Chapter 9

12 6 1
                                    

Kamar ini masih sama seperti yang kulihat terakhir kali dimalam kematiannya. Aku masih bisa merasakan hadirnya disini. Yang membuat kamar ini berbeda adalah sang pemilik kamar sudah bahagia diatas sana.
Andai dia masih hidup, yang sekarang kita bicarakan bukanlah masalah pernikahan antara Brendon dan Aila namun pernikahan kita.

Aku sedang menatap keluar jendela kamar Kevin saat Mikhael datang. Mikhael memelukku, ia tahu aku sedang kacau. Aku merindukan pelukan ini.
"Kamu yakin? Mencintai pria yang bahkan aku yakin kamu belum tahu asal usulnya."

"Aku tidak tahu, aku saja belum bisa melupakan Kevin"

Kita berdua tertawa melihat jawabanku.

Mikhael mempererat pelukannya dan berbisik "aku harap kamu tidak gegabah setelah melihat kejadian tadi."

Yap, aku melihat Aila yang marah kemudian menampar Brendon. Yang tidak terduga adalah setelah Aila menamparnya, Aila malah mencium bibir Brendon dan Brendon membalas ciumannya didepan semua orang. Setelah sesi ciuman itu Aila mengancam Brendon, "mau menghancurkan aku? Kamu dulu yang akan hancur."

Masuk akal. Keluarga Barnett memiliki firma hukum yang cukup kuat untuk melawan siapapun.

Brendon hanya terdiam.

***

Brendon berusaha agar aku mau memaafkannya atas tindakannya pada malam itu. Ia mengajakku pergi ke Bali. Entah apa rencananya kali ini. Seminggu berada di Bali bersamanya merupakan hal yang menyenangkan tapi sebagian dari diriku mengatakan bahwa dia akan mengecewakanku lagi.

Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Tanah Lot. Aku teringat pertama kali aku kemari dengan Kevin dan Mikhael adalah saat study tour SMA. Kevin dan aku satu angkatan tapi Mikhael pada saat itu sudah lulus SMA dan sedang melanjutkan kuliahnya. Saat aku dan Kevin sedang mengelilingi Tanah Lot, tiba - tiba Mikhael datang mengejutkanku dan Kevin.
"Gila, 1 hari tanpa kalian itu hidupku hampa banget!" Kata Mikhael, ia memelukku dan Kevin bersamaan. Kevin geleng - geleng kepala melihat tingkah kakaknya. Aku hanya tertawa melihat keduanya. Jadi saat itu Mikhael tidak pernah berhenti mengawasiku dan Kevin. "Lumayan bodyguard gratis," Kevin merangkulku kemudian kita kembali melihat toko pernak - pernik yang ada di Tanah Lot. Pada saat itu, aku sangat bahagia.

"Kamu kenapa?" tanya Brendon yang melihatku daritadi diam saja dan melamun membayangkan sesuatu.

"Dulu saat aku dan Kevin study tour, Mikhael datang mengejutkan kami. Ia tidak bilang jika akan menyusul kami." Aku menjelaskan kenangan itu.

Brendon tersenyum kecut mendengarnya.

"Besok mau kemana?" Brendon mengalihkan pembicaraan.

"Bedugul lalu nonton Barong yuk?" Aku mengajaknya. Brendon setuju. Sisa hari ini kita habiskan dengan melihat sunset di Tanah Lot. Aku sengaja memilih tempat - tempat yang saat itu pernah kukunjungi dengan Kevin dan Mikhael. Entah mengapa, aku merindukan mereka berdua. Dan perjalanan ini sengaja kubuat untuk bernostalgia.

Keesokan harinya, Brendon membawaku ke Bedugul, tempat yang sudah kutentukan kemarin. Kami naik sebuah kapal kecil yang akan membawa kami keliling Danau Beratan. Brendon bertanya, "kamu ingin punya suami yang seperti apa?" Pertanyaan yang sukses membuat mataku terbelalak mendengarnya. Aku menghembuskan nafas, yang seperti Kevin, batinku.

"Yang bisa membuat arti pernikahan itu lebih dari punya anak, tinggal satu rumah, dan melanjutkan rutinitas seperti biasanya."

Brendon menatapku bingung, "tapi semua pernikahan kan seperti itu."

Aku hanya tersenyum menanggapinya, aku mengabaikan Brendon yang sedang menatapku penuh tanya. Menurutku pemandangan saat ini lebih menarik daripada melihat Brendon.

Tapi kemudian aku teringat dengan kejadian Aila yang mengancam Brendon, mengapa Brendon diam saja? Brendon bahkan bisa melawannya jika ia mau.

Aku mencoba menepis pikiran buruk yang tiba - tiba muncul dikepalaku. Mungkin Brendon tidak mau melanjutkan perbedebatan dan memperpanjang masalah, batinku.

***

Hari ini kami bangun kesiangan karena kemarin kami mengunjungi banyak tempat seperti Joger, makan di beberapa restoran di Bali, dan menonton pertunjukan Barong.

Kami menyusuri pantai yang lumayan sepi ini. Brendon menggenggam tanganku. Saat jari - jari kami bertautan, aku merasakan jantungku berdebar. Brendon menghentikan langkah kakinya di depan sebuah toko yang menjual cinderamata. Ia memberiku sebuah botol kaca yang berisi kertas kosong berwarna coklat, sedikit usang.

"Gambarkan dengan kata - kata tentang seseorang yang kau cintai." Brendon memberikan sebuah pena kepadaku. Ternyata dia juga melakukan hal yang sama. Kami mulai menulis, mendeskripsikan seseorang yang kami cintai di secarik kertas dari botol itu. Setelah kami selesai menulis, Brendon mengambil botol kaca yang sedang ku pegang dan menukarkan dengan miliknya. Aku tersenyum, dia pasti menggambarkanku, batinku. Aku menyimpan botol itu dan akan kubuka saat tiba waktunya. Mata biru itu sedang menatap laut yang tehampar didepannya. Sama jernihnya. Laut memang menenangkan. Brendon berbalik menatapku, ia tersenyum lalu menciumku. Tangannya melingkar di tubuhku, memelukku.

Bumi seolah berhenti dari rotasinya saat itu. Yap, saat dimana semuanya belum berubah 180 derajat. Saat hatiku masih berbunga - bunga akibat perlakuan manisnya. Saat pipiku merona karena malu menatapnya, bukan karena marah dengan keadaan. Saat bibirku masih melengkung ,tersenyum, karena perasaan bahagia berlebih di hati. Saat mataku bebas dari air mata kesedihan.

***

Sudah 5 hari kami menghabiskan waktu di Bali. Aku rindu kantorku. Tapi semenjak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan kematian Kevin, aku mengundurkan diri dari kantor itu. Mungkin besok aku akan melamar pekerjaan ditempat lain. Uang yang selama ini kusimpan sudah lumayan banyak untuk menghidupiku beberapa bulan kedepan.

Besok kami akan pulang, Brendon mengajakku dinner disebuah resort. Aku memakai dress kuning yang Kevin berikan. Semakin cocok saja ditubuhku. Aku mengingat saat Kevin memelukku dari belakang karena katanya aku sangat cantik menggunakan dress itu. Mungkin malam ini aku bisa tampil cantik didepan Brendon. Setelah beberapa hari yang kulalui di Bali, aku mulai bisa mempercayai Brendon lagi. Ia menjelaskan bahwa ciuman itu hanya supaya Aila senang dan melindungiku dari hal - hal yang Aila akan lakukan.

Malam ini Brendon tampak menawan dengan setelan jasnya. Mata birunya yang menatapku menyelidik dari ujung kakiku menuju ujung rambutku. "Wow, you look so beautiful, darl." Ia mengecup keningku dan membawaku menuju meja yang sudah ia siapkan. Alunan musik jazz membuat suasana menjadi lebih romantis. Di depan kami terdapat pemandangan laut malam. Suara deburan ombak terdengar samar - samar di sela musik jazz yang sedang mengalun. Brendon memberi aba - aba ke pelayan untuk segera mengeluarkan makanan yang sudah di pesannya.

Seorang pelayan datang sambil membawa 2 gelas wine dan meletakkan 2 makanan yang masih tertutup dengan tudung saji. Setelah saat pelayan itu pergi, Brendon mempersilahkanku makan. Brendon sudah mulai menyantap ikan bakar yang ada didepannya. Aku membuka tudung saji itu, mulai menyantap makanan yang ada didepanku, tapi aku kaget saat aku menguyah makananku, ada benda keras yang tidak dapat hancur dimulutku, aku mulai mengeluarkan benda keras itu, ternyata cincin. Aku tersedak, tidak menyangka ada cincin di makananku. Brendon yang melihatku tersedak langsung pamit akan mengambilkan air putih. Saat aku masih memandangi cincin itu, Brendon berlutut disebelahku, "Nala, will you be mine?"

Belum selesai keterkejutanku karena Brendon, ada hal lain yang membuatku terkejut lagi. Suara tepukan tangan dari belakangku. Aila.

"Kamu ingin menikahi wanita itu? Ia bukan tandinganku Brendon, bahkan kamu tidak tahu asal usul wanita itu. Bagaimana jika ia adalah gelandangan yang tidak sengaja dipungut oleh keluarga Grissham?" Tatapan Aila merendahkanku.

Aku tidak tahan dengan perkataannya, aku menyiramkan wine tepat ke wajah wanita yang sudah membunuh Kevin. Hal selanjutnya tidak kalah membuatku terkejut, Brendon bukannya membelaku, ia malah memberikan sapu tangannya ke wanita itu, "kamu keterlaluan Nala." Aku masih memegang cincin yang Brendon berikan. Brendon malah meninggalkanku bersama wanita itu.

Terlalu sakit rasanya melihat Brendon lebih membela wanita yang sudah membunuh Kevin. Bahkan Brendon meninggalkanku saat ia sedang melamarku. Tragis bukan?

---

Jangan lupa vomments❤

PetrichorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang