Solo

624 55 0
                                    

Shani berdiri dengan pedang dan tameng berada di tangan kanan dan kirinya tengah menatap tajam arah Divine Dragon. Hari ini ia memutuskan untuk hadir sendirian di dungeon.

Namun sial baginya, Divine Dungeon sedang dalam masalah sehingga Monster dari tingkat berapapun dapat berjumpa dengannya dimanapun dan kapanpun.

Seperti saat ini, Divine Dragon yang seharusnya merupakan Boss Area 5 pun harus dihadapinya di tingkat ini.

"Tch" Shani langsung melompat dan menyerang naga itu secara brutal.

Kilauan cahaya mulai terkumpul di mulut naga itu, Shani masih mengatur nafasnya. Luka di tangan kirinya membuatnya sedikit kesusahan untuk mempersiapkan tamengnya.

Wush.
Divine Dragon mulai menyerang dirinya, Shani berusaha sekuat tenaga menangkis serangan itu.

"Arghhhhh" Shani meringis kesakitan karena tangan kirinya yang masih terluka.

Serangan berhenti, Shani meringis. Ia mengatur nafas. Shani merubah pedang dan tamengnya menjadi Excalibur.

"Grwaaarrrr!!! Jadi benar Sarung Avalon sudah ada pada Angel, tch. Dasar Si hijau payah"

Shani tersenyum sinis. "Kalian sesama dragon saling mengejek"

"Sayang sekali kami bukan seperti bangsa mu, yang terlalu baik"

Divine Dragon langsung mengepakkan sayapnya, ia mulai mengumpulkan kembali cahaya di dalam mulutnya.

Shani langsung mengeluarkan Excalibur dari Avalon. Pedang itu langsung bersinar karena mendeteksi kekuatan cahaya yang sangat kuat.

Shani langsung berlari, sayap keluar dari belakang punggungnya. Shani segera melompat, namun naas cahaya yang dikumpulkan Divine Dragon sudah terkumpul dan mengarah kepadanya.

"Arghh!!!!!?!!!" Shani terkena serangan itu, ia terhempas beratus ratus meter jauhnya.

"Akk.. Sepertinya ini... Cukup memakan.. Memakan waktu... Huh.. Huh.." Shani melirik ke arah tangan kirinya yang semakin parah apalagi terkena serangan seperti tadi. Beruntung baginya dapat segera mengeluarkan tamengnya.

"Lemah" Ucap Divine Dragon. "Kau bisa menemuiku saat kekuatan kita setara" Divine Dragon berubah menjadi gadis. "Kau bisa panggil aku Elaine"

"Aku pergi" Elaine berbalik hendak pergi.

"Tunggu!" Pinta Shani yang masih sedikit terengah. "Apa lagi?"

"Apa.. Apa semua boss dapat berubah menjadi gadis sepertimu?" Elaine tersenyum. "Maaf aku tak berhak memberitahumu" Ucapnya kemudian pergi.

Shani meringis, ia tak menyangka dapat takluk oleh Divine Dragon. "Lebih baik aku pergi dari sini" Shani mengeluarkan sayapnya lalu terbang pergi kembali ke rumahnya.

******

Veranda berdiri di pintu dengan wajah diliputi rasa khawatir. "Kenapa aku gak boleh nyusul sih?! Ah dasar si penjaga sialan!? Mau aja disuruh Shani biar gak ada yang boleh ngebantu dia!"

"Percaya aja Kak, Sama Ci Shani" Ucap Cindy yang bosan melihat Kakak tertuanya terus menerus menggerutu. "Hzzzz aku sih percaya sama Shaninya Cin, tapi Divine Dungeon lagi gak stabil! Dan seminggu lagi itu kita Turnamen itu!"

Cindy hanya diam kemudian berdiri lalu masuk ke rumah tanpa memperdulikan kakaknya.

"Hzzz ini adik adik gue lagi pada kenapa sih?!" Veranda meremas kasar wajahnya.

"Kak?"

Veranda seketika terdiam, ia langsung berbalik dan mendapati Shani dengan tangan kiri yang terluka dan tubuhnya yang dipenuhi luka luka kecil. "Akhirnya kamu pulang!" Veranda langsung memeluknya.

"Aww aw.. Sakit"

"Eh eh maaf..." Veranda melihat adiknya dari atas hingga bawah, tangannya terulur mengelus pipinya. "Jangan lagi ya" Shani terdiam. Ia mengangguk tak enak. "Maaf"

Veranda mengangguk kemudian membawa Shani masuk. "Kamu lupa Emerald Shield mu Shan" Shani mengangguk. "Aku belum terbiasa memakainya Kak, jadi suka kelupaan bawanya"

Veranda terkekeh lalu mengacak rambut Shani pelan. "Eh Ci Shani udah pulang?" Shani mengangguk. "Nih obatin dulu Cin, kasian haha" Cindy mengangguk dan mulai mengobati Cicinya.

"Aku bertemu Divine Dragon" Ucap Shani membuat Veranda yang hendak pergi itu terdiam.

"Apa kau bilang? Divine Dragon?" Shani mengangguk. "Kau mengalahkannya?" Shani menggeleng. "Dia.. Dia sangat kuat. Aku tak dapat mendekatinya"

Veranda menghela nafas. "Kau berhasil kabur?" Shani menggeleng. "Dia yang memberiku kesempatan untuk kabur"

Veranda tersenyum mendengarnya. "Apa Kak Ve kenal siapa Elaine?"

"Bagaimana kau mengetahui nama itu?" Veranda memicingkan matanya kepada Shani. "Dia.. Divine Dragon.. Dia memperkenalkan dirinya"

Veranda mengangguk. "Ya.. Bisa dibilang aku mengenalnya, dia salah satu keturunan Angel juga, hanya saja ia lebih memilih untuk melatih kita semua daripada menjadi seorang Alpha seperti kita"

"Alpha?"

"Ya.. Alpha lebih ke petarung lapangan dan Beta dibelakang semuanya"

"Lalu Emerald Dragon?"

"Oh dia Nina, dia sedang masa pemulihan sekarang"

"Apa semua boss merupakan Beta?"

"Bisa dibilang begitu" Cindy dan Shani mengangguk mengerti mendengar penjelasan Veranda.

"Bagaimana dengan Kak Haruka?"

"Dia..."

"Aku tidak bisa memberitahunya"

******

Anin yang baru saja selesai menuntaskan tantangannya sendiri yaitu berlari 100km selama 30 detik datang dengan keringat yang membasahi pipinya. "Huh.. Huh.."

"27,93 detik Nin" Anin mengangguk sambil tersenyum. "Terimakasih sudah menemaniku latihan hari ini Kak"

"Kau mau berlatih dengan Valdurku?"

"Valdur Kak Beby sudah siap?" Beby mengangguk.

"Yuk aja deh" Anin berdiri lalu mengeluarkan pisaunya. "Boleh aku bunuh?"

"Tenang aja, boleh diapain aja kok" Anin mengangguk bersemangat.

Beby meraih gulugan di tas kecilnya. Gulungan berwarna merah itu langsung dibukannya. "Valdur, keluarlah!"

Valdur langsung keluar dari gulungan itu. Valdur tersebut sudah berzirah. "Zirah yang bagus"

"Makasih. Setelah lawan ini mau lawan Zee?" Anin mengangguk. "Aku selesaikan ini cepat"

Valdur terbang menyerang Anin. Anin dapat menghindarinya dengan mudah.

Kedua pisaunya langsung dialiri cahaya, Anin berlari cepat dan menyerang Valdur itu secara brutal membuat retakan pada pelindung Valdur.

"Haha" Beby tertawa melihatnya. "Jangan hanya gunakan pisaumu, gunakan kekuatan cahayamu"

Anin mengerti. Ia langsung bergerak cepat dan menyerang pada 1 titik.

Crack... Pyar...
Pelidung seketika retak kemudian pecah berkeping keping. Valdur terbang kembali menyerang Anin.

Anin memanfaatkan itu, ia langsung menusuk Valdur tepat di dadanya. "Seraphic Symphony"

Valdur terjatuh dengan pisau yang tertusuk di dadanya. "Aktifkan!"

Tiba tiba keluar cahaya seperti benang benang melalui pisau yang ada di dada Valdur. Cahaya perlahan membungkus Valdur.

Anin tersenyum dan di saat bersamaan Valdur tersebut hilang.

Beby yang melihat itu hanya dapat melongo tak percaya. "I-itu.."

"Iya jurus baru"

"Ng.. Trus Valdurku gimana ya?" Anin terkekeh. "Dia hilang selamanya" Ucapnya enteng.

"Anin!!!" Beby berteriak kesal ke Anin yang sudah pergi.

Tbc.

Half Demon vs Pure AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang