X. Demi Apa?

1.4K 179 6
                                    

Clarisa Mirandania

"Ok karena semuanya udah kumpul, kita mulai rapatnya sekarang!" Willis ngerapihin dasi, "Ekheem..." dilanjut dengan deheman yang sebenarnya ngasih kode supaya...

"Markonah!" dia panggil gue dengan embel-embel itu lagi, "Markonah!" dia sebut nama gue lagi, "Ekheem...Clarisa tolong buka rapatnya!" 

"Eh..." Gue baru inget kalo gue moderator rapatnya, "Hmm...maaf...maaf..." gue nyengir bentar, setelah itu baru ngebuka rapat. "Selamat pagi semuanya, terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk berkumpul di rapat rencana majalah edisi khusus perayaan ulang tahun De Magazine. Langsung saja saya serahkan kepada Willis." ucap gue sok intelek sih sebenernya.

"Baiklah karena kalian semua ada disini, saya ingin ada diantara kalian yang menyampaikan ide konsep dari edisi perayaan ulang tahun De Magazine ini. Tapi ya rasanya terlalu mendadak kalau harus sekarang jadi mari kita tunda rapatnya sampai besok. Saya kembalikan kepada Clarisa." Eh udah gitu doang? Percuma dong gue buka acaranya panjang lebar, "Baiklah sesuai keputusan dari Willis kita tunda rapat sampai masing-masing dari kita membuat konsep yang terbaik untuk edisi ulang tahun De Magazine.Cukup sekian dan terima kasih, dipersilakan untuk meninggalkan ruang rapat."

Semua staff De Magazine keluardari ruang rapat, menyisakan gue yang masih rapihin berkas. "Hey Markonah!" Oh iya makhluk gak jelas yang namanya Willis juga masih ada disini, "Hmm...iya?" 

"Saya harap kamu gak sia-siain otak kamu dengan ide yang gak masuk kriteria saya ya. Saya tunggu konsep kamu yang bagus kalo enggak bagus berarti kamu bego." Ya ampun pagi-pagi mulutnya udah pedes aja apa dia baru aja makan gado-gado yang karetnya dua makanya pedes gitu mulutnya. "Markonah kalo udah selesai anterin teh ke ruangan saya ya!" Yah maen pergi gitu aja si bapak.

Denger ya Willis, 3 menit yang lalu lo baru aja ngata-ngatain ide gue itu ide bodoh? Awas ya kalo lo terkagum-kagum sama ide gue sampe mohon-mohon supaya majalah edisi baru itu konsepnya ada di tangan Clarisa hahaha...

~~~

Aaaaaaaa...gue kebanyakan ngomong emang aduh...sekarang malah bingung sendiri di kamar mikirin konsep aarggh... Gak pokoknya gue gak boleh nyerah gitu aja, ayo otaknya Clarisa bekerjalah, tunjunkan ide cemerlangmu nak! 

"Tok...tok..." Suara orang ngetuk pintu dari luar kamar gue, "Dek...adek..." panggil kakak gue, "dek temenin makan kuy! Laper nih!" 

"Udah makan kak." Kata gue, aduh kak gimana sih gue lagi berusaha mengeluarkan ide terbaik gue ini ah, "Dek ini gak apa-apa semur jengkolnya abis?" 

"Apa semur jengkol?" Gak rela gue itu semur jengkol abis sama kak Meghan, "GAK BOLEHHH!!!"Gue lari dari kamar nyamperin Kak Meghan, "Gak ada yang boleh ngabisin semur jengkol kesukaan aku!" Gue ambil semangkok besar semur jengkolnya, "Awas aja kalo kakak abisin!"

"Ya makanya makan sekarang, nih piringnya!" Kak Meghan kasih piring sama centong nasi. Ya udahlah, gue kalah kalo sama semur jengkol. Udah lama gak makan sih, bodo amat dulu lah soal konsep. Pas gue lagi mau nyuap nasi ke mulut, mata gue tertuju sama figura foto gue sekeluarga pas lagi liburan di pantai.

"Kak, kok kangen masa kanak-kanak ya." ungkap bibir gue, "Kenapa gitu?"

"Ya kangen aja gitu, dulu kita deket sama papa sama mama sekarang kita ada di kota orang. Kangen banget waktu liburan di Bali berempat." jelas gue, "Kamu kangen mama papa atau kangen liburan sih?"

"Ya gitu deh, aku kangen dua-duanya kali," kata gue, "Eh kak punya masukkan gak sih buat majalah edisi spesial kita?" 

"Ya gak tahu kamu kan yang kerja di majalah bukan kakak." sinisnya.

"Sinis amet kak, yaudah aku balik ke kamar ya kak." 

Gue termenung sendirian di kamar, berbekal pensil dan buku catatan di meja. Apa yang harus gue pikirin sekarang? 

~~~

3 hari sebelum hari rapat, gue masih belum punya ide buat nyumbang satu rubrik aja di majalah tapi apa yang cocok. "Gak pa, Willis yakin rating majalah kita yang merosot bisa kembali di edisi ulang tahun De Magazine." Gak sengaja gue denger Willis yang lagi dapet telepon dari Pak Handoko. "Willis janji pa, De Magazine gak akan pernah ditutup dan bubar gitu aja. Edisi ulang tahun harus jadi patokan kita berhasil lagi."

Oh jadi semenjak kita kalah saing sama TopStyle Magazine perusahaan kita terancam, kasian nih anak-anak kantor kalau amit-amit nih ya De Magazine bangkrut anak-anak mau kemana? Gue jadi mikir kalau gue harus serius cari konsep rubrik yang menarik untuk dijadiin headline di majalah.

Tiap gue balik kerja gue berusaha buat dapet ide yang terbaik. Hasilnya... ya mana gue tahu ini bagus atau enggak. Willis...gue gak tega ngeliat karyawan lain harus kehilangan kerjaan gara-gara De Magazine tutup.

Ayo kita cari ide...

~~~

Hari H rapat tiba, Willis duduk di meja langsung buka rapat sendiri. "Sesuai keputusan kita kemarin, kalian semua yang ada di ruang meeting ini harus rencana untuk bikin rubrik semenarik mungkin untuk edisi ulang tahun De Magazine." katanya. 

"Dimulai dari kamu!" Willis nunjuk salah seorang dari kita, "No...itu membosankan."

"Kamu..."

"Gak itu udah banyak banget, kamu?"

"Arrgh...gak ada apa yang bisa ngasih sesuatu yang beda dari yang lainnya, oke sekarang giliran kamu Markonah!" 

'DEG' ide gue diterima gak ya kira-kira? "Jadi apa yang kamu rencanain buat majalah nanti?"

"Saya mau konsep kita kembali ke alam, saya pengen tim De Magazine melakukan ekplorasi buat bikin ya kehidupan masyarakat yang masih berdekatan dengan alam misalnya masyarakat desa gitu."

"Tunggu maksud kamu apa? Majalah kita kan majalah entertain kenapa jadi kaya gitu?"

"Entertain itu artinya menghibur kan? Apa salahnya kita hibur publik dengan menyadarkan mereka kalau alam itu harus dijaga bukan dihabisin lahannya jadi bangunan mewah terus." 

"Kamu bisa jamin rating kita naik?"

"Hm...ya itu sih..."

"Oke ide kamu saya terima." beneran ini sumpah? Aah gak nyangka ternyata otak gue berfungsi dengan baik, "Dan...saya yang bakal turun langsung untuk rubrik itu."

"Loh kan masih ada tim reporter Wil?" tanya gue heran, "Emang salah kalau pimred turun langsung?"

"Ya enggak sih." Cuman gue kurang yakin kalo pimrednya bocah kayak situ, "Saya kan gak akan pergi sendiri buat itu. Saya udah punya partner kok buat hal itu."

"Siapa?" gue penasaran aja, "Kamu Markonah!" 

Eh kok gue? "Saya Wil?"

"Iya kamu, emang siapa lagi yang saya panggil Markonah disini? Chandra? Ya kamu Clarisa!"

Yah ujungnya sama aja gue lagi gue lagi. Demi apa gue harus sama Willis terus sih? Haah...

"Jangan lupa catet tanggal sama lokasi tujuannya ya Markonah!" Gue gak kebayang pergi sama makhluk tengil kayak dia.

To Be Countinued...

Sorry baru dapet ide lagi dan maafin kalo ngawur. Kalo mau lanjut tinggal VOMMENTS aja gampang kok.

The Another Boss Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang