22 - Nothing to say

1.4K 65 2
                                    

Hepi riding :3

Perempuan itu terkejut, menoleh, mengikuti sumber suara tersebut. Sampai akhirnya ia beranikan diri untuk berdiri dan menyusuri ruang demi ruang di rumahnya sendiri.

"Mama? Mamakah itu?" tanyanya bak berbicara dengan seseorang

"Mama?" ulangnya.

Merasa tak kunjung mendapat jawaban ia mengganti pertanyaan.

"Papa?" Dia mulai menyusuri dapur yang kala itu sedang gelap karna lampu telah mati.

"Pa!" ucapnya sedikit membentak "papa!!mama?!" langkah demi langkah ia pijakkan, namun dirinya tak kunjung bertemu tanda tanda sesuatu terjatuh.

"Mama kah? Atau papa?" ia terus bertanya, hingga dapur berhasil ia susuri.

"..."

"D-david?" ucapnya dengan suara sedikit bergetar

Ia mulai pergi ke arah depan menuju ruang tamu kemudian ke pintu utama.

"David? Kamu?"

"Dav-?!"

Brak!!Prang!!!Pyar!!!

Perempuan itu segera berlari kembali ke arah belakang, sesaat setelah mendengar suara bising itu. Dirinya yakin suara itu muncul dari gudang di belalang rumahnya.

"Hosh! Hosh!" nafasnya sesenggukan. Hingga akhirnya ia terhenti.

Mengingat dia tidak tau siapa yang ada di dalam gudang.

Padahal tinggal selangkah lagi, selangkah lagi dirinya bisa tau apa yang menyebabkan suara suara bising itu muncul.

Brak! drap! drap! drap!

Kini suara gebrakan dan derap langkah kaki, seperti berlari. Irene menoleh, ya, Irene-lah si perempuan yang sedari tadi dirundungi ketakutan.

Dirinya berbalik...

Brugh!

***

"Jadi bisa ceritakan gimana bisa kalian jatuh berpelukan?" tanya seorang wanita paruh baya, alias mamanya Irene.

Kini di ruang tamu sudah ada 2 wanita dan 1 pria yang terduduk berhadapan.

Irene bersuara "tadi aku liat tv, trus denger suara berisik, aku cari ke depan trus gak ada, aku udah nyaut 'mamaa!' tapi gak ada balasan. Sampe akhirnya aku ke gudang, mau buka pintu tapi takut maling. Trus ada suara lagi keras, aku noleh dan ternyata..."

Dirinya menghela napas "...ternyata ada David yang lari ke arah aku dari belakang...akhirnya yahh..."

"Mama paham, terus David?" ucap mamanya sembari mengangguk paham.

"Saya awalnya hanya ingin mengunjungi Irene, tapi saya juga mendengar suara keras yang didengar Irene, saya takut ada apa apa dengan Irene. Jadi saya lari ke arah belakang."

Irene hanya diam mendengar penjelasan David. Tanpa ada kontak mata dengannya.

"Ooh..jadi gitu..."

"...."

Keheningan mengisi ruangan yang luas itu. Hingga akhirnya...

"Trus mama tadi ngapain?"

"Eh, oh? Hehe mama tadi abis nyari ini.." ucap mamanya seraya menunjukkan sebuah kotak.

"Apa itu ma?"

"Ini..." mama Irene tersenyum "...ini kado dari papamu sewaktu dulu hehe" ucap mama Irene dengan sedikit tersipu malu.

"Hah? Uuuukh mamaa! Padahal aku tadi hampir jantungan, kenapa gak nyaut siiih?" ucap Irene dengan wajah cemberut.

"Hehe...maafin mama" ucap mamanya membuka tangan untuk menerima pelukan Irene.

Irene-pun jatuh dalam pelukan mamanya.

"You two are so sweet" kata David dengan senyum mengembang

"Hah?"
"Oh iya, lupa masih ada David"

David hanya tersenyum.

"Ireene...ada temennya kok gak disuguhi teh?"

"Gak usah." jawab Irene singkat.

"Loh?! Kok gitu?" mamanya berusaha mengangkat tubuh anaknya, yang masih jatuh ke pelukannya.

Irene meronta, seakan tak mau membuka wajahnya.

"Irennnee.....urgh.....leppasiin nak...." mamanya terus berusaha melepas pelukan anaknya sampai akhirnya.

Tes..tes..

Air mata jatuh di pipi putri kesayangannya itu.

"Loh nak?" Irene menutup wajahnya dan menundukkannya.

Mamanya diam dan mengganti arah pandangnya menuju David.

Davidpun kini menunduk.

"Irene, look, i'm sorry. That wasn't me..please..."

Mamanya bertekuk alis.

"David stop say sorry, you've hurt me. That was soo hurt. You give me all kind of pain then you just say sorry. You're already do it twice!"
(*David berhenti bilang maaf, kamu sudah menyakitiku. Kamu kasih aku semua macam kesakitan, lalu kamu hanya meminta maaf. Kamu udah gini 2 kali!)

"Memangnya kalian pacaran, sampai berantem seperti ini?"

"No...mama... Dia aneh! I-i'm scared of him!"

"Irene please..don't say that. You said...kita belum punya banyak kenangan, kita butuh membentuk kenangan indah itu Irene...please..stop crying"

"Noooo!!!!Goooo!!!!hiks..hiks..hiks.."
Irene berteriak layaknya seorang yang takut akan sesuatu yamg bahkan tak tau ada di mana.

"Saya gak tau apa masalahmu dengan anakku, tapi laki laki yang membuat perempuan menangis sedih, sepertinya tidak memenuhi syarat untuk jadi menantu saya"

"..Irene..."

"Sekarang kamu boleh pergi.."

TO BE CONTINUED

hi! Hi! Telat 1 hari dari target maks 2 minggu
Apalah daya, kegiatan rempong sudah menyerang
Minggu depan akan ada update panjang semoga...
Sori kalo inggrisnya rest in place









ObsessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang