harus dari Kai atau pun Chanyeol, benar?" Jawaban Soojung membuat Sehun tertegun, memang benar begitu, ia menerima semua tawaran dari semua orang bahkan ia pernah membunuh seorang anak menteri Korea. Tapi, targetnya kali ini membuatnya sulit melakukan sesuatu yang merupakan tugasnya sendiri.

"Kalau aku tak ingin membunuhnya, apa yang kau lakukan?" Tanya Sehun memastikan.

"Membunuhmu. Lagipula, kenapa kau tak ingin membunuhnya? Hm? Kau suka padanya?"

Lagi-lagi Sehun menghela nafas akibat ucapan Soojung yang tak ia pikirkan terlebih dahulu.

"Bukan urusanmu," jawab Sehun ketus.

"Oke, terserah. Tapi, ikuti perintahku atau kau yang akan mati ditanganku, paham?" Tawar Soojung.
Sehun masih berpikir.

"Ya, ya, aku mengerti, jangan hubungi aku lagi jika itu mengenai Bae Joohyun, aku akan urusi dia dengan tanganku sendiri, aku pergi."

"Bye.."

--

Sehun meneguk segelas wine di tangannya, dengan satu gelas itu dapat membuat Sehun tenang. Pria itu duduk di bar yang selalu ia datangi dengan teman-temannya, namun kali ini ia sendirian.
Tegukkan gelas ke empat tentu belum melemahkan Sehun, itu sedikit menurutnya. Suara musik yang berdentum seperti akan menulikan telinga membuat badan di sekitat Sehun ikut bergoyang meliuk-liuk seperti seekor belut. Para wanita dengan pakaian kurang bahan sebenarnya mengganggu Sehun, ia bukanlah tipe pria yang senang memainkan perempuan seenaknya walaupun ia di cap sebagai pria dengan perilaku tidak baik. Sehun menghindar begitu seorang wanita mendekat lalu menggodanya, ia tidak tergoda, sama sekali.

Akhirnya, Sehun keluar bar karena ketidaknyamanannya, ia masuk karena ingin minum untuk menenangkan pikiran, bukan menyenangkan diri. Ia keluar dengan jaket kulit yang menggantung di bahu kanannya.

"Oh Sehun," panggil seseorang di belakang Sehun, seorang gadis yang terlihat berperilaku baik, bukan seorang bad girl yang berada di dalam bar dan menggoyangkan tubuhnya.

"Kang Seulgi?" Gumam Sehun begitu melihat gadis itu.

"Aku kecewa padamu! Kau tinggalkan aku, kau menjadi seorang buronan, kau pembunuh, kau--" ucapan Seulgi terputus karena telapak tangan Sehun sudah menutup mulutnya, dengan cepat Sehun menyeret Seulgi ke dalam mobilnya.

"Jangan sembarangan saat bicara," ujar Sehun datar.

"Kau dibayar untuk menghilangkan nyawa seseorang? Kau kira itu bagus? Ibumu seorang pengacara, ayahmu pengusaha besar, dan kau? Seorang pembunuh? Aku sangat kecewa padamu!" Bentak Seulgi dengan air mata yang nyaris jatuh di pelupuk matanya.

"Apa urusanmu?" Tanya Sehun dingin. Seulgi mengusap air matanya kasar.

"Kau kira aku tak malu saat aku dituduh sebagai kekasih seorang pembunuh? Kau kira aku senang dengan gelar itu? Tidak! Aku malu!"

"Kau berpisah denganku lebih dari tiga tahun yang lalu, bahkan aku lupa padamu."

"Kau tidak pernah berkata itu, kau bilang kau tak akan mengecewakanku di tiga tahun lalu itu, aku ingat memori itu."

"Tapi, kau sekarang adalah seorang mantan kekasih seorang pembunuh, ini pekerjaanku, my life, tidak ada urusannya denganmu,"

"Baiklah, jika itu maumu. Aku tak segan bekerjasama dengan polisi, berhenti dengan pekerjaanmu atau aku membiarkan hidupmu selesai, mengerti? Selamat tinggal." Ujar Seulgi lalu keluar mobil Sehun dengan penuh amarah.

Sehun tertegun, menghela nafas panjang karena nafasnya terasa sesak.
Kepalanya penuh dengan perkataan dua orang gadis dengan ancaman yang berbeda.

Jung Soojung or Kang Seulgi.

.

.

.

.

To be continue..

Black Rose [Hunrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang