Pemandangan Seokjin yang memakai kaos berwarna hijau dengan celana pendek tarik menarik pintu dengan seseorang serba hitam, menarik mata Sena.
Lagipula itu pintu apartemen Sena. Dan si sinting manalagi yang mendatanginya? Tidak cukupkah Seokjin saja yang menjadi benalu?
"Apa kalian sinting?"
Si hitam menoleh, melepaskan pintu. Pintu tertutup keras disusul dengan teriakan kesakitan Seokjin yang Sena pastikan baru saja terjatuh.
Fokus Sena bukan lagi pada Seokjin dan teriakkannya. Tapi pria itu, yang berpakaian serba hitam dengan topi dan masker.
Sena masih dapat mengenalinya.
"T-taehyung?"
"Sena berikan aku waktu sebentar, aku ingin menjelaskan apa yang terjadi"
Taehyung menghampiri Sena. Sena sendiri menimang nimang harus mengikuti perkataan Taehyung atau tidak, pasalnya perasaan itu masih ada. Sena masih menyukai Taehyung.
Sena menarik nafas dalam, dia memutuskan, "okay, kita bicarakan di cafe bawah"
Cafe yang dimaksud Sena tidak jauh. Sena memasuki cafe yang sepi itu, membalik tulisan 'open' menjadi 'close'.
Well, cafe ini milik Sena. Sena mendirikannya semasa dia masih menjadi mahasiswa dibantu beberapa temannya.
Sena yang memberi dana.
Hoseok yang mengelola.
Dan Sora yang menumpang makan.
Hidup Sora memang menyedihkan omong omong.
Mereka berdua mengambil tempat disebelah jendela, tempat favorite Sena.
"Hoseok-ah, americano dua"
Hoseok mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.
Kembali ke suasana tercanggung yang pernah Sena rasakan. Sedari tadi dirinya dan Taehyung tidak mengatakan apapun.
Taehyung melepas masker dan topinya. Dia membenarkan letak rambutnya yang berantakan.
Shit!
Taehyung terlihat begitu keren.Lima menit kemudian, Sena tersadar betapa konyolnya dirinya menyetujui ajakan Taehyung. Bagaimana jika Sena terlarut dalam perasaannya lagi?
"Sena aku..." Taehyung memberi jeda, dia membasahi bibirnya. "Maaf, sungguh aku minta maaf"
"Kau tahu? Hal yang paling sulit dilakukan didunia ini adalah memaafkan"
"Aku tahu Sena, sangat tahu." tangan Taehyung menggenggam tangan Sena, mana bisa Sena menolaknya? Disaat genggaman nyaman itu memberikan euforia kehangatan. "Tapi aku menyukaimu Sena, aku sangat menyukaimu. Pernikahanku hanya pernikahan bisnis tanpa adanya cinta. Tidak akan bertahan lama Sena, kau bisa menungguku bukan?"
Dengan sangat berat hati, Sena menarik tangannya. "Taehyung, berhenti menyakitiku dengan sebuah harapan"
Keadaan menjadi kembali canggung. Hoseok datang, dia memberikan dua americano ditambah segelas air putih. Kening Sena berkerut tidak mengerti.
"Jika dia mengatakan hal yang lebih brengsek lagi, kau bisa menyiramnya dengan air putih."
Dalam keadaan normal, Sena akan tertawa terbahak bahak. Namun sekarang, meneriaki Taehyung dengan kata kata umpatan terkotor pun Sena tidak bisa.
Tangan Sena menggenggam gelas americanonya, menghilangkan rasa gugup yang terus menghinggapi semenjak tadi.
"Sena" Taehyung menggunakan nada lembut yang terlalu manis.
Sialan, Sena dimabuk mendengarnya.
"Tidak bisakah mempercayaiku sekali lagi? Aku berjanji akan kembali denganmu, kau hanya perlu menunggu"
Seenaknya saja Taehyung berkata, dia pikir menunggu itu mudah. Sepertinya air putih didepan Sena akan berguna.
Sudah cukup Sena percaya satu kali dan berakhir dikecewakan. Dia tidak ingin dikecewakan untuk kesekian kalinya lagi, Sena masih sangat waras untuk tidak terjatuh dalam kubangan yang sama.
"Taehyung cukup, kita berakhir. Jangan memaksakan sesuatu yang tidak mungkin."
"Tapi Sena, deng---"
"Kau mau kusiram dengan air?"
Taehyung diam, karena Sena benar benar mengangkat gelas berisi air putih tadi.
Sena meneguk air putih tadi. Kenapa meninggalkan Taehyung sesulit ini? Memang benar, begitu mudah untuk jatuh cinta tapi sangatlah sulit untuk melepaskannya.
"Taehyung, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih..." Sena memberi jeda, suaranya mulai bergetar. Kenapa harus menangis? Sena tidak pernah selemah ini sebelumnya. "Terimakasih telah membuatku tersenyum kemudian menangis. Terimakasih telah memberikan kenangan kemudian membuangnya, dan terutama, terimakasih telah menyentuh hidupku kemudian merusaknya. Aku tahu yang kau lakukan akan membentukku menjadi pribadi yang lebih baik. Terimakasih Taehyung"
Sena mengatakan dengan satu tarikan nafas, ada airmata mengalir disana, lengan berbalut kaos berwarna merah muda itu ia gunakan untuk mengusap airmatanya.
Merasa tidak ada lagi yang dibicarakan. Sena memilih pergi, meninggalkan Taehyung yang masih membeku ditempatnya. Segala yang datang pastinya akan pergi pada waktunya, entah karena bahagia atau terluka. Kedua duanya mempunyai makna berharga.
Masih ada satu orang disana,yang mendengarkan semuanya dari awal hingga akhir. Tangannya mengepal menahan emosi, Sena sahabatnya sedari SMA. Dan Hoseok benci melihat Sena diperlakukan seperti itu.
Menit selanjutnya, Taehyung terjatuh dilantai akibat tinjuan di batang hidungnya. Hoseok menindih tubuh Taehyung, menarik kerah bajunya. Taehyung tahu ada kilatan marah dimata Hoseok, "Jika kau membuat seseorang menangis, seharusnya bukan hanya meminta maaf, kau juga harus mengembalikan senyumnya. Brengsek!"
-
-
-Alohaaaaa 😍😍😍
Ini kelamaan ga sih apdetnya? 😂 maaf aja kalo kurang ngefeel :'v bukan spesialis ff sad :v lbh suka yang sweet, atau ngga romance comedy aku tuh :vBTW MAU TANYA 😂
KALIAN SUKA HAPPY ENDING APA SAD ENDING?ga ada hubungannya sama ff ini :v cuma mau survei aja wkwk :v
voment sayanq 💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET TALKER
Fanfiction[COMPLETED] [already private] 99% wanita korea akan bertekuk lutut pada Kim Taehyung. Si model dengan popularitas bak diatas awan. Semua memujanya. Termasuk Park Sena, gadis muda yang dengan mudah terbuai oleh tutur kata manis dari bibir Kim Taeh...