Chapter 7

15 8 0
                                    

Kevin menelponku saat aku sedang dikampus bersama teman - temanku, "Dimana?"

"Kampus"

"10 menit lagi aku jemput ya? Mama mau makan malam bersama."

Aku menyangga ponselku dengan bahu kiri ku agar tidak jatuh, kedua tanganku sibuk merapikan buku - bukuku yang berserakan diatas meja, "Belum mandi, Vin"

"Don't worry, mandi di rumahku aja. Udah ya, aku lagi nyetir. Love you."

"Love you too."

Aku berpamitan dengan teman - temanku saat Kevin sudah datang menjemputku.

"Cieee, dijemput pangeran pakai mobil sport. Lain kali naik kuda dong." Kata Emily sambil menyenggolku. Semua orang tertawa karena komentar Emily.

Kevin mencium pipiku, "Masih wangi gini kok," bisiknya ditelingaku. Teman - temanku bersorak, suasana jadi ramai. Bahkan mahasiswa lain juga ikut menatap kami. Bukan Kevin Grissham namanya kalau tidak membuat onar.

Sesampainya di rumah keluarga Grissham aku langsung memeluk tante Martha dan menjabat tangan om Richard. "Om, tante, Nala ijin numpang mandi ya? Habis dari kampus belum mandi."

"Pake pamit segala, biasanya juga udah kayak rumah sendiri. Oh iya, tante sudah siapkan pakaian untuk makan malam nanti. Ada tamu besar yang akan datang." Kata tante Martha sambil menggiringku ke kamar Kevin. Dress ku sudah disiapkan diatas kasur Kevin, dress berwarna hitam itu sangat indah. Tante Martha meninggalkanku. Aku pun segera mandi.

Setelah aku selesai bersiap - siap, Kevin mengetuk pintu kamarnya sendiri, "Sayang, sudah selesai belum? Tamunya sudah datang." Aku membuka pintu dan Kevin sudah terlihat sangat tampan dengan setelan bernuansa hitam sama seperti dress yang kupakai.

"Nal, jangan sama adik aku terus, sekali - kali sama kakaknya dong." Kata Mikhael yang tiba - tiba saja sudah berada dibelakang Kevin. Kevin menatap kakaknya sinis. Aku tertawa melihat tingkah mereka. Kevin melingkarkan tangannya dipinggangku saat turun dari tangga dan Mikhael berada dibelakangku seperti obat nyamuk.

Di meja makan sudah ada beberapa orang yang hadir. Hanya 3 kursi kosong, tentu saja itu milikku, Kevin, dan Mikhael. Aku duduk diantara Kevin dan Mikhael. Di depanku ada gadis yang seumuran denganku, dia sedang menatap Mikhael tanpa berkedip. "Kak, dia naksir tuh." Kataku sambil melirik gadis itu.
Mikhael menatapnya, gadis itu terlihat salah tingkah karena ketahuan menatap Mikhael. "Cantik, tapi lebih cantik pacarnya Kevin."

Aku menjiwit lengan Mikhael karena ia sudah menggodaku. Mikhael tertawa dan mencubit kedua pipiku sebagai balasannya.
"Eh, tu pipi ntar melar." Kevin melepaskan tangan Mikhael dari pipiku. Kita bertiga pun tertawa. Gadis itu sinis melihatku.

"Bisa kalian lihat, 3 bocah ini memang tingkahnya ajaib. Mikhael adalah anak sulungku, sedangkan Kevin adiknya dan Nala adalah pacar Kevin." Om Richard menjelaskan kepada tamunya dan aku kembali menatap gadis itu. Ia tersenyum saat tahu bahwa aku pacar Kevin. Mencurigakan.

"Giliranku untuk memperkenalkan keluarga kecilku. Saya John Barnett, ini istri saya Jane Barnett, dan ini anak saya satu - satunya Aila Barnett." Kata John menjelaskan tentang keluarganya. Aila tersenyum manis ke arah Mikhael.

Makan malam itu pun usai, makan malam yang sedikit membosankan karena hanya membahas masalah bisnis. "Vin, Aila aneh ya?" Aku menatap Kevin yang sedang menyetir mobilnya.

"Iya, aku tahu kok."

"Senyumnya licik."

"Udah biarin aja."

Setelah itu kami tidak pernah membahas tentang acara makam malam tersebut.
Namun aku curiga, akhir - akhir ini Kevin tidak pernah ada waktu untukku. Aku bertanya pada Mikhael apa yang membuat Kevin sibuk, Mikhael bilang tidak ada masalah serius di kantor. Malam harinya aku pergi menemui Kevin di rumahnya. Ternyata ia sedang tidak ada di rumah. Aku menunggu Kevin pulang, Mikhael menemaniku.

Aku mendengar suara mobil Kevin, aku lari keluar, tapi jauh dari kenyataan bahagia, aku melihat Kevin bersama wanita lain di mobil itu. Mikhael juga melihat saat wanita itu mencium pipi Kevin dan berbicara di telinga Kevin. Kevin terlihat mesra dengan wanita itu. Mikhael memelukku, menenangkanku yang hanya bisa diam terpaku melihat pemandangan itu.

Kevin dan wanita itu keluar dari mobil, mereka melihat Mikhael sedang memelukku. "Apa - apaan?!" Kevin membentakku dan Mikhael. Mikhael yang langsung terbawa emosi langsung melemparkan pukulannya ke Kevin. "Harusnya aku yang bilang apa - apaan! Kamu itu yang apa - apaan, bisanya mainin cewek doang! Cowok macam apa kamu?!"

Wanita itu langsung lari melihat pertengkaran kakak adik ini, Kevin mengejarnya. "Tunggu! Jangan pergi!" Aku mencoba mengejar mobil Kevin yang sudah mulai menjauh dari rumah. Kenyataan yang kudapat setelah itu adalah Kevin tidak pernah pulang dengan keadaan ia masih bernyawa.

Hal tersulit saat ini adalah harus hidup dalam bayang - bayang masa lalu yang tidak pernah bisa kamu temui lagi.

###

Hai semuanya! Semoga ga bosen sama cerita ini ya😆😆
Jangan lupa vomments❤

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang