"Mah, Lailatul Qadar itu apa?" tanya Darren, putra bungsuku yang berusia lima tahun itu tiba-tiba menemuiku di dapur.
Keningku berkerut. Tanganku yang tadinya sedang asyik memotong wortel untuk sup ayam yang akan aku hidangkan saat buka puasa nanti pun terhenti.
"Darren tadi denger Kak Darrel lagi ngomong sama temennya, Mah, soal Lailatul Qadar. Katanya, itu cuma ada pas Ramadhan aja ya, Mah? Emangnya rumahnya di mana, Mah? Kok dateng pas puasa aja? Dia temen Pak Ustadz ya, Mah?" cerocos Darren tak berhenti.
Aku tersenyum simpul, lalu mengangkat tubuhnya yang mungil, duduk di sebuah kursi tak jauh dari tempatku berdiri.
"Darren, anak mamah yang ganteng... Mamah coba jelasin satu-satu ya, Sayang." Aku pun duduk tepat berhadapan dengannya. "Lailatul Qadar adalah malam yang diyakini oleh umat muslim seperti kita sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan," kataku. "Mamah mau ceritain sebuah cerita buat Darren," lanjutku."Asik.. Ayo cerita, Mah!" Darren berbinar.
"Pada zaman dahulu kala, Nabi Muhammad SAW pernah bercerita kepada para sahabatnya. Ada seorang bernama Syam'un Al-Ghazi. Beliau adalah seorang pejuang Allah yang ditakuti oleh para orang kafir karena telah membunuh ribuan kafir dengan sebilah pedangnya yang terbuat dari tulang rahang unta yang diberi nama Liha jamal. Ia juga seorang ahli ibadah yang selama 1000 bulan tidak pernah lupa melakukan sholat malam dan selalu berpuasa di siang hari. Tetapi, dibalik keistimewaannya itu, justru Syam'un memiliki istri yang kurang baik. Akibatnya, sang istri diperdaya dan dibujuk oleh para orang kafir quraisy untuk membunuh suaminya dengan iming-iming harta benda apabila dia mau dan berhasil," kisahku.
"Terus, Mah?" Darren terlihat begitu serius mendengarkan ceritaku.
"Suatu hari, sang istri diberi seutas tali kuat oleh para kaum kafir quraisy untuk mengikat suaminya sehingga mereka bisa membunuhnya. Tetapi rencana itu gagal karena dengan mudah, Syam'un dapat memotong tali itu. Kemudian, para kaum kafir quraisy memberikan sang istri rantai, dan lagi-lagi usaha mereka gagal, karena Syam'un dengan mudahnya bisa melepaskan diri dari rantai itu. Lalu, sang istri berusaha membujuknya agar mau menceritakan rahasia kekuatan suaminya itu. Syam'un memberi tahu istrinya bahwa sebenarnya ia adalah seorang wali dari sekian banyak waliyullah yang hidup di dunia. Ia berkata, wahai istriku, ketahuilah bahwa tidak ada satu orang pun yang mampu mengalahkanku perkara dunia, kecuali rambutku ini, kata Syam'un," ujarku sambil membelai lembut puncak kepala Darren.
Darren masih terdiam dan menatapku seksama.
"Menurut cerita, Syam'un memiliki rambut yang sangat panjang sampai menyentuh tanah bila ia berdiri," kataku.
"Wow... Terus terus, Mah!" Darren penasaran.
"Karena sudah mengetahui kelemahan suaminya itu, sang istri akhirnya mengikat Syam'un dengan 4 helai rambutnya untuk tangan dan 4 helai rambut untuk kakinya ketika ia sedang tertidur. Tentu saja, Syam'un terkejut ketika ia bangun karena dirinya terikat seperti itu dan tidak bisa melepaskannya. Akhirnya, sang istri memberitahu kaum kafir quraisy untuk datang dan membawa Syam'un. Ia diikat pada sebuah tiang dan disiksa," ceritaku. "Astaghfirullah..." ucapku lirih.
"Astaghfirullah... " Darren mengikuti ucapanku.
"Tetapi, meskipun dianiaya seperti itu, Syam'un tidak menunjukkan wajah marah dan kesal. Wajahnya justru terlihat berseri-seri. Hingga pertolongan Allah SWT datang. Syam'un berkata, aku minta hanya satu, yakni kekuatan dari Allah swt. Bismillah la haula wa la quwwata illa billah. Allah SWT memberinya kekuatan yang sangat dahsyat. Syam'un hanya bergerak sedikit dan rambut yang mengikatnya putus begitu saja. Bahkan tiang tempat ia diikat ikut roboh dan hancur. Bukan hanya itu, rumah yang digunakan untuk menyiksa Syam'un juga hancur dan atapnya menimpa para kaum kafir quraisy hingga semuanya mati, termasuk istri Syam'un."
"Allah Maha Besar, ya Mah... " Darren berbinar.
Aku tersenyum mendengarnya. "Iya Sayang, Allah begitu besar dan kuat. Sekuat apapun seseorang, tetaplah Allah yang terkuat sejagat raya."
"Terusin, Maaah..." Darren merajuk sembari menarik-narik tanganku lembut.
"Lalu ada seorang sahabat Nabi bertanya, Ya Rasulullah... Berapa tahun dia berperang melawan orang kafir?
70 tahun, jawab Rasulullah SAW. Tahukah pahala yang telah dicapai oleh Syam'un? Sahabat Nabi kembali bertanya dan Nabi Muhammad SAW menjawab, tidak. Lalu, saat itu juga Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril menurunkan Surat Al Qadr kepada Nabi Muhammad SAW. Jibril berkata, hai Muhammad, Allah memberi Lailatul Qadar kepadamu dan umatmu. Ibadah pada malam itu lebih utama daripada ibadah 1000 bulan.""Waaah... Keren! Terus Mah!"
"Mendengar berita itu, Rasulullah SAW pun menyuruh sahabat-sahabatnya untuk berburu Lailatul Qadar agar mendapat pahala seperti yang Allah berikan kepada waliyullah Syam'un Al-Ghazi," kataku mengakhiri cerita.
"Jadi, malam Lailatul Qadar itu cuma ada di setiap bulan Ramadhan seperti sekarang ya, Mah? Setiap hari?" tanya Darren lagi.
"Iya Sayang, Lailatul Qadar hanya ada di bulan Ramadhan tetapi menurut hadits Bukhari, Rasulullah SAW pernah bersabda, carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya," terangku sekali lagi.
"Oke deh Mamah-ku, Sayang! Kalau gitu, mulai hari ini sampai akhir Ramadhan nanti Darren mau jemput Lailatul Qadar biar dapet pahala buanyaaaak dari Allah," katanya sambil tertawa ceria.
~end~
Source Pic : http://pin.it/F1RkK6K
KAMU SEDANG MEMBACA
Escape The Maze
General FictionKumpulan cerita pendek dan flash fiction yang saya tulis selama 30 hari.