XIX. Perasaan

1K 159 6
                                    

Clarisa Mirandania

"Karena saya sayang sama kamu." gue denger suara dari belakang, kemudian gue nengok ke belakang. "Saya cinta kamu Markona ." gue terdiam gak bisa berkutik apapun, Willis mendekat terus duduk di samping gue.

"Apa kamu bilang?"

"Maaf, kalo ini gak nyaman buat kamu. Tapi kalo boleh jujur sejak kejadian kamu nabrak mobil saya, saya jatuh cinta sama kamu. Tapi, karena gak bisa nunjukin perasaan yang sesungguhnya saya berubah menjadi bayi di depan kamu. Alasannya saya gak mau kehilangan kamu, saya gak mau kamu hilang dari penglihatan, mungkin itu keterlaluan tapi itu cara biar saya bisa liat kamu setiap harinya. Saya gak paham dengan masalah cinta, karena belum pernah jatuh cinta juga sih."

"Jadi maksudnya, cinta pertama kamu itu..."

"Kamu...Markonah, iya kamu cinta pertamanya."

Semenjak kejadian itu gue merasa risih deket Willis, bukan apa-apa tapi gue terperanjat dengan semua yang dia bilang tiba-tiba. Gue merasa serba salah, apa yang harus gue lakuin sama lo Wil?

Asal lo tahu gue terus-terusan deg-degan kalo deket sama lo, gue gak siap dengan semuanya. Gue gak siap kalo gue harus jatuh cinta sama lo.

Ditambah lo makin manis setelah kejadian malem itu, waktu dia nganter gue pulang ke rumah. " Semuanya, makasih mau nemenin saya dan juga makasih karena udah kasih kesempatan buat jujur sama kamu. Kamu gak harus jawab apa-apa kok, selamat istirahat Markonah." Untuk pertama kalinya gue lihat dia senyum tulus kayak gitu.

Lo makin gue bingung Wil.

~~~

Setelah seminggu gue balik dari kampung, tepat hari ini adalah perayaan ulang tahun majalah. Gue hadir dengan dress merah pendek tanpa lengan. Chandra nyamperin gue seolah gak pernah terjadi apa-apa antara kita berdua.

Gue salut sama dia, dia bisa bertindak profesional. Kalau gue ada di posisi dia, gue milih buat menghindar dari diri gue sendiri. Tapi Chandra itu beda, dia itu sahabat yang care banget sama gue. "Hei!" Sapanya sambil bawa segelas minuman di tangannya.

"Selamet ya..."

"Selamet buat?"

"Masa lo belom tahu, artikel yang elo buat bareng sama Willis ternyata bikin rating majalah kita naik lagi."

"Oh itu, itu buatannya Willis gue cuma bantuin doang."

"Tapikan lo yang ngasih dia ide."

"Ya sih, tapi dia yang lebih banyak aksi daripada gue."

"Pokoknya selamet deh ya!"

"Test...check satu...dua...tiga check!" MC acara mulai naik ke panggung dan memulai acaranya, "Selamat malam semuanya! Malam ini adalah sebuah malam yang berbeda bagi seluruh staf dari De Magazine. Karena malam ini adalah perayaan ulang tahun spesial dari ulang tahun kita, karena ada sebuah kabar gembira untuk kita semua, untuk pertama kalinya kita menjadi top brands magazine di tahun ini. Oleh karena itu, langsung saja kita panggilkan Pemimpin Direktur kita, Willis Theodore Handoko!"

Lampu menyoroti kursi VIP di depan, Willis berdiri dari sofa yang ia duduki. Ia berjalan dengan gagah menggunakan tuxedo hitamnya. Ah ganteng banget deh dia malem ini, eh apaan sih gue salah ngomong.

Willis kemudian berdiri di podium, "Selamat malam semuanya, terima kasih sudah datang pada malam hari ini. Saya sangat berterima kasih ata dukungan kalian, karena tanpa kalian saya bukan apa-apa. Saya juga minta maaf karena tidak bisa menjadi pemimpin yang baik bagi kalian. Adapun keberhasilan De Magazine tahun ini, bukan karena saya. Saya rasa kalian harus bangga pada rekan kita, Clarisa Mirandania. Karena semua artikel yang saya tulis di majalah kemarin, semuanya karena dia." Mata Willis seolah tertuju pada gue seorang, "Clarisa, saya mohon kamu untuk maju ke depan!"

The Another Boss Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang