V. Markonah

2K 264 14
                                    

"Kecoak...jauhin jauhin hewan jijik macem gitu dari gue..." Willis panik gara-gara seekor kecoa lewat, "Markonah tolongin gue!!!" Gue susah nafas dipeluk Willis lebih tepatnya dia nyekek. "Aak..kekekek..."

"Markonah!!!"

"Kekekekkk..." Situ minta tolong tapi gue lo cekek gimana sih, "Markonah lo kok diem aja sih?" "Kekekks..." gue nunjuk leher gue yang dicekek, "Uhukk..." Lega gue akhirnya bisa nafas lagi, "Kyaaa kecoanya terbang!!!"

"Tenang dulu Willis! Coba tenang dikit ok!"

"Kyaaa...Kecoaknya!!!"

"WILLIS!!! TENANG DULU DONG!!!" gue teriakin dia karena dongkol sama sikapnya yang kekanakan. "Gue takut!"

"Yaudah diem, tarik nafas duduk sini biar gue yang urus kecoanya." Rese, demi ketenangan hidup, gue siap perang lawan kecoa.

Ciaat...satu kecoa berhasil gue lumpuhkan dengan senjata gagang sapu dan semprotan obat nyamuk.

"Wow..." Willis keknya terperanjat dan kagum sama kehebatan gue hahah. "Ekhem...ini cuma rasa terimakasih gue yang kebetulan makasih udah nyelametin hidup gue jadi gimana kalo ya kita ngopi bentaran deh."

"Maaf Wil tapi saya kan..."

"Udah sini ikut!!!" Seperti biasa dia maksa gue nyeret nyeret gitu. Manut aja manut.

~~~

Jangan harap Willis jadi baik setelah penyelamatan kecoa, yang ada malah bikin gue makin pusing."Jangan lupa hari ini rapat setelah jam makan siang." Tegas Wilis, dari mukannya kelihatan dia lagi ruwet. Setelah gue balik makan siang, gue duduk manis di kursi nunggu Willis dateng.

"Oy Markonah awas ya kalo gak ikut rapat!" nepuk bahu gue.

Resmilah nama panggilan gue jadi Markonah. Apa faedahnya manggil gue dengan sebutan Markonah coba? "Markonah tolong bawain berkas saya ke meja rapat sekarang!" Penindasan terhadap karyawan lo ah. "Markonah tolong tulis semua hasil rapat tadi awas sampe ada yang kelewat!"

"Kalo kelewat kamu tamat!!!"

 "Panggilan kepada Markonah dimohon segera untuk ke ruangan saya sekali lagi kepada Markonah tolong segera ke ruangan saya sambil bawa segelas air!" Setelah gue lelah nurutin semua permintaan dia , gue duduk di kursi tapi ada panggilan dari toa. "Markonah?" satu kantor pada heboh nanyain siapa Markonah, "Ris, emang siapa Markonah? OB baru?"

"Markonah siapa sih?"

"Sekali lagi kepada Markonah untuk ke ruangan saya sekarang!" 

"Huh dasar kampret!" Gue beranjak dari kursi, "Mau kemana lo?" Tanya Chandra. 

"Mau ke ruangan Willis." jawab gue kebawa emosi, "Ngapain?"

"Guelah Markonah yang disebut-sebut sama Kiwil pemred kampret itu, Minggir!"

"Markonah? Kok bisa?" Chandra garuk-garuk kepalanya.

~~~

"Kok lama? Jauh ya ruangan saya harus lewat Antartika, Gurun Sahara, Samudera  Pasifik sampe sungai Amazon gitu?" tanya Willis sinis, "Gak, saya habis nembus atmosfer bumi sampe keluar galaxy Bima Sakti." jawab gue, sekarang gue gak terlalu manut sama dia, gue bisa 'sedikit nyerang' Willis ya walau ujung-ujungnya tetep harus manut.

"Oh." 

"Jadi mana airnya?"

"Nih air mineral seger buat Putra Mahkota Willis Theodore Handoko..." gue lempar botol yang masih baru tapi...

"BYUUR..." 

  Gue gak tahu kalau segelnya udah kebuka dan tutupnya udah gak nutup rapat dan muka WIllis beserta kemejanya jadi basah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Gue gak tahu kalau segelnya udah kebuka dan tutupnya udah gak nutup rapat dan muka WIllis beserta kemejanya jadi basah. "MARKONAH!!!"   

"Celaka gue..." gue nepok jidat gue sendiri, tapi jujur dia sexy kalo kebasahan gitu eh... apaan sih. "MARKONAH KAMU GAK BOLEH PULANG SEBELUM BAJU SAYA KERING!!!" Willis murka sama gue, "Tapi..."

"GAK ADA TAPI!"

Cobaan apa lagi ini...

~~~

Cuma tinggal gue sama si Kiwil yang ada di kantor, kerjaan ya udah beres sih tapi gue kudu nunggu kemeja putihnya Willis kering. "Heh Markonah kamu mau pulang atau mau jadi kuncen kantor hah?" Willis tiba-tiba muncul depan gue, "Ya...ya mau pulang dong, ngapain disini lama-lama." 

"Yaudah cepet, mau saya tinggalin?"

"Eh iya gak mau lah." Gue ambil tas gue, turun ke lantai bawah karena emang udah gak sanggup diem disini lebih lama lagi. Gue tahu pasti kalau udah malem kek gini gerbang utama pasti udah di kunci jadi gue sama Willis lewat jalur belakang. Dengan hati yang sudah merindukan rumah gue pengen buru-buru bobo cantik di rumah.

"KREEK...KREEK..." ampun dah kok susah amet dibuka sih pintunya? "KREEK..." setelah gue lihat-lihat ternyata gue sama Willis kekunci di kantor arggh...

"Kita bener-bener kekunci?" Muka Willis udah pucet banget, "Kayaknya sih iya." 

"Beneran kita kekunci?" Gue ngangguk pelan, "Mama Willis gak bisa pulang huhuhu..." ampun kok dia jadi kek gini, "hiks...hiks Willis gak bisa pulang ma..." ilfeel gue sumpah, nangisnya itu loh, "Huwaaa...Willis kekunci maa..." 

"Willis bisa tenang?"

"Gak Willis gak tenang, Willis pengen pulang pengen ketemu mama..." Hah badan segede gitu ngomongnya masih kekanakan. "Willis..." gue natap Willis dan pegang tangan dia, "Wil tenang dulu deh, jangan panik ya..." tangan Willis panas banget, "Kamu gak apa-apa kan?" Suhu tubuhnya panas banget.

"Willis kangen mama..." kemudian dia jatuh pingsan di pelukan gue, "Wil...Willis..." Gue gak bisa lepasin dia, mungkin dia kayak bocah tapi disaat kayak gini guelah yang harus mengerti keadaan dia.

To Be Countinued...

Akhirnya dapet ide juga buat lanjutinnya, kalo suka jangan lupa VOTE & COMMENT

The Another Boss Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang