File. 15 Sadar

223 28 3
                                    

Kondisi Techi tampak begitu pucat, bibirnya biru sedari tadi. Darahnya terus mengalir di lantai beton itu, tengkurap semakin lemas. Beberapa saat kemudian, jemarinya terangkat matanya masih mencoba untuk terbuka.. kesadarannya pulih.

Nafasnya ia atur masih sedikit sesak, dia hanya dapat mengerang kesakitan.

"Uhh..", keluhnya.

Perih, dan juga begitu nyeri di bagian dadanya. Dia begitu merasakan sesuatu yang memasuki dadanya begitu panas. Dia yang sadar karena seseorang yang begitu membutuhkan dirinya akan celaka bila dia tidak segera sadar.

Lalu dia dengan cukup kuat membuat tali di kakinya terlepas. Setelah terlepas, dia masih mengerang kesakitan...sakit sekali rasanya. Brukk... dia membalikan tubuhnya menjadi posisi terlentang. Masih meremas bagian dadanya, selamat karena tidak benar-benar menembus bagian vital nya.

"Sial ! Sakit sekali!!", dia mengeluarkan air matanya. Sakit...dan sakit yang dapat ia rasakan saat ini.

"Hosh...hosh.. nggak pernah kubayangkan akan tertembak !!"

Nafasnya masih tersenggal, benar-benar seperti selesai lari mengelilingi lapangan 10 kali.

"Tapi aku nggak bisa diam begini saja. Neru...Hosh..", nafasnya masih berat.

"Neru bertahanlah sebentar lagi. Ugh..Neru hosh..hos...", usaha Techi kali ini mengangkat tubuh nya sendiri yang benar-benar masih tampak kaku dan lemas.

Tuingg....Tepp...

Tali yang menahannya itu bergerak membuat Neru membuka matanya ikut tersadar dari pingsannya.

"Kali ini apa lagi?", air mata Neru menetes begitu deras tampak ketakutannya keluar.

Tertarik menuju lantai beton gedung itu kembali, cukup mendengar nafas berat itu. Neru langsung melihat seseorang dibalik lantai itu. Menarik dengan susah payah dan juga tampak tidak dalam keadaan baik. Luka diwajah dan juga luka tembak di dadanya...

"Haaha...lama menunggu ya Neru? Gommene..", nafas itu masih terdengar begitu berat. Masih dalam posisi menarik dengan sekuat tenaga.

"Te..Techi?", balas Neru.

"Techi kau baik-baik saja?"

"Hahah...nggak bisa lihat ya? Apa begini bisa dibilang baik-baik saja?", balas Techi tampak menggoda Neru.

Kali ini Neru telah bebas dengan tali dan juga lakban terputus. Techi yang memutusnya menggunakan pisau tebal milik Sayanee tadi.

"Nah sudah..", ucap Techi.

Neru saat ini menuju kearah Techi yang lemas tiba-tiba duduk bersandar di tiang beton gedung itu. Neru berjalan menggunakan lututnya sambil memperhatikan orang dihadapan nya.

"Kamu nggak apa-apa?

"Ya begitu lah. Hosh..!!", ucap Techi masih dengan nafasnya yang semakin melemah.

"Lihat darahnya tuh ! Harus diobati 'kan?", Neru masih tampak khawatir.

"Gimana ini?", lanjut Neru mencoba menekan dada Techi yang berdarah justru membuat Techi mengerang semakin kesakitan.

"Nggak apa, hanya terserempet peluru.. cepatlah kabur dari sini!", ucap Techi sambil tersenyum menahan sakitnya.

Dorrrrr...

"Suara tembakan lagi?", ucap Neru lekas menoleh kesumber suara tembakan itu.

Jauh sekitar jarak satu lantai dengan mereka, tampaknya ada di lantai atas mereka.

Memory of Mask  'COMPLETE' Adapted from ManhwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang