twelve

2.5K 354 15
                                    

Malam yang terasa sepi kini kembali terasa, angin dingin menerpa wajah Sehun yang terlihat tanpa ekspresi. Matanya meredup dibawah sinar bulan yang terlihat lebih bulat dan bersinar terang di malam ini. Berbeda dengan bulan yang bercahaya terang, hati Sehun sedang kelabu seakan akan datang hujan badai mengguyur bumi, tapi bedanya ini perasaan Sehun yang terguyur dengan suasana hati yang tidak tenang. Walaupun ia tidak pernah merasakan keramaian di rumahnya, tapi ia merasa ada yang berbeda setelah Irene pulang, kembali pada pelukan orang tuanya. Kini Sehun tengah berdiri di balkon rumahnya, memandangi pemandangan malam di perkotaan yang ramai penduduk.

Meski di luar sana tampak ramai, tapi Sehun tak pernah merasakan itu, ini yang akan terjadi selalu jika Sehun melanjutkan pekerjaannya. Ketenangan Sehun pecah karena suara panggilan dari bawah sana, seorang pria disana memanggil Sehun untuk segera turun. Sehun memutar bola matanya malas, siapa yang ia lihat? Luhan, si pengkhianat baru.

Sehun membuka pintu dengan malasnya.

"Ada apa?" Tanya Sehun terkesan datar dan galak.

"Gadis itu sudah keluar?" Luhan balik bertanya, bagaimana ia bisa tahu Sehun memiliki seorang gadis yang harus ia bunuh.

"Apa urusanmu?" Tanya Sehun ketus.

"Aku mengenalnya, aku yang mengiriminya pesan untuk selalu melindunginya, entah apa yang memasuki otakmu sehingga kau bisa membebaskannya, terimakasih,"

"Kenapa kau lakukan itu?"

"Karena aku menyayanginya, aku tidak ingin ia terbunuh oleh pembunuh bertangan kotor sepertimu, sekarang aku sudah tenang. Semua selesai, aku pergi." Luhan pergi setelah membicarakan masalah yang menurut Sehun sepele, hanya karena masalah hati yang Sehun tidak pedulikan, Luhan mendatangi Sehun hanya untuk menghinanya?
Sehun berpikir, kenapa Irene tidak pernah bercerita bahwa ada seorang pria yang selalu mengiriminya pesan dan bagaimana pula Luhan bisa mengenal Irene?

Sehun kembali masuk ke dalam rumah.

Ia baru teringat, perlahan ia menuruti perkataan Seulgi, bukan Soojung. Ia membebaskan Irene, itu sebuah permulaan untuk menghindari rasa ingin membunuh manusia tak bersalah. Di sisi lain, ia tetap ingin melanjutkan pekerjaannya. Hatinya tak tenang, ia ceroboh. Seharusnya tak membebaskan Irene secepat itu, Sehun cemas takut Soojung melakukan hal nekat dengan membunuh Irene dengan tangannya sendiri. Seharusnya Sehun melindungi Irene jika ia tak ingin Irene di lukai oleh Soojung. Ia tahu perasaannya salah, ia tak boleh menyukai orang yang seharusnya ia bunuh.

Lamunan Sehun membuyar setelah ponselnya bergetas di kantung celananya, nomor tak di kenal terpampang dilayar ponselnya.

"Halo?"

"Ya, siapa?"

"Tolong aku, bunuh Kim Joonmyun secepatnya!"

"Siapa kau?"

"Itu tidak penting, bunuh saja orang itu!"

"Aku tak bisa membunuh seseorang tanpa ada alasan yang jelas dari seorang yang memerintah, jika kau mau, besok kita bisa bertemu."

"Baiklah, dimana?"

"Haebaragi cafe, pukul 10 tepat, tidak terlambat."

"Oke, sampai bertemu besok."

Sehun mematikan ponselnya. Ia mengenal nama Kim Joonmyun, yang katanya teman dekat Irene yang ia curigai seorang kekasih Irene.

--

Keesokan paginya, Sehun sudah duduk di cafe tepat pukul 10. Belum terlihat orang mengampirinya, atau mungkin orang itu tak tahu wajah Sehun. Namun tak lama, ponsel Sehun berbunyi menunjukan sebuah pesan.

Black Rose [Hunrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang