thirteen

2.3K 333 14
                                    

Empat orang gadis berkumpul di salah satu cafe yang memang biasa dijadikan tempat berkumpul mereka semua. Tidak hanya Irene, Wendy, dan Joy hari ini, bertambah satu orang gadis yang baru kembali ke Seoul.

"Seulgi, kau tahu? Irene pernah menjadi korbannya," ujar Wendy lalu menyesap greentea lattenya yang masih penuh dan berasap karena panas.

"Benarkah? Kau bisa selamat?" Tanya Seulgi sambil menggoyangkan tubuh Irene.

"Pembunuh itu luluh padaku, entah kenapa, tapi sekarang dia berubah menjadi kasar kembali," jawab Irene, saat berbicara otaknya kembali membayangkan Sehun, ia kembali kecewa saat mengingatnya. Air muka Seulgi menjadi muram, ia tahu siapa pelakunya.

"Kau tak apa?" Tanya Irene yang menyadari perubahan Seulgi.

"Oh ya, tak apa," jawab Seulgi dengan bibir memaksa untuk senyum. Ia merasa bersalah pada sahabatnya sendiri.

--

"Ya, Kim Joonmyun dari perusahaan Kim Company yang terletak di Myeongdong," jelas Sehun pada seseorang di ponselnya.

"Baik, akan ku bantu,"

"Ya, aku tunggu sore ini," Sehun memutuskan sambungan teleponnya.
Ini saatnya melakukan tugas yang sebenarnya sudah dilarang oleh seseorang yang membuatnya merasa lemah.

Sehun menyiapkan belati dan pistolnya untuk membunuh Kim Joonmyun, ia sudah menduga pasti akan sulit.

--

Malam tiba, di mana ini saatnya Sehun melaksanakan tugasnya. Ia sudah berkerjasama dengan Park Hera selaku orang yang meminta membunuh Joonmyun.

Sehun, Kai, Chanyeol, dan beberapa rekannya yang lain sudah berada di sekitar gedung tinggi dan besar, berpura-pura menjadi karyawan, office boy, atau bahkan sebagai wartawan yang ingin mewawancarai Joonmyun. Sehunlah yang menjadi wartawan palsunya, memang ia yang harus membunuh Joonmyun karena ia yang ditugaskan.

"Park Hera, matikan CCTV," perintah Sehun dari ponselnya.

"Baik"

Kumpulan pembunuh sudah berada di tempat yang sepi bagian gedung, mereka membuat strategi.

"Kai, kau bertugas mengawasi di depan ruangan Joonmyun. Kyungsoo, kau berjaga di ruang CCTV bersama Hera. Tao, kau tuntaskan semua orang disekitar ruangan itu, buat mereka semua tak sadar, dan kau Sehun, kau jangan sampai meleset dengan misimu, jangan biarkan orang itu mengenalimu, mengerti?" Jelas Chanyeol. Meskipun Sehun yang akan melaksanakan tugas, tapi Chanyeol sebagai ketua dari semua masih harus bersikap selayaknya seorang pemimpin.

"Mengerti." Semua serentak.

"Baik, semua bergerak."

Setelah diberi aba-aba, semua bergerak sesuai tugasnya masing-masing, Kai dan Tao berubah menjadi seorang office boy, Kyungsoo berlari ke tempat Park Hera. Sehun dan Chanyeol mengenakan jas hitam untuk menjadi seorang wartawan.

Sehun dan Chanyeol mengetuk pintu ruangan Joonmyun, dan terdengar suara seseorang dari dalam.
Tak lupa mereka menggunakan penyamaran semacam kacamata untuk menyamarkan wajahnya agar tidak terlalu jelas.

"Annyeonghaseo, Kim Joonmyun-ssi. Kami wartawan dari salah satu channel televisi Korea yang ingin mewawancarai anda selaku pengusaha yang cukup terkenal saat ini," ujar Chanyeol dengan penuturan kata layaknya seorang yang benar-benar meminta persetujuan dari Joonmyun.

"Oh, ya silakan. Bagaimana?" Tanya Joonmyun ramah. Chanyeol berbincang dengan Joonmyun, sementara Sehun sibuk mengaba-ngaba di balik jasnya.

"Akan ku hitung mundur, matikan semua lampunya," perintah Sehun.

"Baik. 5.. 4.. 3.. 2.." Sehun menggantungkan perkataannya. Tangannya bersiap dengan senjata dibalik jasnya, begitu juga dengan Chanyeol.

"1.."

Semua padam.

"Apa yang terjadi?!" Teriak Joonmyun panik.

Dan,

Terkulai lemaslah sudah Joonmyun di ubin putih mengkilat, belati yang Sehun pegang sudah menancap di dada Joonmyun. Chanyeol menyentuh leher Joonmyun untuk memastikan.

"Beres, cepat keluar!" Perintah Chanyeol.

Semua berlarian keluar gedung, ikut serta berpura-pura panik.

Sementara itu, Tao sudah menyiapkan mobil untuk mereka kabur. Semua orang sedang panik, tak sadar bahwa diantara banyaknya manusia ada beberapa orang pembunuh didalamnya.

--

Keesokan paginya, Sehun sudah menerima uangnya secara full. Urusannya dengan Hera telah selesai.
Ia pulang ke rumah dengan santainya, tak peduli dengan papan berita mengenai meninggalnya Joonmyun secara mengenaskan.

Sehun memarkirkan mobil dihalaman rumahnya yang sepi, ia keluar mobil dan segera masuk ke rumah. Tapi, langkahnya tertahan karena melihat seorang gadis tak asing di depan pintu rumahnya. Jantungnya berdetak kencang saat gadis itu menatapnya.

"Hebat kau, sungguh, kau sangat hebat! Hebat kau telah menghancurkan hatiku! Menghancurkan hidupku! Wae?! Kenapa harus Kim Joonmyun? Wae?!" Teriak Irene dengan air mata berlinang dipipinya. Sehun terkejut. Ia merasa bersalah melihat Irene seperti ini.

"Maaf, ini tugasku. Silakan, kau boleh pergi," ujar Sehun sambil berlalu masuk ke dalam rumah, tapi lengannya ditahan dengan tangan ramping.

Plak.

Satu tamparan mengenai pipi kiri Sehun, pipinya terasa panas sekarang.

"Rasa sakit di pipimu tak seberapa dengan rasa sakit di hatiku, Oh Sehun!" Irene menyeka air matanya. "Tak akan ku biarkan kau terus merajalela," lanjutnya lalu berjalan cepat untuk pergi.

Sehun hanya menatap punggung Irene yang mulai menjauh, seperti ada sesuatu yang membuatnya tidak enak hati saat ucapan Irene di lontarkan. Saat ia tak mewujudkan keinginan Irene, bisa saja Irene melanggar perjanjian dengannya tentang jangan menyebarkan nama Sehun dan semua identitasnya.

"Bae Joohyun, berhenti di situ!" Panggil Sehun untuk menghentikan langkah irene. Pria itu menghampiri Irene yang masih menangis, menangis karena seluruh berita kasus ini menyebar di seluruh papan iklan.

"Apa?" Tanya Irene ketus.

"Maaf, aku menyesal telah melanggar keinginanmu," ujarnya. Tidak sepenuhnya menyesal, hanya untuk mencegah Irene untuk tidak menyebar identitasnya.

"Tidak ada yang bisa disesali, sekarang dia sudah mati, kau hanya bisa memperbaiki diri dengan rasa menyesalmu sekarang, kalau kau merasa menyesal, ubah perilakumu dan cara berpikirmu mulai sekarang," ujar Irene penuh penekanan di setiap katanya. Irene berbalik dan kembali berjalan untuk menjauh.

"Mianhae"
.

.

.

.

To be continue..

Gatau cara buat adegan pembunuhan sih, kalo kurang degdegan mohon dimaafkan, kalo mau degdegan bacanya sambil nonton the eve, artificial love, my lady, sama playboy dijamin langsung mati ditempat. Hehe. /plak/

Sekian.

Black Rose [Hunrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang