20. minggat

293 45 8
                                    

Silva berjalan kearah taman yang berada di depan kompleks dengan terburu. Kebetulan Pak Amin yang biasa menjaga gerbang rumah tidak ada, jadi Silva tidak harus susah-susah berbohong ketika pergi.

Dia tidak tau kalau di panti sedang ada keributan besar. Karena dia sendiri masih kaget dengan kenyataan bahwa orang tuanya ternyata masih ada. Ibu yang selama ini selalu menuruti kemauannya ternyata memang Ibu kandungnya.

"Pantes kelakuan gue kaya setan, ya. Lahirnya aja karena dua orang kesetanan napsu!" batin Silva.

Sampai di taman, mobil Samuel pun tiba disana. Memang Samuel sebelumnya sempat menelfon Silva karena ingin membicarakan sesuatu. Kesempatan itu Silva ambil untuk pergi dari rumah dengan hanya berbekal ransel sekolah yang diisi beberapa baju dan pastinya dompet.

"Ngapain lo bawa ransel?" tanya Samuel begitu cewe itu masuk ke dalam mobilnya.

"Mau nginep di rumah Oma lo. Mau latian buat EXPO," jawabnya asal. Padahal dia sama sekali tidak ada janji dengan Sasa untuk latihan atau urusan lainnya.

"Lo mau ngomongin apaan sih?"

"Nanti aja di tempat makan ngomongnya. Kalau sekarang gue gak konsentrasi."

×××

Somi baru saja sampai di rumah sedikit heran melihat keadaan yang sepi. Padahal biasanya rumah ini akan ramai dengan suara TV yang sengaja disetel dengan volume kenjang oleh Silva. Lalu amukan Anin yang karena tidak bisa konsentrasi. Atau suara cempreng Alin yang sibuk telfonan.

"Lagi pada di panti kali, ya?" pikir Somi.

Gadis 16 tahun itu langsung berjalan kearah taman belakang. Disana ada pagar pembatas antara rumah dan panti.

Pekarangan panti memang sedikit ramai. Ada beberapa mobil terparkir. Mungkin memang lagi banyak orang tua yang ingin menjemput anak mereka.

Namun pandangan Somi terhenti pada sebuah mobil sedan hitam. Mobil itu sangat familiar. Somi langsung melihat plat mobil itu. Dan benar saja, itu memang mobil yang ia kenal.

Gadis itu segera berlari kembali ke rumah sebelum terlambat. Dia harus pergi sendiri atau terpaksa pergi dengan orang lain. Orang yang tidak dia inginkan.

Somi berlari ke kamarnya. Memasukkan baju secukupnya ke dalam koper berukuran sedang. Dia tidak bisa pergi dengan mobilnya sendiri. Akan lebih gampang ditemukan.

Gadis itu langsung memesan taxi online. Setelah itu menelfon temannya untuk bertemu di satu tempat.

Selama ini dia kabur dari rumah orang tuanya dan tidak ada yang menyadari. Tapi ntah kenapa orang itu bisa tau kalau dia sekarang ada di panti asuhan.

Somi tidak tau apa yang akan terjadi nantinya dan juga tidak peduli. Yang dia pikirkan hanyalah bagaimana cara agar tidak lagi kembali kedalam masa kelam hidupnya.

×××

"Jadi, Sil. Sebenarnya gue udah mau nanyain ini lama ke lo, tapi---"

"Soal Kak Alin, ya?" ujar Silva nemotong omongan Samuel yang terdengar ragu-ragu. Cowo itu mengangguk.

Mereka sedang berada di sebuah restoran cepat saji. Silva dari tadi memerhatikan hp-nya. Tapi tidak ada pesan apalagi panggilan dari orang-orang panti.

Sesibuk itu ya ngurusin diri sendiri sampai gue gak di rumah gak ada yang sadar?

"Lo mau nanya apaan tentang Kak Alin?"

"Dia beneran anak sekolahan kita? Maksud gue---hmm gimana ya. Aduh pusing gue nyusun kalimatnya," cowo itu mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Silva menggeleng. "Dia emang bukan anak sekolahan kita," jawabnya santai.

"Maksud lo?! Dia anak sekolah lain gitu? Terus ngapain ke sekolahan kita?" Samuel benar-benar bingung.

"Dia bukan anak sekolahan, Sam. Dia udah tamat SMA dua tahun lalu. Umurnya 20 tahun dan tahun depan dia bakalan nikah."

Penjelasan Silva tadi berhasil membuat kepala Samuel serasa akan meledak.

×××

Aku tidak akan cerita disini Alin akan nikah sama siapa dan kenapa bisa sampai menikah. Karena aku akan ceritain di alwayslimitless. Jadi kalau penasaran silahkan pantengin 'Sebuah Zona' 😊

[0] Bocah PantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang