Back

590 54 3
                                    

Michelle duduk memandang puluhan tetes darah yang terdapat pada setiap toples kecil yang berbeda dengan nama pemilik darah tersebut di toples itu. Mulai dari darahnya sendiri, teman teman Vampirenya, para ketua serta anggota dari tim lain dan beberapa orang penting di sekolah ini.

Tempat ini merupakan tempat ia melakukan berbagai percobaan yang tentunya tak diketahui siapapun kecuali Stefi yang merupakan sahabatnya. Walaupun awalnya Michelle sama sekali tak berniat memberitahu tempat ini pada siapapun bahkan Stefi sekalipun, namun ia terpaksa meminta Stefi membantunya karena ada hal yang perlu diuji. Dan Stefi adalah kelinci percobaan Michelle.

Dan bodohnya Stefi percaya begitu saja pada Michelle yang katanya "sahabat" itu.

Michelle meraih kantong plastik dengan darah dalam jumlah banyak. Ia memasukkan kantong darah tersebut ke dalam toples bernama Gracia. Ia baru saja bertarung dengan Gracia hanya untuk mendapatkan darah dari Gracia. Entah kenapa rasa darah Gracia begitu nikmat maka dari itu ia sangat sering 'mengunjungi' Gracia.

Ia meraih toples bernama dirinya lalu meminumnya.

Glup.. Glup.. Glup..
Luka luka yang ia derita akibat pertarungannya dengan Gracia sembuh begitu saja. Ia meneguk seluruh darah yang ada di dalam toples itu, hingga benar benar habis lalu meletakkan di tempatnya semula.

Michelle mengelap darah yang tersisa di sudut bibirnya. Michelle tersenyum puas tak sia sia segala percobaan yang ia buat. Ia menguji darahnya dengan keseluruhan darah yang ia dapat dan darah Anin lebih cocok dengan darahnya tapi ia lebih suka menggunakan darah Gracia. Mengingat Gracia lebih mudah untuk ditemui dibandingkan dengan yang lainnya. Apalagi dengan Naomi atau anggota Half Demon yang lain sangat jarang berada di sekitar Gracia.

Pintu di belakang Michelle terbuka menampilkan Stefi dengan wajah kesalnya datang ke tempatnya. "Apa?"

"Kak Saktia memintamu menemuinya" Michelle berdecak. Ia meraih jubahnya lalu berjalan menuju keluar. Hari ini matahari begitu terik membuatnya terpaksa mengenakan hoodienya selama berada di luar tempat aman bagi para Vampire.

Stefi berdiri di belakang Michelle dan mengikuti langkah Michelle yang mulai melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu. Tanpa mereka sadari, Kyla melihat tempat itu. Kyla tersenyum karena tak terlihat sama sekali cara khusus untuk masuk ke tempat itu.

Setelah kepergian Michelle dan Stefi. Kyla bergegas masuk ke tempat itu. Ia berlari cepat dengan kekuatan anginnya dan membuka tempat itu tanpa ragu.

*****

Saktia dan Michelle sudah berada di depan gedung sekolah untuk pertemuan 5 ras yang diadakan secara tiba tiba. Mereka berdua membuka knop pintu lalu berjalan menuju kursi mereka tanpa menyapa atau sekedar melihat ke arah lain. "Baiklah, dengan hadirnya Vampire kita dapat memulai rapat ini" Ucap Melody sebagai ketua organisasi di Sekolah ini. "Desy" Desy menoleh, ia mengangguk lalu berdiri.

"Dengan terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh ras Vampire yang dipimpin oleh Saktia kepada ras Elemental yang dipimpin oleh Yuvia. Kami selaku pengurus organisasi sekolah ini menyatakan bahwa Tim Yuvia akan tetap ikut dalam turnamen yang sebelumnya telah mengalami penundaan" Jelas Desy panjang lebar membuat Saktia maupun Michelle geram.

"Dengan ketentuan, Tim Vampire akan mengalami pengurangan anggota sehingga Vampire hanya akan bermain dengan 4 orang" Michelle memukul meja membuat seluruh orang menatapnya. "Diamlah bocah!" Gertak Viny kesal dengan tingkah arogan Michelle.

"Dan juga Tim Yuvia akan mendapat bantuan dari Okta dan Sisca. Generasi elemental sebelumnya"

"CI DESY KITA INI SAMA SAMA VAMPIRE KENAPA CI DESY MALAH MIHAK MEREKA!!!"

Desy tersenyum sinis. "Kita Vampire yang beda Michelle. Dulu aku mengajarkan kalian apa itu perdamaian, apa itu persahabatan dan apa itu persatuan. Aku sempat percaya kalian dapat melakukan semua itu. Tapi aku salah. Kalian tak ada bedanya dengan generasi Vampire dulu"

"Kami berbeda. Kami lebih kuat"

"Tapi kalian lebih bodoh!!"

"SUDAH!!" Bentak Melody yang sudah muak. "Rapat kita bubarkan. Keputusan sudah dibuat. Sebisa mungkin kalian menerimanya!!"

Saktia berdiri diikuti Michelle yang mendobrak kesal meja di depannya. Okta dan Sisca menghampiri Yupi  dan mereka semua berpelukan. Veranda tersenyum melihat itu. Ada hal yang membuatnya senang. Walaupun ia harus khawatir karena tingkat kekuatan Okta dan Sisca jauh diatasnya tapi itu bukan masalah. Karena ini adalah kinerja tim.

******

Kyla terdiam kaget melihat puluhan botol dengan darah di dalamnya. Ia melihat satu persatu dan menyimpulkan itu adalah darah milik orang orang di sekolah ini. Beruntung ia tak menemukan darahnya dan darah Yuvia. Serta beberapa anggota OSIS. Hanya saja darah Zara dan Eve ada disana dengan isi penuh.

"Apa Michelle melakukan serangan untuk mendapatkan semua darah ini?"

Kyla masih sibuk dengan beberapa hal yang ada di dalam ruangan ini hingga ia tak sadar seseorang telah masuk ke rumah itu. Stefi yang merasakan hal aneh saat meninggalkan tempat itu pun memutuskan kembali dan kini dugaannya benar, seseorang telah menemukan tempat ini.

Stefi mengintip Kyla yang masih sibuk dengan beberapa peralatan sementara Stefi mempersiapkan kekuatannya. Kyla menoleh ke arah Stefi. Dan mendapati ada Stefi disana. Kyla berlari mendekat ke Stefi dan mengeluarkan kekuatan anginnya. Stefi  yang terkejut tak bisa apa apa dan terlempar jauh menghantam tembok serta beberapa botol.

Stefi mengerang kesakitan, darah tersebar dimana mana. Ia yang memiliki kemampuan magic khususnya di darah memanfaatkan itu. Ia membuat luka lukanya terlapis darah dan seketika itu langsung sembuh. Kyla berdecak. "Sepertinya ini tak akan mudah"

"Tingkat 4 melawan tingkat 2 ya... Masih berani?" Tantang Kyla.

"Siapa takut" Stefi bergerak menyerang Kyla. Kyla menghindar dengan mudah dan menghempaskan angin yang memiliki kekuatan untuk menusuk. Stefi tertusuk benda itu namun darah yang ia kontrol segera melepasnya dan menyembuhkan dirinya. "Im immortal"

"Hah.." Kyla menghirup nafas panjang dan meraih panahnya. Belum sempat Kyla menarik panahnya darah Stefi sudah menyerangnya dan menghancurkannya. Stefi tersenyum dan berlari mendekati Kyla. Kyla bersiap dan segera menahan terjangan Stefi.

Tangan keduanya saling menyilang dengan mata saling menatap menyiratkan kebencian. Stefi memutar tubuhnya dan memukul telak wajah Kyla. Kyla terlempar begitu saja. "Argh!!!"

Kyla berusaha bangkit dan kembali menyerang Stefi dengan kekuatan anginnya. Gerakan yang begitu cepat dan tak bisa dibaca oleh Stefi. Stefi terlempar sangat tinggi ke langit menghancurkan atap tempat itu. Kyla mengumpulkan kekuatannya dan menghempaskan angin membuat tempat itu langsung hancur seketika dan darah darah yang sudah disimpan cukup lama bertebaran dimana mana. Kyla yang sudah kelelahan memutuskan untuk pergii tanpa memperdulikan Stefi yang terkapar dengan tubub yang penuh luka akibat terjatuh di atas pecahan pecahan kaca.

Tbc.

Half Demon vs Pure AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang