Lee Sia nampak berjalan menuju pintu masuk kampusnya dengan langkah kecil. Meski musim semi, cuaca saat itu mulai sejuk, jadi ia merapatkan jaket putihnya. Ia sempat kesal kalau ke kampus dalam cuaca seperti ini. Helaian rambutnya melambai seiring ia bergerak. Namun detik berikutnya, ia terdiam sejenak saat dilihatnya ada seseorang yang tengah berdiri tak jauh darinya.
Ia tersenyum lebar. "Kak Hyun Woo?"
***
Sret.
Lee Shin membolak-balik halaman buku di meja belajarnya. Buku yang merupakan catatan studinya waktu di Amerika itu bisa dibilang tebal. Isinya penuh dengan jurnal-jurnal studi. Meski ia sudah menyelesaikan studinya dan meraih gelar, tetap saja, ia suka sekali mengulang-ulang catatannya.
Meski di awal matanya sibuk mencermati buku, kini matanya mulai mengarah ke kotak biru yang ia ambil dari kursi belakang mobil Yi Jeong. Karena timbul rasa penasaran, ia meraih kotak tersebut, dan membukanya. Ditariknya tali kalung tersebut, dan diangkatnya hingga liontinnya nyaris sejajar dengan matanya.
"Bagaimana ceritanya sampai aku mempunyai kalung seperti ini?" Gerutunya. Matanya menelaah liontin belahan hati itu. Nampak di sisinya tertempel bundaran magnet kecil. "Ini kalung pasangan. Tapi di mana pasangannya?"
Di saat ia mulai memutar kalungnya, matanya menangkap sebuah ukiran nama di belakang liontin tersebut.
"Yoo In Jung?" Ia mengangguk-angguk. "Aku membelinya untuk berpasangan dengan seorang gadis rupanya. Haha ... aku yang dulu ternyata mesum juga."
Ia kembali memasukkan kalung itu ke dalam kotak. "Tapi yang benar saja, aku sama sekali tidak bisa mengingat kalung ini. Rasanya asing. Namanya juga asing." Gerutunya. Ia memasukkan kotaknya ke dalam laci. "Mungkin karena menurut diriku yang di masa lalu ini adalah barang yang berharga, toh, tidak rugi juga kalau kusimpan."
Ponselnya tiba-tiba bergetar. Ia langsung meraihnya, dan membuka layar. Detik berikutnya, matanya terbelalak saat membaca pesan yang tertera di sana.
"Ayah jatuh pingsan saat menghadiri rapat. Cepatlah ke rumah sakit Hallym University Medical Center!! Ruang VIP 68."
***
Sejak turun dari mobil, Shin langsung berlari masuk ke rumah sakit. Ia tidak peduli bahwa tatapan aneh mengarah padanya. Hanya ada satu orang yang ada di pikirannya. Yaitu, Ayah. Wajahnya nampak panik saat ia menekan beruntun tombol lift, lalu memasukkinya. Di dalam, ia mengambil napas sejenak. Ia ingat bagaimana suara isak tangis ibunya saat ditelepon tadi. Giginya bergemeletuk, tak sabar menunggu angka 6 tampil di samping pintu.
Tepat saat pintu terbuka, ia melangkah lebar ke luar. Ditelusurinya koridor sembari mengamati nomor di setiap pintu. Sesaat kemudian, ia mendorong pintu yang bertulisan nomor 68.
"Ayah," panggilnya. Napasnya tertahan di saat matanya menangkap seorang pria tak sadarkan diri di dalam lapisan selimut putih tebal. Wajahnya nyaris tertutup dengan alat bantu pernapasan. Melihat putra kesayangannya datang, sang Ibu langsung berlari dan menenggelamkan wajahnya di dada Shin.
"Kenapa ini ... ?" Shin menatap Ibunya. Tangannya mendekap kuat punggung mungil yang telah melahirkannya itu.
"Ayahmu ... Shin. Entah kenapa dia pingsan saat memimpin rapat, dan ... aku ... aku ... tidak tahu-"
"Sssh ... sshh ...." Shin menepuk pundak ibunya. "Tenanglah. Ayah akan baik-baik saja."
Ia membawa ibunya untuk duduk di dekat ranjang. Detik berikutnya, ia teringat satu hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manipulated Heart
Romance?[COMPLETED]? Ini adalah cerita antara dua insan manusia. Di saat cerita cinta lama mereka yang belum terselesaikan dan ending pun belum ditemukan, mereka terpisahkan. Bertahun-tahun kemudian, kini mereka kembali. Hidup dalam satu atap dan lingkunga...