Sejak kecil aku memiliki sebuah kelebihan. Kelebihan dimana aku bisa melihat secara nyata manusia yang berada di sekitarku. Hal itu bisa dibedakan melalui warna cahaya yang terpancar dari tubuh mereka. Putih bila hati mereka semurni malaikat dan hitam bila hati mereka sekeji iblis.
Sejauh ini, aku sangat jarang melihat dua warna itu. Aku hanya melihat warna abu-abu. Ya, memang tak ada manusia yang sempurna kan. Bahkan, Ibu dan Kakak perempuanku yang sering memberikan sedekah kepada pengemis pun, warnanya hanya sedikit lebih terang dari yang lain. Warna mereka mendekati putih, meski tak benar-benar putih. Begitu juga dengan ayah tiri dan adik lelakiku. Mereka memancarkan warna abu-abu cerah.
Sungguh, aku belum pernah melihat putih atau pun hitam. Hingga beberapa hari lalu. Ketika tubuh kakakku ditemukan tewas di kebun belakang rumah. Menurut investigasi polisi, kakakku meninggal karena dicekik dan dia juga diperkosa sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Setelah proses autopsi usai, kakakku segera di makamkan. Ibuku berulang kali pingsan di sana. Ketika aku tengah memeluk Ibu, aku melihat arwah kakakku sedang berdiri tak jauh dari kami. Ia bersinar begitu terang. Begitu putih. Tak pernah aku melihat siapa pun bercahaya seperti itu. Ia tersenyum padaku, tetapi kemudian ia menatap ke satu arah. Tatapannya datar. Aku pun mengikuti arah pandangnya dan terkesiap, ketika melihat ayah tiriku yang tengah berdiri tak jauh dari sana. Ia berwarna hitam. Pekat.
~end~
Source Pic : http://pin.it/bcLJayN
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape The Maze
General FictionKumpulan cerita pendek dan flash fiction yang saya tulis selama 30 hari.