nineteen

2.3K 275 25
                                    

Pagi hari yang dilengkapi dengan angin yang meniup helaian rambut milik seorang gadis yang tengah duduk di kursi taman, ia menatap lurus ke depan tanpa membuka pembicaraan dengan pria di sampingnya. Suara helaan nafas terdengar di telinga pria yang tengah memejamkan matanya untuk menenangkan.

"Bagaimana dengan musuhmu G-Dragon itu?" Tanya Irene memecah keheningan diantara mereka, dan tiba-tiba saja ia penasaran dengan keberadaan musuh Sehun.

"Mereka menyerah setelah dikejar oleh polisi." Sehun menjeda kalimatnya, "Tapi, malah aku yang sekarang sudah tertangkap, aku yakin mereka sedang tertawa sekarang melihat wajahku yang terpampang di mana-mana."

Sekarang Sehun aman, wajahnya tertutupi masker dan topi, Irene hanya memerintahkannya untuk berpura-pura sakit agar menyamarkannya dari orang, tak jarang juga yang memarahinya karena ia tak pergi ke rumah sakit saat sakit, padahal ia jauh dari kata sakit.

"Tidak, mereka pasti akan tertangkap," ucap Irene meyakinkan.

Sehun berdehem untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering sulit mengeluarkan suara.

"Irene," panggil Sehun, Irene menoleh.

"Kau tahu? Aku sudah menyatakan semuanya saat itu." Kening Irene mengerut kebingungan.

"Apa?"

"Aku.. Aku menyukaimu."

Lidah Irene kelu tak bisa memuntahkan kata-kata, matanya hanya bisa menatap mata Sehun yang sendu.

"Ini yang ingin aku katakan sebelum aku mati, aku menyayangimu, aku mencintaimu, aku tidak berharap kau punya perasaan yang sama tapi aku hanya ingin kau selalu bersamaku."

"S-Sehun.."

"Bagaimana?"

Irene terdiam.

"Aku tahu kau adalah Willis! Cepat lepas maskermu dan ikuti kami untuk menyelesaikan semua ke jalur hukum!"

Bukan, bukan Irene yang bicara. Orang di belakang yang bicara. Tubuh mereka berdua membeku tak bisa digerakan, setetes air mata menetes di pipi Irene, ia panik entah harus bagaimana.

Sehun membuka maskernya dan tersenyum kecil ke arah Irene.

"Ikuti alurnya," gumam Sehun, ia berdiri lalu menghampiri polisi dengan sangat pasrah, tangannya diborgol oleh kedua polisi yang membawanya, hati Irene sakit melihat seorang pria yang juga ia sayangi seperti ini.

"Ikuti alurnya."

--

Tidak hanya Sehun di sana, semuanya ada di sana, semuanya tertangkap. Wajah mereka semua muram. Ternyata keputusan sudah ditetapkan, hukuman sudah di tentukan.

"Hukuman yang layak adalah hukuman mati bagi orang yang bersalah, hukuman akan dilaksanakan besok, kalian akan ditahan dalam waktu satu hari sebelum eksekusi."

Tiga kali ketukan palu membuat sekujur tubuh mereka merinding dan kaku. Otak Sehun kembali mengingat Irene, Irene dan Irene. Ucapan gadis itu terngiang di telinganya.

Jalani semua sesuai alurnya.

Sehun memejamkan matanya untuk tidak membayangkan hal yang aneh-aneh, ia tidak bisa membayangkan lagi masa depannya, hanya ada bayangan ia sedang dieksekusi.

Semua dibubarkan, menyisakan sekelompok pembunuh dari kelompok Sehun, polisi sudah bilang bahwa kelompok pembunuh yang lain telah dihukum beberapa minggu yang lalu. Itu tandanya, G-Dragon dan kawanannya sudah mendahului mereka.

Mereka dimasukkan ke dalam jeruji besi yang dingin tanpa alas, hanya ubin tanpa karpet yang dapat membuat mereka masuk angin jika tidur terlalu lama di sana.

Black Rose [Hunrene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang