Yang terburuk memang patah hati.
Sena menjadi lebih pendiam kali ini. Seolah olah Sena yang mulutnya tak terkontrol itu tidak pernah ada.
Berat badannya menurun. Sena sama sekali tidak tergoda dengan makanan kesukaannya. Padahal Seokjin mengeluarkan banyak uang untuk memasak makanan itu, beruntung Seokjin begitu dermawan.
Pernah Sena keluar dari kamarnya, dengan membuang novel dengan cover kelam, sudah dipastikan cerita tentang patah hati.
"Kenapa kau membuangnya?"
"Novel ini berkata cara satu satunya melupakan kenangan adalah dengan membunuh kenangan itu sendiri"
Sebelum Seokjin bertanya lebih lanjut, Sena sudah menghilang dari balik pintu berwarna putih, Sena menutup pintu hingga menimbulkan suara keras. Beruntung Seokjin tidak punya riwayat penyakit jantung.
Dengan berat hati, Seokjin meninggalkan acara komedi kesukaannya, dia memilih memungut novel yang baru saja dibuang Sena.
Seokjin bukan tipikal pencinta buku. Dulu dia membaca buku karena menginginkan pendidikannya segera selesai, itupun buku penuh materi memuakkan. novel benar benar bukan stylenya.
Tapi Seokjin menemukan dirinya menghabiskan waktu dua jam untuk membaca novel hampir 300 halaman.
Membunuh kenangan berarti bunuh diri.
Kesimpulan itu yang Seokjin dapatkan setelah menyelesaikan novel yang sempat terbuang tadi.
Sena tidak berpikiran untuk menghabisi nyawanya sendiri bukan?
Demi memastikannya, Seokjin mendatangi kamar Sena.
"Sena kau masih hidup?"
Aman.
Sena dengan kacamata, masih terduduk rapi didepan komputer dengan kedua tangan sibuk memainkan stick. "Apa maksudmu?"
"Tidak apa apa, lanjutkan saja"
Tanpa mengubris ucapan Seokjin sama sekali, Sena melanjutkan permainannya.
Seokjin kembali lagi ke sofa depan televisi.
Tapi lima menit kemudian Seokjin mengunjungi kamar Sena dan menanyakan hal yang sama.
Kejadiaan itu terus berulang berkali kali, dalam kurun waktu yang dekat.
Frustasi, Sena membanting sticknya didepan Seokjin. "AKU MASIH HIDUP! JADI BERHENTILAH MENGATAKAN HAL ITU LIMA MENIT SEKALI! OH YA TUHAN"
"Okay, sorry"
Seokjin melompat, tiduran di ranjang berwarna biru milik Sena, "aku hanya memastikan"
"Aku tidak akan bunuh diri. Aku masih waras!"
Sena tak habis pikir, Seokjin mengenalnya lama. Mana mungkin Sena bunuh diri hanya karena patah hati? Dia bukan si sinting dalam tokoh novel tadi. "Omong omong, cepat menyingkir dari ranjangku!"
"Aku ingin menjadi teman tidurmu"
"Menjijikan"
Berbanding terbalik dengan ucapannya, Sena justru ikut tidur disamping Seokjin. Memeluk Seokjin layaknya guling kesayangannya.
"Menyingkirlah" Seokjin berkilah tapi Sena masih kukuh memeluknya. "Kau tidak bermaksud memperkosaku kan?"
Anehnya, Sena sama sekali tidak menyaut. Padahal biasanya dia akan menyaut dengan sejuta kata kata menyebalkan.
Hening.
Tidak ada yang berkata kata. Seokjin memilih diam, dan membiarkan dirinya dipeluk erat ala beruang oleh Sena.

KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER
Fanfiction[COMPLETED] [already private] 99% wanita korea akan bertekuk lutut pada Kim Taehyung. Si model dengan popularitas bak diatas awan. Semua memujanya. Termasuk Park Sena, gadis muda yang dengan mudah terbuai oleh tutur kata manis dari bibir Kim Taeh...