XIII. Cari Muka

1.2K 162 10
                                    

"Jangan-jangan Willis suka sama kamu lagi dek?"

Gak mungkin, dia gak mungkin demen sama gue. Jelas-jelas dia suka bully gue, mana mungkin dia suka sama gue. Siapa juga yang mau suka sama dia ew. Tapi gimana kalau iya? Udah ah gak penting mikirin Willis.

Yang penting gue sekarang sampe kantor dengan selamat. "Pagi cewek jadi-jadian!" Gak salah lagi itu pasti Chandra, gue noleh ke samping kan bener Chandra. "Willis gak macem-macemkan sama lo?"

"Emang dia mau ngapa-ngapain sama gue? Otaknya masih macam bocah kayak gitu juga." kata gue.

"Siapa yang otaknya kayak bocah?" Dari belakang gue denger suara, langkah kaki gue dan Chandra jadi berhenti. "Markonah ayo clearin semua rencana kita!" Kenapa dia gak pernah nyantai kalo ngajak gue, maen narik lengan aja. "Willis ini masih pagi gak usah narik-narik tangan orang!" Chandra narik lengan gue satu lagi.

"Eh kita berdua lagi ada proyek kamu gak usah ikut campur deh Chan!" Willis makin erat narik lengan guenya. "Seenggaknya biarin dia nyimpen barang-barang di mejanya." Chandra juga narik lengan gue yang satunya.

"Eh ayo kamu ke ruangan saya aja Markonah!"

"Sarapan aja sama gue!"

"Rapat!"

"Sarapan!"

"Rapat!"

"Sarapan!"

Gue ngerasa mereka lagi lomba tarik tambang dan gue yang jadi tambangnya. "Lo ikut gue aja Sa!"

"Ikut saya aja kamu Markonah! Ntar saya kasih kamu sarapan juga!"

"Cukup!!! Lepasin tangan gue!" Kata gue keras, "Kenapa sih kalian pada ribut mulu kalo ada gue hah? Chandra udah gue bilang lo gak berhak buat posesif sama gue! Willis... Saya ikut ke ruangan kamu!"

Gue ngeliat senyum kemenangan di wajah Willis, sumpah kayak yang puas gue ikut sama dia. "Ya udah ayo sekarang!" kata Willis.

"Risa... Clarissa... Oy cewek jadi-jadian! Tunggu bentar..." Maaf Chandra gue ngerasa lo berubah sekarang, makanya gue rada ilfeel dan ngehindar dari lo Chan. Maaf.

~~~

Dan semenjak hari itu gue selalu di ganggu Willis buat diajak rapat, sering banget dia ganggu gue sama Chandra kalo lagi berdua. Gue gak bisa nolak karena ini bersangkutan sama kerjaan dong ya, tapi ya aneh sih padahal gue kan bisa bilang ke Willis buat diatur jadwalnya jangan semena-mena gini. Kok gue manut sih sama Willis akhir-akhir ini dan kayaknya gue mulai peduli sama dia entah kenapa jadi kayak gitu.

"Jangan lupa meeting setelah makan siang ya!" Willis lewat ke meja makan gue sama Chandra sambil bisikin ucapannya tadi ke telinga gue. "Heem Wil!" kata gue.

"Chandra...gue duluan ya." Gue pamit sama dia, "Ok." jawabnya singkat datar. Gue juga ngerasa Chandra jadi aneh deh. Dia itu jadi suka murung kalo gue lebih milih ikut sama Willis atau dia suka mendadak posesif sama gue. Kita sahabatan tapi, lo gak mesti over ke gue kayak gini juga Chan.

"Tok...tok..." Gue ketuk pintu ruangannya Willis. "Masuk!" kata Willis dari dalem.

"Hai Markonah!" Willis tersenyum lebar yang bikin gue merinding ketakutan, "Eh?"

"Hei gak usah kaku gitu dong, ayo silakan duduk!" dia kesambet apa sih.

"Jadi gimana soal keberangkatannya?" tanya dia to the point.

"Langsung aja Wil, saya udah calling Mang Udin katanya dia bisa nerima kita tanggal 24 nanti, artinya seminggu lagi kita berangkat ke lokasi. Soal kegiatan kita bakal garap sawahnya Mamang, mandiin kebo, sosialisasi sama anak-anak di kampung, maen ke kebun teh, bikin laporan dan sisanya terserah mau ngaoain. Kita bakal ngelakuin kegiatan kurang lebih 5 hari disana."

The Another Boss Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang