Pacarku Romantis

9K 279 2
                                    

Pacarku romantis, bagian 5

~
Achasa Adreanna
~

Rastus melilit perban putih itu pada pergelangan tanganku. Aku menatapnya, menghela nafas kemudian aku menunduk.

"Maaf" ujarku pelan. Dia tidak menjawab, membuatku kembali menundukkan kepalaku. "Maaf" ujarku sekali lagi.

Air mata jatuh ke pipi kemudian pindah kepergelangan tanganku yang baru saja sudah di perban. Aku menggigit bibirku pelan, berusaha untuk tidak mengeluarkan isakan ketika melihat sepatu Rastus bergerak menjauh, lalu terdengar derit pintu tanda tertutup.

Aku tidak sanggup, isakan itu akhirnya keluar juga "Rastus, maaf, hikss.. Aku tau setelah ini, hiks kamu pasti anggap aku cacat mental, Rastus hiks.." Aku memejamkan mataku, tanganku mencengkram rokku kuat, kuku ku menancap dengan kuat di kedua pahaku, aku tidak peduli bila itu akan membuat luka baru.

Yang kuingin Rastus kembali padaku.
"Hiks"

Grap..

"Udah sayang, udah nangisnya" aku mendongak, menatap orang yang masih berbaik hati ingin memelukku. Ketika kudapati Rastuslah yang memelukku, aku memeluknya erat dan menangis di dadanya.

"Maaf Rastus, aku janji ga bakal marah-marah lagi, aku janji bakal ngelukain diri lagi. Kalo kamu mau pacaran sama cewek lain aku gapapa, tapi jangan tinggalin aku Rastus" aku memeluknya erat.

"Shhh.. Kamu ngomong apa sih?" Ujarnya "seharusnya aku yang minta maaf bukannya kamu" dia mengecup keningku pelan, turun ke kedua mataku, lalu kedua pipiku.

Aku sudah pernah bilangkan? Kalau pacarku itu Romantis... Khehehe

~

"Kenapa harus cutting hah?" Fini menatapku tajam. Saat ini, kami sedang ada di rumahku, duduk berhadapan di atas kasurku.

"Karna sakit" ujarku sambil mengedip-ngedipkan mataku lugu. Fini menatapku kesal detik berikutnya dia beteriak "GUE TAU ITU SAKIT SASA TAPI KENAPA LO LAKUIN?" Dia menjambak rambutnya kuat-kuat. Mungkin dia frustasi.

"Karna pengen mungkin" ujarku santai. Fini itu oon, seharusnya kalo dia pintar dia tau kenapa aku lakuin itu.

"JAWABAN MACAM APA ITU?!" Pekiknya lagi, aku menutup telingaku sambil geleng-geleng kepala. Dasar Fini oon.

"Intinya kalo aku cutting itu artinya aku sakit" ujarku lagi. Dia menatapku, ekspresinya berubah dari yang keras tadi menjadi lembut. "Kalo sakit, lo bisa cerita ke gue sayang. Jangan kayak gini" dia menggengam tangaku, dan menunduk.

"Kita semua khawatir, gue, Vano dan Rastus, gimana kalo lo kehabisan darah? Gimana kalo kita ga bisa ketemu lo lagi? Lo ga sayang sama kita? Lo ga mau liat kita lagi?" Fini mendongak menatapku, setetes air mata jatuh ke pipinya.

Aku merasa bersalah, Fini gak pernah nangis sekalipun itu nyakitin dia sampai hancur, tapi cuma gara aku cutting dia sampai nangis. Aku mendekat kemudian merengkuhnya "maaf Fini, tapi itu susah buat di hilangin. Ada rasa sakit yang gak bisa aku bilang ke kalian, dan cara terbaik menghilangkannya adalah cutting."

"Tapi.."

"Shh, udah, aku gapapa. Buat kalian nanti akan aku usahain buat ga sampe ngoyak kulit aku, paling buat memar aja" ujarku, satu jitakan ku dapatkan di dahiku karna sepertinya aku salah bicara.

Pacarku romantis[Repost][Tersedia Di Playstore]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang